Selesai itu sekitar jam 6 lewat, kita bergegas pulang ke Tehoru dan seterusnya pamit ke kediaman yang awalnya di siapkan kepada kami oleh keluarganya Amin. Setelahnya kami langsung pulang kembali ke hotel.Â
Tak sempat jauh dari Tehoru, kami di palang oleh sekelompok anak-anak muda dengan pembatas jalan berupa jaga kelapa dengan tujuan untuk meminta uang kepada kami, untuk hanya sekedar membeli rokok. Bang Ofan sangat marah, kamipun semuanya juga sama-sama marah saat itu, karena cara mereka sangat tidak etis dan memuakkan.Â
Tapi begitulah, saya sempat berpikir bahwa ternyata orang tidak semuanya sama, masih ada yang ketinggalan, masih ada yang mau menuju ketertinggalan, dan adapula yang maju dan semakin maju. Doa saya semoga mereka juga maju dan semakin maju.
Waktu itu juga ada bang Ciko (Abdul Azis Latuconsina), bang Ciko sempat bercerita banyak hal terkait dinamika mahasiswa yang ada di masohi. Ceritanya sungguh menarik namun tak etis jika saya ulas disini. Bagi saya bang Ciko itu generasi muda yang memiliki visi dan kerja lapangan yang cukup sukses, cerdas, cermat dan pandai sekali dalam berkomunikasi dengan siapapun.
Setelah bercerita cukup panjang, akhirnya kami tiba di Masohi dan langsung istirahat. Sebelum istirahat saat itu saya berencana membuat deskripsi singkat untuk catatan ini. Maksud saya sederhana, setelah kegiatan ini banyak hadir spekulasi dan kenampakan jelas di mata orang. Jika di ulas, di beri jarak panjang, lebih dari sekedar foto yang sangat singkat maka asumsi-asumsi tersebut bisa dibatasi. Sebab bagi saya orang-orang juga memiliki anggapan yang dangkal terhadap hal-hal yang demikian.
Selesai membuat deskripsi singkat mengenai catatan jalan ini, kami langsung istirahat. Saya langsung nginap di rumah kebesaran keluargan saya selama se hari. Banyak kenangan di gubuk itu, dari tempat itu kakak tertuaku sering menitipkan pesan yang tak pernah saya lupakan seumur hidup, bahwa kelak gubuk itulah yang akan menjadi sejarah kebesaran saya bersama dengan keluarga saya.
28/12/2017
Setelah sehari nginap, bercerita dengan ayah dan ibu saya secara singkat, saya langsung kemnali ke hotel untuk melanjutkan agenda baru kami. Padahal sebelum sampai ke rumah, saya memiliki perjanjian dalam diri, bahwa setiap pertemuan ada hasil berarti dari saya dan ini belum sempat untuk di penuhi.
Setelah sampai di hotel, saya kembali betemu sama bang Ari, bang Ofan, bang Adit serta saudara-saudara baru saya, gafar dan Heldi. Saat itu kami mau di ajak ngopi sama bang Adit dan bang Ofan, untuk refresh sehari selepas kegiatan berat di kemarin harinya. Ohh iya, waktu itu tempat ngopi kita di depan pusat keramaian baru di Kota Masohi, Ina Marina, tepatnya di depan lokasi Dulang Patita (Dulpat). Diselah-selah ngopi, ternyata bang Hasan Al-Katiri seorang Wakil Rakyat dari Kabupaten Maluku Tengah juga ingin membuat Bakti Sosial yang sama di dareah pemilihannya di Seram Utara desa Wahai.
Saat ngopi, kami langsung Chek Out dari tempat nginap, saya sempat pulang ke rumah dan pamitan dengan keluarga saya, saat itu saya selalu berharap keluar dengan aman, tanpa ada gejolak sedikit dengan siapapun. Karena dengan begitulah saya dapat menghimpun semua cerita ini dengan hati yang bersih tanpa ada sedikit tendensi kepada keadaannya, dan alhamdulilah saya keluar dari rumah dengan keadaan yang baik. Setelah itu saya kembali ke tempat ngopi, mempersiapkan barang-barang kembali.Â
Saat itu ada masalah, ternyata perlengkapan pengobatan kami tertinggal di Tehoru, bukan kami melupakannya tetapi kata si Gifar sewaktu mengngkut barang-barang dari Tehoru dan kembali ke masohi, ternyata ada yang salah di turunkan oleh pihak di sana, karena masalah itu kami sempat kepanikan. Dalam kondisi yang demikian saya memaksakan diri untuk santai dan percaya diri saja. Waktu itu bang Adit barangkali dengan ucapan yang sengaja mengatakan kepada kami, kalin langsung ke rumah sakit dan ambil barang-barang yang ketinggalan saja.Â