Mohon tunggu...
Abdul Harris
Abdul Harris Mohon Tunggu... - -

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Bakti Sosial: Jalan 'Sepi' Pengabdian

4 Januari 2018   20:36 Diperbarui: 4 Januari 2018   20:52 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya hanya datang membantu dan mengambil barang-barang yang penting kepada Gifar, Heldi dan bang Ofan. Setelah selesai, kami langsung kembali mengemaskan barang-barang untuk bergegas pulang. Perjalanan yang melelahkan. Pokoknya di hari-hari keseluruhannya, kami merasakan semua hal. Bosan, capek, muak, akhirnya semua itu kembali menjadi gembira. 

Kami nyanyi dan buat video singkat di mobil sama-sama saat hendak pulang. Sampai di Gemba sekitar jam 10 malam, langsung istirahat dipenginapan. Karena besok ini adalah arus mudik, makanya kita harus tempo ke pelabuhan. Paginya kami menyiapkan barang-barang lagi, setelah berkunjung kerumahnya bang Ofan di dekat pelabuhan.

Sebenarnya kami bisa nginap disana, tapi rumah bang Ofan di sana agak kecil, dan tidak cukup untuk menampung kami semua. Sampai disana kami di buatkan kopi, bang Ofan mengajak kami untuk makan kelapa muda di belakang rumahnya. Sekitar 7 buah yang kami petik, kami di rumhanya bang Ofan dari pagi sampai siang dan di siang itu itu cukup panas sekali, karena kepanasan bang Ofan menyuruh adiknya untuk membelikan Es batu untuk dicampurkan dengan kelapa mudanya. Sejenak santai minum kami juga menyempatkan diri untuk menunggu si sopirnya bang Ofan yang sementara mengantar penumpang.

mg-1589-jpg-5a4e1b2cab12ae33fa1e5932.jpg
mg-1589-jpg-5a4e1b2cab12ae33fa1e5932.jpg
Kami pikir sopirnya akan datang di siang itu, ternyata dia sampai sekitar jam 4 lewat. Saat itu kami cepat bergegas menuju ke pelabuhan fery, yang kami tahu, perjalanan kami pada hari itu sudah harus sampai di ambon, karena Gifar dan Heldi sudah harus berangkat pagi jam 8 pagi ke Makasar. Kami menunggu sekitar empat jamnya di pelabuhan karena antrian mobil yang cukup banyak. Syukurlah nomor antrian kami lolos. Sampai di fery kami ber enam naik ke anjungan atas feri dan melihat pemandangan dan bercertia di malam itu.
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Karena sudah terbiasa melakukan perjalanan yang panjang dan lama, kami sudah tidak menghitung waktu untuk sampai ke ambon. Sampai di pelbuhan desa Liang kecamatan Salahutu sekitar jam 11. Kami tidak langsung ke kota ambon, kata bang Ofan kita harus singgah di desa Tial sebentar. Sampai disana ternyata ada acara pertemuan besar antar desa Pelauw dan desa Tial. Mereka buat pesta, sangat ramai sampai jalan utama di tutup. Tak berselang beberapa menit kami langsung tancap lagi ke kota Ambon. 

Malam itu kami berencana foto-foto di Jembatan Merah Putih (JMP) dan akhirnya berhasil, liburan kami dari perjalanan-perjalanan yang panjang itu hanya di JMP saja. Tapi kami mensyukuri semua itu. Karena yang penting bagi kami adalah kegiatannya berhasil. Kami sempat foto-foto terakhir di sana. Karena jam 8 pagi kami harus mengantar Gifar dan Heldi ke bandara untuk pulang.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
30/12/2017

Selesai foto-foto di JMP, kami langsung balik ke rumahnya bang Adit sekitar jam 1. Awalnya kami ingin menginap di kediamannya bang Amet sama cha Debi (bapak piara & mama piara) cuman sudah lat waktunya dan pintunya juga sudah tertutup, makanya kami langsung ke rumahnya bang Adit. Sampai disana bang Ofan memerintahkan Gifar dan Heldi untuk beristirahat karena jam 6 pagi mereka sudah harus bangun untuk pulang. 

Malam itu saya menyempatkan diri untuk tidak tidur. Karena menurut saya malam itu kalau saya ikutan tidur bisa di pastikan Heldi dan Gifar tidak akan pulang karena ketiduran. Siapapun jika berada pada kondisi yang sangat capek dan melelahkan pada saat itu, pasti akan terlelap tidur yang tak terkontrol. Malam itu adalah malam-malam yang berat juga untuk saya sendiri, saya berdiam diri untuk menuliskan catatan ini dari jam 2 sampai jam 4 lewat, saya hanya berbaring sebentar saja di depan teras rumah layaknya penjaga malam. Sampai salah seorang adik kompleksnya bang Adit membukakan pintu pada subuh itu dan memanggil saya untuk istirahat di kamar ksoannya.

Saya hanya membaringkan diri stengah jam saja. Setelah bangun dan menunggu shalat subuh habis, saya langsung membangunkan semua orang. Sampai setelah mereka bangun dan siap, saya bang Adit bang Ofan bang Ari, mulai bergegas lagi ke bandara mengantarkan dua saudara terbaik kami untuk pulang ke makasar. Dalam perjalanan saya berharap mereka akan aman-aman saja ketika melanjutkan pedidikan profesi mereka. Kalo bisa di bilang adik-adiknya bang Ofan seperti Heldi dan Gifar merupakan generasi yang cemerlang. 

Satunya pandai dalam berkomunikasi yang satunya lagi pandai dalam memahami orang lain. Kami sempat saling berpelukan untuk terakhir kaliya di tanah maluku. Pelukan itu merupakan tanda awal persahabatan kami. Untuk Gifar dan Heldi, semoga kita akan ketemu lagi. Kasih kabari jika sudah selesai KOAS yahh... untuk bang Ofan saya bang Ari sama bang Adit sedang menunggu kedatangan abang ke acara perkawinan adiknya abang.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
demikian catatan ini selesai dibuat, sebagai memori kemanusiaan.

Ambon 01/04/2018.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun