Saya hanya datang membantu dan mengambil barang-barang yang penting kepada Gifar, Heldi dan bang Ofan. Setelah selesai, kami langsung kembali mengemaskan barang-barang untuk bergegas pulang. Perjalanan yang melelahkan. Pokoknya di hari-hari keseluruhannya, kami merasakan semua hal. Bosan, capek, muak, akhirnya semua itu kembali menjadi gembira.Â
Kami nyanyi dan buat video singkat di mobil sama-sama saat hendak pulang. Sampai di Gemba sekitar jam 10 malam, langsung istirahat dipenginapan. Karena besok ini adalah arus mudik, makanya kita harus tempo ke pelabuhan. Paginya kami menyiapkan barang-barang lagi, setelah berkunjung kerumahnya bang Ofan di dekat pelabuhan.
Sebenarnya kami bisa nginap disana, tapi rumah bang Ofan di sana agak kecil, dan tidak cukup untuk menampung kami semua. Sampai disana kami di buatkan kopi, bang Ofan mengajak kami untuk makan kelapa muda di belakang rumahnya. Sekitar 7 buah yang kami petik, kami di rumhanya bang Ofan dari pagi sampai siang dan di siang itu itu cukup panas sekali, karena kepanasan bang Ofan menyuruh adiknya untuk membelikan Es batu untuk dicampurkan dengan kelapa mudanya. Sejenak santai minum kami juga menyempatkan diri untuk menunggu si sopirnya bang Ofan yang sementara mengantar penumpang.
Malam itu kami berencana foto-foto di Jembatan Merah Putih (JMP) dan akhirnya berhasil, liburan kami dari perjalanan-perjalanan yang panjang itu hanya di JMP saja. Tapi kami mensyukuri semua itu. Karena yang penting bagi kami adalah kegiatannya berhasil. Kami sempat foto-foto terakhir di sana. Karena jam 8 pagi kami harus mengantar Gifar dan Heldi ke bandara untuk pulang.
Selesai foto-foto di JMP, kami langsung balik ke rumahnya bang Adit sekitar jam 1. Awalnya kami ingin menginap di kediamannya bang Amet sama cha Debi (bapak piara & mama piara) cuman sudah lat waktunya dan pintunya juga sudah tertutup, makanya kami langsung ke rumahnya bang Adit. Sampai disana bang Ofan memerintahkan Gifar dan Heldi untuk beristirahat karena jam 6 pagi mereka sudah harus bangun untuk pulang.Â
Malam itu saya menyempatkan diri untuk tidak tidur. Karena menurut saya malam itu kalau saya ikutan tidur bisa di pastikan Heldi dan Gifar tidak akan pulang karena ketiduran. Siapapun jika berada pada kondisi yang sangat capek dan melelahkan pada saat itu, pasti akan terlelap tidur yang tak terkontrol. Malam itu adalah malam-malam yang berat juga untuk saya sendiri, saya berdiam diri untuk menuliskan catatan ini dari jam 2 sampai jam 4 lewat, saya hanya berbaring sebentar saja di depan teras rumah layaknya penjaga malam. Sampai salah seorang adik kompleksnya bang Adit membukakan pintu pada subuh itu dan memanggil saya untuk istirahat di kamar ksoannya.
Saya hanya membaringkan diri stengah jam saja. Setelah bangun dan menunggu shalat subuh habis, saya langsung membangunkan semua orang. Sampai setelah mereka bangun dan siap, saya bang Adit bang Ofan bang Ari, mulai bergegas lagi ke bandara mengantarkan dua saudara terbaik kami untuk pulang ke makasar. Dalam perjalanan saya berharap mereka akan aman-aman saja ketika melanjutkan pedidikan profesi mereka. Kalo bisa di bilang adik-adiknya bang Ofan seperti Heldi dan Gifar merupakan generasi yang cemerlang.Â
Satunya pandai dalam berkomunikasi yang satunya lagi pandai dalam memahami orang lain. Kami sempat saling berpelukan untuk terakhir kaliya di tanah maluku. Pelukan itu merupakan tanda awal persahabatan kami. Untuk Gifar dan Heldi, semoga kita akan ketemu lagi. Kasih kabari jika sudah selesai KOAS yahh... untuk bang Ofan saya bang Ari sama bang Adit sedang menunggu kedatangan abang ke acara perkawinan adiknya abang.
Ambon 01/04/2018. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H