Namun, seperti biasanya, selalu ada raut tegang dari tiap wajah-wajah para pelamar kerja meski secara tersirat saya tangkap melalui obrolan yang ala kadarnya.
Tersebutlah ada satu pelamar kerja, seorang wanita—yang usut punya usut—telah bersuami dan beranak dua. Padahal nyata-nyata pekerjaan yang akan dilamarnya mengharuskan status single tanpa embel-embel menikah. Cilaka!
Tak ada yang salah dengan status single sebenarnya, tetapi—calon—karyawan yang telah menikah seharusnya tak mengapa juga untuk melamar kerja—menurut saya lho ya.
Kita main logika saja, bukankah mereka yang telah menikah yang seharusnya lebih banyak mendapat kesempatan untuk mendapat kerja, apalagi jika yang melamar kerja sudah sudah memiliki buah cinta?;
lagi, gunakan logika, jika mereka yang telah menikah kebutuhannya bisa dikatakan "cukup", untuk apa lagi mereka bersusah payah—mencari—kerja?
Saya percaya, status pernikahan seseorang tak selalu berbanding lurus dengan hasil. Mereka yang tak lagi berstatus "sendiri" dalam hidupnya (baca: telah menikah) harusnya juga layak mendapat kesempatan yang sama. Dengan kata lain, loyalitas dalam bekerja buat mereka—yang telah menikah—akan jadi prioritas utama; akan dibayar setimpal oleh mereka.
#2 Bukan selebriti yang pantas dikuntit paparazi.
Seberapa sering kau lihat syarat "berpenampilan menarik" di tiap lowongan kerja? Sudah sering ya? Kau lelah? Sama, saya juga!
Bagi saya pribadi, syarat ini lebih dari cukup dan entah sudah berapa kali membuat saya gemeush tak terbilang. Dalam hati saya bertanya, “ini syarat lowongan kerja atau syarat menjadi selebriti ternama?!”
Apakah syarat "berpenampilan rapi" kurang cukup sebagai makna denotasi untuk tidak tampil kucel alih-alih acak-acakan?
Sila pikirkan ulang.
Salah satu tantangan para pelamar kerja lainnya adalah pengalaman. Ini tidak akan jadi masalah jika kau sudah punya sepak terjang dan kau memang lah sosok yang bertalenta. Namun, akan lain ceritanya jika yang menjadi pelamar kerja adalah fresh graduate yang baru lulus beberapa bulan sebelumnya; yang baru lulus saja terkadang tak mau digaji murah apalagi yang sudah kompeten di bidangnya?!"
Now, we can say, “pengin dapat yang berpengalaman tapi ngegajinya kok kayak emak-emak ngasih anaknya duit cebanan?!”