Saya pikir itu cuman bercanda, karena kita harus menempu 5 sampai 6 jam untuk sampai kesana lagi, jadi totalnya sudah 10 jam perjalanan kesana, dan itu tidak terhitung untuk balik ke Wahai lagi. Tapi ternyata hal itu benar, bang Ofan serius melakukan perjalanan balik. Alasan bang Ofan balik ke Gemba karena panggilan dari ibunya untuk menyunatkan adik sepupunya, soalnya ibunya bang Ofan sudah membagikan  undangan sunatan keluarganya, dan yang harus datang menyunat adalah bang Ofan, saat itu kegiatan sunatan di selenggarakan jam 8 pagi.Â
Dan saya menyepakatinya, sebelum jalan keluarganya bang Hasan menwarkan kopi. Mereka yang ada di sana juga sangat heran dan khawatir, apalagi bang Adit. maksudnya tidak mungkin orang mau melakukan perjalanan yang berat seperti itu, kita kelelahan. baru waktu juga sudah hampir pagi.Â
Mau di buat bagaimana, ini perintah orang tua, bang Ofan memang sangat menghargai orang tuanya, apalagi ibunya. Sebelum berangkat, kami di tawari kopi halia oleh keluarganya bang Hasan, kopi tersebut sangat enak dan natural. Saya menghabiskan satu gelas, bang Hasan mengatakan kepada kami hati-hati dijalan nak. Habis pengobatan kita akan liburan di pantai ORA. waktu itu bang Ofan juga memerintahkan bang Ari, Gifar sama Heldi untuk menyiapkan satu alat kepada bang Ofan, sebenarnya bang Ofan juga sangat dilema, karena bang Ofan juga memiliki peran penting untuk kegiatan di Wahai.Â
Bang Ofan bertugas sebagai dokter untuk melayani pasien yang sakit, sedang Gifar dan Heldi bertugas untuk menyunat. Tapi saat itu mau dibuat bagaimana, bang Ofan membuat skema perjalanan, kita harus sampai di gemba jam 8 tepat, selesai sunat kita langsung balik kembali.
 Saat minum kopi, saya sudah memikirkan ratusan pertanyaan kepada bang Ofan, pokoknya saya harus membuat diskusi di perjalanan kami menjadi seru dan tidak membuat saya sama bang Ofan menjadi ngantuk. Karena bahaya sekali jika saja ngantuk pada perjalanan yang panjang di lintasan yang terjal itu, bisa-bisa nywa kita hilang.
Saat perlengkapan yang disiapkan kepada bang Ofan selesai, saya dengan bang Ofan langsung menancapkan gas tepat pada Jumat Subuh. Dalam perjalanan yang panjang itu, saya berdiskusi banyak dengan bang Ofan terkait dunia Medis. Saya bertanya kepada bang Ofan terkait sebab penyakit dan pengobatan yang efisien. Pertanyaan saya cukup banyak, saya juga mempertanyakan soal prioritas kepercayaan belajarnya anak-anak kedokteran, antara yang gaib-gaib dan nyata-nyata.Â
Kemudian respectnya anak-anak kedokteran untuk bergabung dengan HMI itu bagaimana. Banyak jawaban saat itu, terkait hubungan pasien dan dokter bang Ofan bercerita banyak. Menurtnya satu hal yang paling penting dari pengobatan adalah komunikasi. Karena komunikasi rasional dengan menghadirkan analogi/contoh-contoh untuk pasien, akan membuat pasien menyadari sebab dan akibat penyakitnya.Â
Dan ini memang benar, saat bang Ofan memeriksa ibunya bang Hasan, ibunya bang Hasan melakukan pengobatan di dua dokter yang berbeda tapi menganjurkan obat yang sama, tapi nyatanya hanya satu yang berhasil, padahal sama obatnya.
Pada saat di periksa di dokter yang satu, ibunya bang hasan semakin sakit, saat diperiksa di dokter yang satunya lagi, ibunya bang Hasan semakin baik, padahal kata bang Ofan, dokter itu ibarat obat juga, komunikasinya akan memberikan penyembuhan yang efektif, jika dia mendiagnosa pentakit dan memberikan batasan dan anjuran yang tepat kepada pasien.Â
Bahkan dokter akan menjadi kepercayaan, layaknya tuhan-tuhan kecil. Bang Ofan juga menambahkan, melalui komunikasi, salah satu hormon yang sering menutup pertahanan diri di otak akan dibuka, kemudian akan di isi dengan penjelasan-penjelasan yang semakin memperkuat pertahanan diri dari penyakit. Hal itu menurut bang Ofan yang sangat penting. Bahkan komunikasi katanya lebih penting sekali dari pada obat.
Kemudian pertanyaan kedua terkait prioritas kepercayaan dalam dunia kesehatan, kata bang Ofan mereka tentu tidak akan berpaling dari dunia yang kongkrit serta sebab dan akibat yang khusus di maksudkan dalam dunia medis. Itu pertanyaan yang cukup berat memang. Dan saya memberi kesimpulan sementara bahwa keterbatasan manusia untuk mengenal sesuatu akan membuatnya terasing dalam dunia yang nyata, dan akhirnya akan menciptakan ihwal-ihwal baru untuk menyelesaikan problem tersebut.