Mohon tunggu...
Kayla Shafira Kandinny
Kayla Shafira Kandinny Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Teknik Kelautan 2023 Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Ring of Fire: Gerakan Bumi Membentuk Lanskap

6 April 2024   09:34 Diperbarui: 6 April 2024   09:56 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibat Guncangan Di Sepanjang Zona Subduksi

Subduksi merupakan proses geologi yang terjadi ketika satu lempeng tektonik menyusup di bawah lempeng tektonik lainnya. Baik antara dua lempeng benua, lempeng benua dan samudra, maupun dua lempeng samudra. Subduksi dapat menyebabkan terbentuknya zona subduksi yang dalam, peregangan kerak bumi di sepanjang zona subduksi, dan aktivitas vulkanik. Letusan gunung berapi dan gempa bumi sering terjadi di daerah-daerah yang terkait dengan proses subduksi.

Gunung berapi di Bumi terbentuk karena keraknya terpecah menjadi 17 lempeng tektonik utama yang kaku dan mengapung di atas lapisan mantel yang lebih panas dan lunak. Oleh karena itu, gunung berapi sering ditemukan di batas divergen dan konvergen lempeng tektonik.

Gempa bumi memiliki potensi untuk memicu letusan gunung berapi melalui pergerakan lempeng tektonik yang signifikan. Sebaliknya, letusan gunung berapi juga dapat memicu gempa bumi melalui pergerakan magma di dalam gunung berapi. Satu aspek penting dari hubungan antara gunung berapi dan gempa bumi adalah siklus timbal balik di mana gempa bumi dapat memicu letusan gunung berapi dan pergerakan magma dalam gunung berapi dapat memicu gempa bumi.

Gempa bumi dan letusan gunung berapi merupakan fenomena alam berbahaya yang menimbulkan risiko serius bagi manusia. Selain itu, tsunami juga merupakan dampak sekunder mematikan yang disebabkan oleh guncangan bawah air seperti gempa bumi dan juga aktivitas gunung berapi.

Berapa banyak kematian yang terjadi dan seberapa parah suatu bencana alam tergantung pada interaksi kita sebagai manusia dengan lingkungan sekitar. Gempa bumi yang kuat dapat diabaikan jika terjadi di Tengah daratan yang hamper tidak memiliki penduduknya.

Bagaimana jika gempa yang terjadi di wilayah yang ramai penduduk? Seperti gempa bumi yang dihasilkan oleh letusan Gunung Krakatau (1883). Jumlah korban tewas akibat erupsi dan tsunami dipastikan mencapai 36.417, tetapi beberapa peneliti memperkirakan korban tewas jauh lebih tinggi, yaitu 120.000 korban tewas (Stekom. 2024). Krakatau runtuh dalam letusan berantai, melenyapkan sebagian pulau disekelilingnya. Letusan itu mengeluarkan terlampau banyak gas sulfur dioksida (SO2) ke atmosfer khususnya stratosfer. Gas ini kemudian terbawa angin tingkat tinggi ke seluruh Bumi. Dampaknya adalah peningkatan global dalam konsentrasi asam sulfat (H2SO4) di awan cirrus tingkat tinggi.

Dilihat dari kondisi geografisnya yang merupakan wilayah dengan ancaman bencana gempa bumi dan tsunami dengan intensitas yang cukup tinggi. Indonesia merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik besar. Di sekitar lokasi pertemuan inilah terjadi akumulasi energi bertabrakan hingga sampai suatu titik lapisan Bumi tidak sanggup menahan tumpukan energi, sehingga energi tersebut akan dilepas dalam bentuk gempa bumi.

Kondisi seperti ini menjadikan kita dalam menghadapi ancaman bencana alam khususnya di wilayah Ring of Fire, diantaranya adalah pendekatan mitigasi yang holistik dan terkoordinasi sangatlah penting. Edukasi untuk masyarakat, sistem peringatan bencana alam, dan kerja sama internasional di bidang mitigasi bencana untuk meminimalkan kerugian manusia dan lingkungan.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang proses geologi berserta dampaknya, beserta upaya mitigasi yang terkoordinasi, diharapkan masyarakat Indonesia dapat lebih siap menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh aktivitas tektonik lempeng di wilayah Cincin Api Pasifik.

Penulis : Kayla Shafira Kandinny

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun