Imbasnya apa?Â
Mulailah kita menyesali apa yang pernah terjadi dalam hidup, mudah tersinggung karena dibekap iri, seharusnya begini bukan begitu—hingga parahnya kita bahkan mudah pula menyamaratakan limit yang kita miliki terhadap orang lain.
Namun, jangan menjadi manusia dewasa yang naif untuk menghindari overthinking itu, Tuan dan Puan sekalian. Dia ada bukan untuk dihindari. Percuma.
Melainkan untuk dikelola; untuk diatasi—berdamai dengannya.
Jadikan dia pelecut semangat.Â
Buat kau yang miskin kemampuan mari belajar mensyukuri keadaan lalu belajar menciptakan banyak pengalaman.Â
Berharap  boleh, berlebihan jangan—atau berharap berlebihan boleh, tapi tolong kondisikan.
Karena kelak segala yang tidak enak yang dirasakan oleh hati dan pikiran tidak semata bisa diperban.
Tak kan pernah habis dunia hingga ke ujung batasnya, Tuan dan Puan sekalian. Maka laku menyederhanakan hidup yang dimulai dari menyerderhanakan pikiran adalah sebaik-baiknya pilihan. Cukup pada yang dibutuhkan dan kelola dengan baik segala macam keinginan.
Distraksi dan aksi mungkin tak terhindarkan—namun sebelum itu perlu diingat "apa kata orang" tak bisa memberi kita makan.
Tabik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI