Belakangan syarat melamar kerja semakin tidak masuk akal, termasuk syarat yang satu ini yang menurut saya justeru mencederai keinginan serius seseorang untuk bekerja.
Well, selamat datang di dunia kerja yang tak hanya membicarakan pengalaman dan kompetensi; hubunganmu dengan Tuhanpun pelan-pelan akan dikuliti.
Saya tidak tahu siapa yang memulainya dan sejak kapan digunakannya, yang jelas syarat yang mengharuskan pelamar kerja harus sama agamanya dengan si pemberi—wewenang—kerja bisa dikatakan aneh di telinga. Setidaknya untuk saya.
Sebenarnya, ini bisa saja tak jadi masalah selama tempat usaha/perusahaan yang akan merekrut karyawan tersebut adalah tempat usaha/perusahaan yang berlandaskan payung satu agama tertentu—alih-alih memang didanai sepenuhnya oleh agama tersebut.
Dengan kata lain tidak membuka lowongan untuk khalayak dari lintas agama yang berbeda—herannya, malah justeru bergerak secara komersil dan masih mengurusi urusan-urusan duniawi. Apaan-apaan sih? Ckckckck...
Sejatinya, seseorang yang mencari kerja tak melulu menghabiskan waktunya demi mencari duit untuk bisa makan seharian—atau untuk sebulan ke depan, namun pula untuk menambah lebih banyak pengalaman, meningkatkan wawasan serta jumlah teman—alih-alih setoran modal untuk usaha di masa depan.
Seyogyanya, para pemberi wewenang (baca: perusahaan atau tempat-tempat usaha) bisa memberikan rasa "aman" sehingga para calon karyawannya bisa merasa nyaman.
Jadi, kawan, kelak jika kau sudah punya modal lebih dan berniat mendirikan usahamu sendiri, delapan syarat absurd yang saya sebutkan tadi saatnya kau sudahi.
Tabik.
Disclaimer:
Apa yang saya tulis ini (baca: 8 syarat absurd dalam sebuah lowongan kerja) adalah buah pengamatan serius tanpa sengaja yang saya lakukan dari banyaknya hal yang menyita perhatian saya selama saya memasuki dinamika dunia kerja.