Abdul Azis Latuconsina adalah tokoh Intelektual Muda yang cukup penting untuk dikenal dan dijejaki proses kehidupan dan perjuangannya.
Siapakah Sosok Intelektual muda ini?.
Abdul Azis Latuconsina, atau yang biasa disapa dengan Chiko, lahir di Kabauw (Provinsi Maluku-kabupaten Maluku Tengah), tepatnya pada 17 Maret 1989, (28 tahun). Pada tahun 99, Azis menyelesaikan studi dasarnya (SD) padaMadrasah ibtidaiyah NegeriKabauw, yang terletak di Pulau Haruku Provinsi Maluku. Pada tahun 2000-2004, ia mulai lanjut dan menyelesaikan studi menengah pertamanya di MTS  Negeri Masohi (Maluku Tengah). dan pada tahun 2004-2007, Chiko melanjutkan kembali pendidikan menengah atasnya padaMadrasah Aliya Negeri (MAN) Ambon. Â
Pemuda progresif ini kemudian hijrah kembali ke Masohi untuk menimba ilmu, di perguruan tinggi swasta, padaUniversitas Darusalam, dengan mengambil konsentrasi belajarnya pada Ilmu Pemerintahan tepatnya pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Â Menurut sejumlah pemuda yang pernah belajar bersama dengannya, Chiko di kenal sebagai sosok yang inklusif, flamboyan dan humanis terhadap sesama.Â
Selain daripada itu, pria yang memiliki selera humoris yang cukup tinggi ini, juga memiliki segudang karier dan terutama kepiawaiannya dalam membawa diri. Selain cerdas, ia juga di kenal pandai beretorika pada forum-forum besar, seperti seminar dan acara dialog terbuka. Terutama dalam bidang sosial dan politik. Â
Selama menjadi mahasiswa, Chiko juga banyak menitihkan karirnya dengan berbagai macam organisasi. Mulai dari organisasi yang berporos internal sampai yang eksternal. Di kampus ia pernah di percayakan menjadi kordinator Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) pada Universitas Darusalam Ambon. Yang kampusnya terletak di tiga wilayah, kota Ambon, Masohi dan negeri Tulehu. Â
Di luar itu, ia juga bergabung dengan Komunitas Pencinta Alam Seram (KOMPAS MASOHI), dan pernah pula menjabat sebagai Sekretaris Umum pada periode 2010-2012. Tak hanya sampai disitu, Chiko dengan nama panggungA2LÂ ini, juga pernah memimpin organisasi terbesar di indonesia, yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di wilayah kota Masohi pada periode 2013-2014, Setelah masa jabatannya sebagai Sekretaris Umum di Komunitas Pecinta Alam itu usai. Â Â
Chiko juga kerapkali terlibat sebagaiNarasumber,Mediator dan Inisiator dalam berbagai kegiatan besar. Seperti konflik lokal (Kailolo-Pelauw 2013), dan konflik tapal batas yang pernah terjadi di Maluku, yakni antara Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Barat (Konflik tapal batas -2012). Ia juga sering memberikan ceramah seputar pembangunan sumberdaya manusia, dan tema-tema lain, yang memiliki keterkaitan dengan visi besar pembanguna Negara. Â
Tujuannya sederhana, bahwa meurutnya, pemuda itu, tidak bisa hanya berdiam diri saja melihat kondisi daerah seperti demikian. mengutip istilah einsten tentang hidup manusia yang di kaitkan dengan speda, jika tidak di gerkan maka ia takan bergerak, dan juga tidak akan seimbang.
Pada tahun 2018 ini, ia kembali di percayakan sebagai Ketua Bidang Sumber Daya Alam dan Mineral di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI Provinsi). Memang tak perlu di timbang-timbang lagi untuk anak muda yang satu ini.Â
Aktifitasnya pada dunia lingkungan membuatnya dikenal dalam berbagai aktifitas. Sebagai Penggiat lingkungan, Chiko beserta rekan-rekannya, dari yang muda sampai yang tua, tergabung pada organ bebas yang bertajuk lingkungan bersih kali bersih (Linggkar Kaliber). dan prospek mereka atas visi dari organ tersebut sangat berhasil.
Aktifitas mereka juga sangat di sambut baik oleh pemerintah dan warga masyarakat. Tak sedikit yang memperbincangkannya, entah itu di ruang-ruang  formal dan non formal. Bahkan di media sosial saja, gerekan mereka di siarkan langsung secara live. Tentu hal ini menjadi apresiasi yang sangat positif sekali bagi generasi hari ini untuk di jadikan panduan dan referensi mendasar pada konsepsi pembangunan anak muda dan terkhusus untuk kinerja pembangunan jangka panjang daerah.
Sebagai generasi pelanjut estafet bangsa, jejak dari sosok pemuda ini perlu di teladani. Banyak sekali pendapat tentangnya yang menyatakan bahwa Abdul Azis walaupun sudah terkenal dalam dunia kepemudaan, ia tetap masih menyempatkan dirinya secara terbuka untuk bebaur dengan siapapun entah itu berbeda usia, berbeda golongan, etnis dan agama. Dalam kisah yang berbeda, chiko juga pernah menjalani kehidupan sebagai petani disalah satu kebun yang di miliki oleh keluarganya di Kilo meter 12, Maluku tengah. Selain  itu ia juga pernah berprofesi sebagai pekerja bangunan untuk menunjang biaya kuliahnya. Ia tak pernah malu dan gengsi untuk melakukan apapun, asalkan semua yang di lakoninya itu Halal. Jika demi masa depannya sendiri saja, ia bisa berbuat demikian, apalagi untuk kepentingan daerah.  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H