Saat itu saya dengan respect cepat merespon ucapannya, saya katakan langsung kesana yah abang?, bang Adit menjawab ya langsung saja. Saat itu saya, Heldi, Gifar, dan bang Ari langsung kesana dengan mobilnya bang Ofan. Tiba dirumah sakit kami langsung menuju ruang Instalasi Farmasi, kami langsung berkomunikasi dengan penjaganya. Saat itu saya yang berbicara dengan penjaganya, saya pikir saya memiliki pengalaman yang cukup untuk berhadapan dengan pihak pemerintahan.Â
Waktu itu saya katakan alasannya dengan memberikan penekanan bahwa kami telah melakuikan kerja sama dengan pihak terkait, selain itu kegiatan kami ini untuk kemanusiaan. Tapi ternyata kami masih di buat menunggu. Sekitar 25 menit menunggu, pihak penjaganya mengatakan kepada kami bahwa harus ada yang bertanda tangan hitam di atas putih atas masalah dan kebutuhan kami yang sangat mendesak itu. Saat itu saya langsung menelpon kembali bang Ofan sama bang Adit, karena mereka berdua adalah penanggung jawab kegiatan ini.Â
Bang Ofan yang berstatus sebagai Direktur Utama Badan Koordinasi Lembaga Kesehatan Mahasiswa islam (BAKORNAS LKMI) dan bang Adit sendiri sebagai ketua badan koordinasi himpunan mahasiswa islam maluku-maluku utara (BADKO MAL-MALUT) datang. Ternyata mereka sudah terlebih dahulu berkomunikasi sama dokter Saleh Tualeka, yang akrab di sapa dengan sebutan dr. Le. Dkoter le juga salah seorang almunus HMI UNHAS yang sangat loyal dengan kegitan-kegitan HMI.Â
Cerita mengenainya sudah saya dengar sekitar 2 tahun yang lalu. Saat itu juga kami langsung di berikan kebutuhan-kebutuhan yang kami minta. Dinataranya, suntik, obat kram, kassa, plaster, handscoon, dan obat-obatan penunjang lainnya. Saat itu saya dan Gifar langsung paham dan tertawa setelah mendapatkan alat-alat tersebut. Saya mengatakan kepadanya, inilah kekuatan koneksi. Jika koneksi sering dipahami dengan konotasi yang negatif, maka hal demikian bisa kita balikan, jika dipergunakan demi kemanfaatan orang banyak yang membutuhkan. Â Â Â Â Â Â Â
setelahnya kami langsung ke rumahnya bang Hasan sekitar jam 5 sore, kami berada disana empat jam. Karena menurut bang Hasan yang sunatan disana ada 80 orang, Â makanya waktu itu kami putuskan untuk mengubungi seseorang dari sana untuk membawakan barang-barang yang ketinggalan di Tehoru. Waktu kakaknya bang Arie yang berhasil kami hubungi, dan ia bersedia datang membawanya.Â
Kami sangat berterimakasih kepadanya. Dengan waktu yang sudah malam dia seorang diri berani membawakan barang-barang tersebut kepada kami. Sekitar jam 8 lewat kakaknya bang Arie sampai, bang Hasan sempat memberikan anggran keringat serta uang bensinnya. Perjuangan yang luar biasa bukan..?
Setelah itu sekitar jam 9 kami langsung tancap ke Seram Utara. Seumur-umur saya dengan sadar belum pernah ke sana. Waktu itu saya anggap sebagai perjalanan yang sangat menyenangkan karena hal baru menurut saya selalu memberikan pengalaman yang berkesan. Dengan kecepatan normal kami langsung beragkat menuju setiap lintasan jalan yang menukik, berbelok, dan terjal. Saya tidak ngantuk sama sekali saya menikmati setiap jalan yang di lewati.
Saat melalui jalan yang sangat berbelok-belok, saya dengan sendirinya mulai memberikan kesimpulan kalau ternyata jalan yang kami lalui ini dikatakan jalan SS karena tikungan jalannya banyak menyerupai huruf S. Udara disana juga sangat dingin, selain itu juga banyak kabutnya. Sekitar 1 jam lebih akhirnya kami sampai di Wahai kecamatan Seram Utara Maluku.
29/12/2017
Saat itu kami langsung singgah di saudaranya bang Hasan. Sebelum sampai kesana, kata bang Hasan mereka sudah menunggu kedatangan kami. Dan ikan kuah kuning sudah menanti. Teman saya dari komisariat kedokteran UMI pernah mengatakan kepada saya, kalau di makasar dia tidak bisa makan ikan, tapi saat datang di Maluku dia bisa makan ikan.Â
Katanya, ikan disini enak apalagi pakai colo-colonya. Dia dengan si Gifar kalau makan di warung biasanya tidak pernah nambah, tapi kalau makan makanan khas di maluku, biasanya merka suka nambah. Disana ada kasbi, ada ikan kuah, ada juga ikan bakar. Saat Selesai makan, bang Ofan mengatakan kepada saya untuk balik ke Gemba seram bagian barat. Awalnya sebelum sampai, bang Ofan sudah menanyakan kesediaan saya untuk balik dengannya.Â