Aku mencarimu pada tempat tempat peribadatan manusia. Kau tidak disana!Aku mencarimu pada bait-bait kitab suci yg agung dan perkasa. Kau tidak disana!
Aku mencarimu pada setiap ceramah orang-orang mukmin. Kau tidak disana!
Aku mencarimu pada akal para sufi yg telah mati. Kau tidak disana!
Tuhan sejauh perjalanan panjang pencarianku. Aku tidak pernah menemukanmu pada islam, pada kristiani, pada hindu, pada budha, pada khatolik.
Tidak juga pada komunis, humanis, nosionalis dll sebagainya.
Aku tidak pernah menemukanmu pada agama-agama masa lalu dan masa kini.
Apa pula menemukanmu pada ideologi-ideologi sempit buatan manusia.
Aku terasing pada jalan sunyi pengembaraan ini.
Lalu kau dimana duhai yg maha bijak?
Aku kembali pada bismillah~
Hatiku ragu.
Aku kembali pada alhamdulillah~
Hatiku ragu.
Lantas dimana tahtamu duhai yg maha cinta?
Aku belum menemukanmu.
Aku belum menemukanmu.
Aku belum meyakinimu.
Untuk itu tuhan!!!
Akankah engkau akan memarahiku jika aku mulai mencarimu dengen kenakalan-kenakalan kecil semisal bertanya tentang wujudmu? Apakah kau juga akan memarahiku ketika aku berkata aku menemukanmu pada lumpur yg paling kotor! Apakah kau akan memasukkan ku ke neraka jika aku harus bertanya siapa engkau. Tuhan apakah kau sekejam itu membatasiku mencarimu hanya pada doktrin-doktrin para imam dan pendeta?
Ijinkan tuhan! Ijinkan kami yg terbatas, yg hina, yg berdosa ini mencarimu dengan cara kami. Ya dengan cara kami yg terbatas, yg hina, serta mencarimu dengan cara yg berdosa pula.
25-01-2018.
Noval Fauth
#para_pencari.
#merangkai_yg_berserakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H