Mohon tunggu...
Kaylifa Hasna Mahrani
Kaylifa Hasna Mahrani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya adalah Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sangat menyukai ilmu-ilmu Jurnalistik dan berita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesehatan Mental yang Kian Marak Pengaruhi Kinerja Karyawan

8 Januari 2024   20:55 Diperbarui: 8 Januari 2024   20:57 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jakarta, 27 Desember 2023- Kesehatan mental menjadi masalah serius bagi generasi millenial maupun Gen Z saat ini. Dilansir Dari Business Management Journal: Pengaruh Kesehatan Mental Karyawan terhadap Kinerja yang dimediasi oleh Kesejahteraan di Tempat Kerja, Indonesia mengalami peningkatan kerusakan mental para pekerja maupun karyawan.

Kesehatan mental sangat berpengaruh karena menimbulkan turun-naiknya emosi secara tidak beraturan, mudah lelah, depresi berkepanjangan, sulit tidur, sering berhalusinasi, kehilangan fokus kerja, bahkan perilaku yang menyakiti diri sendiri. Beberapa hal tadi menjadi imbauan untuk peduli kepada kesehatan mental, mengingat banyaknya anggapan bahwa kesehatan mental adalah statement belaka.

Menurut data dari Jurnal Universitas Gajah Mada: Ketidakberdayaan dan Perilaku Bunuh Diri Meta-Analisis, mental merupakan salah satu aspek penting penunjang daya kerja, mengingat waktu dan tekanan kerja yang berbeda di setiap perusahaan. Penyebab inilah yang berkaitan dengan banyaknya kasus bunuh diri, kekerasan bahkan asusila yang melibatkan para karyawan dan pekerja di banyak perusahaan.

Karmila selaku karyawan PT. Julo yang diwawancarai di kantor pada Jumat (23/12), mengungkapkan bahwa ia setuju mengenai kesehatan mental para pekerja, mengingat banyak pekerjaan berada dibawah tekanan, dan banyak aturan mencapai target pekerjaannya, yang menimbulkan kegelisahan dan khawatir berlebih. Ia juga menambahkan, dampaknya pekerjaan yang tidak selesai atau pekerjaan yang selesai namun tidak maksimal, yang justru berdampak pada karir dan daya kerja di mata perusahaan.

Pentingnya menjaga kesehatan mental bukan hanya tugas bagi karyawan saja, tetapi bagi perusahaan tempat bekerja. Perusahaan perlu mengetahui standar keselamatan dan kenyamanan yang baik bagi para pekerja. Faktor yang terkadang muncul bisa dipicu dengan waktu kerja yang ekstrim, tekanan lingkungan yang toxic hingga kelelahan dan tidak ada pemenuhan hak yang setimpal.

"Kalau kenyamanan kerja tentu sudah disiapkan ya, kami juga memandang hal itu penting, namun disisi lain, kami juga mengedepankan profesionalitas pekerja maupun karyawan itu sendiri, jadi kalau kesehatan mental berkaitan dengan hal diluar kantor, seperti faktor internal diri atau eksternal si pekerja tersebut, kami merasa seharusnya pekerja atau karyawan tersebut bisa memposisikan diri secara tepat," ujar Denise, selaku owner PT. Rasilindo yang diwawancarai di kantor Money Changer PT. Rasilindo, Tebet, Jakarta Pusat, Minggu (24/12).

Beberapa langkah yang diambil oleh perusahaan yang peduli terhadap kesehatan mental karyawan yaitu, menyediakan akses program kesehatan mental, konseling, atau pelatihan keterampilan manajemen stres. Selain itu, kebijakan yang mendukung keseimbangan kerja-hidup, pengaturan waktu yang fleksibel, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung karyawan dalam menjaga kesehatan mental mereka.

Kesehatan mental memiliki dampak yang baik, Lailatul Badi'ah, psikolog juga menerangkan, terkadang pekerja maupun karyawan yang stress berlebih cenderung lebih sering ingin mengakhiri hidup, keputusasaan ini dipicu karena sulitnya mengkomunikasikan sistem kerja dengan pihak perusahaan. Komunikasi dan keterbukaan perusahaan kepada karyawan adalah hal penting kontrak awal kerja sejak awal.

"Biasanya kan begitu, kalau ada karyawan yang mengeluh atau ada masalah, perusahaan acuh tak acuh, yang ada malah memberikan tugas tambahan. Disisi lain banyak perusahaan menerapkan sistem lembur dan cuti minimum kan?, jadi seharusnya perusahaan bisa membantu menjaga kesehatan mental dan lingkungan yang baik, toh untuk keberlangsungan kantor juga," ungkap Lailatul Badi'ah, psikolog yang diwawancarai via zoom meeting pada Jumat (23/12).

Tuntutan demi tuntutan pun, tak bisa sembarangan dilayangkan kepada perusahaan semata-mata karena sistem kerja, namun para pekerja dan karyawan seharusnya bisa mencegah gangguan kesehatan mental dengan melakukan hal positif diluar pekerjaan, menjaga pola makan dan tidur serta mengatur manajemen waktu kerja dan istirahat. Pekerja juga bisa melakukan mediasi dan bimbingan konseling apabila dirasa membutuhkan pihak terkait seperti psikiater.

"Aku juga biasanya lakuin aktivitas sih mulai dari jalan-jalan pas libur kantor, main sama temen atau sebisa mungkin gak biarin buat terus-terusan mikirin kerjaan sih, ya kalo gitu pasti stress, tapi balik lagi kerjaan juga harus beres dulu supaya tenang," ungkap Karmila karyawan PT.Julo saat diwawancarai di Kantor PT. Julo, Bintaro, Tangerang Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun