Saya juga seorang remaja yang sedang bereuforia, namun dalam kesadaran, saya memilih untuk tidak corat-coret baju dan konvoi. Sekarang, saya baru sadar bahwa keputusan kecil yang saya ambil ini dapat berujung begitu positif dan menghindarkan saya dari banyak hal yang tidak perlu. Kasus gadis asal Medan itu, dan kasus anak yang meninggal karena tenggelam karena selebrasi dan selfie, membuat saya sadar dan belajar akan pentingnya pengendalian diri.
Baik remaja asli, maupun ‘remaja-remaja’ medsos, harus mengutamakan pengendalian dan kesadaran diri, untuk menghidarkan diri dari penyesalan dan rasa malu.
Walaupun saya belum layak (karena seolah kata-kata saya ini menggurui), namun kedewasaan dan kontemplasi adalah kunci menjadi pribadi yang berintegritas, baik dalam dunia nyata, maupun dalam dunia maya.
Kedewasaan adalah ‘rem’ kita dalam pengendalian diri, dan kontemplasi, memberi kita ruang untuk ‘menyadarkan diri’. Tidak perlu bermeditasi berjam-jam, cukup dengan memikirkan pertanyaan-pertanyaan simpel yang menolong kita dalam tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, ketika kita membuat komentar di Internet, kita perlu bertanya pada diri kita, Apakah itu perlu ditulis? Apakah komentar/kritik/saran kita berguna dan membangun?
Kiranya kita boleh semakin ‘dewasa’ dalam ber-internet ria.
Jadi, kapan nih, kita mulai turut serta menjadi ‘dewasa-dewasa muda’ dalam dunia maya? Saya tidak sabar menunggu hari dimana para netizen lebih banyak berempati ketimbang mencaci-maki. Saya percaya kita dapat memulainya hari ini.
Dengan segala hormat,
Dari seorang gadis yang masih kurang pengalaman,
Karen Jessica Siahaan
Â
Sumber Ilmiah :
Dari textbook Sosiologi SMA, dan catatan pengajaran dari guru-guru yang penuh pengabdian, secara khusus pengetahuan dari kelas Bapak Sabar Sitohang, yang membahas materi Juvenile Delinquency secara komprehensif yang saya pernah ikuti ketika saya masih menjadi siswi di SMA Katolik Santo Thomas 1 Medan, dan guru sosiologi saya saat ini, Ibu Susi dan Ibu Kristina yang mengajak saya untuk terus berpikir kritis menanggapi fenomena sosial yang sedang terjadi.
Sumber Berita: satu, dua Â
Â