Mohon tunggu...
Ahmad Kaylani
Ahmad Kaylani Mohon Tunggu... -

Sedang berlatih menulis hal-hal kecil dan mudah, hal-hal yang sederhana dan bisa mendapatkan pengalaman baru dari pembaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

RK, Disrupsi dan "Generasi Strawberry"

25 September 2017   14:50 Diperbarui: 25 September 2017   20:25 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lama saya ngefans dengan Prof. Rhenald Kasali. Kalau sudah ngefans cara saya membuktikannya adalah dengan menghunting tulisan dan buku-bukunya. Meski belum semua buku karya RK saya miliki, namun cara RK menuliskan ide-idenya membuat saya seperti, meminjam istilah Mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli alias RR, seperti "dikepret".

Buku pertamanya yang saya beli berjudul "change". Saya paling suka buku ini. Bagi saya RK adalah ilmuwan kedua yang membuat saya terhenyak karena ide-idenya setelah John Naisbitt, futurolog yang bukunya "Mindset" saya beli hampir 10 tahun lalu. Selain teori , RK banyak bicara dengan data. Satu hal lagi yang menjadi daya magnet buku-buku RK; Gaya tulisanya enak dan renyah. Kriuuuk!!

Buku RK terakhir yang saya beli adalah "Strawberry Generation" dan satunya "Self Driving". Minggu lalu di Gramedia Blok M. Square. Kedua buku ini,membuat saya semakin kepincut tentang fenomena yang tengah berubah. RK memotretnya dengan apik dan memberi solusi.

prof-rhenald-kasali-59c901ac4fc4aa4491568752.jpg
prof-rhenald-kasali-59c901ac4fc4aa4491568752.jpg
Bahkan beberapa bab dari bukunya saya minta anak saya yang baru kelas enam SD untuk membacanya. Lalu saya minta anak saya yang cita-citanya jadi Youtuber, Shamil Khayam haydee, membuat ringkasannya dengan konsep "mind map". Ia berhasil membaca lima judul dari buku RK yang berjudul "Starberry Generation". Dan satu judul " Ruben Gonzalez-Bayar Semua Biaya dengan Kerja Keras" dari buku "Self Driving".

Apa yang saya baca dari peta pemikiran RK adalah ia sangat concern dengan perubahan. Dengan fenomena yang terus berubah. Dan perubahan itu sebuah keniscayaan. Tak bisa dihentikan. Namun, RK tidak hanya memotret, ia juga mewarning dan memberi solusi. Tidak hanya bagi dunia usaha yang sudah lama menjadi fokus perhatiannya. Ia juga menuntun anak-anak muda untuk bisa melalui jalan baru yang terus bergerak. Buku SG dan SD adalah sumbangsihnya.

Dalam "Strawberry Generation", misalnya RK mencoba menjelaskan fenomena Generasi Strawberry. Generasi anak-anak saya dan anak-anak anda. Generasi yang "manja". Generasi yang dibentuk oleh salah satunya sikap dan prilaku orang tua. Orang tua yang serba turut campur dengan berbagai hal bagi anak-anaknya. dari soal jurusan, unviersitas sampai urusan pernikahan. Generasi yang eksotis tetapi sangat rapuh.

Beberapa bulan lalu, saat saya bertugas ke Semarang saya sempat beli buku RK yang lain; Disruption; Melawan Musuh-musuh Tak Kelihatan di Era Peradaban Uber . Buku ini terbilang tebal. Saya sengaja pamerkan buku tersebut ke teman-teman Pengurus Kadin Kota Semarang.

Saya juga sengaja mempromosikan buku yang "fresh from oven" itu di depan peserta sosialisasi Program "Competition Compliance" (Program Kepatuhan Persaingan) saat saya menjadi moderator. Di tengah diskusi mereka "meributkan" fenomena online, buku itu bisa membantu mereka "apa yang sesungguhnya tengah terjadi di bisnis mereka".

strawberry-generation-blog-59c9020d0e3f0b289372f4a2.jpg
strawberry-generation-blog-59c9020d0e3f0b289372f4a2.jpg
Buku "Disruption" bagi saya telah menjadi jawaban dari kegundahan saya atas kasus-kasus persaingan usaha. Khususnya ketika persaingan sengit dan berdarah-darah antara konvensional dan online terjadi di mana-mana. Tidak hanya di Jakarta tetapi juga di sejumlah daerah yang sepertinya mulai kehilangan pijakan dan panduan menghadapi fenomena ini.

"saya harus menyampaikan pada anda bahwa hampir semua industri tengah bertarung menghadapi lawan-lawan baru yang masuk tanpa mengikuti pola yang kita kenal. Mereka bahkan tak terlihat, tetapi tahu-tahu menjadi sedemikian besar. Bahkan amat sangat besar. mereka langsung masuk ke rumah-rumah konsumen, dari pintu ke pintu, secara online, melalui smart phone. Para pemain lama (incumbent) tidak bisa mendeteksi karena lawan-lawan berada di luar jangkauan radar mereka".

Ya. Pesan RK sangat jelas. Mereka tengah menghadapi "lawan-lawan yang tak kelihatan". Situasi yang tentu saja membuat para incumbent shock. Betapa tidak. Selama bertahun-tahun, mereka sangat menikmati posisinya sebagai "raja". Jika datang pesaing baru (new entrance), tak sulit mereka singkirkan. "Mereka jago di persaingan yang berdarah-darah".

Sebaliknya, pemerintah juga menikmati suasana nan "harmoni" ini. Ada kepastian pajak yang setiap tahun mereka setorkan. Ada penyerapan tenaga kerja yang bisa menjelaskan bahwa ekonomi negeri ini bertumbuh. Boleh dikatakan "sangat menikmati perlindungan" (proteksi) yang diberikan negara melalui regulasi. Wajar jika kemudian mereka menjadi sangat lamban, menderita rabun jauh persaingan.

Bagi saya yang setiap hari bergelut dengan isu persaingan, kehadiran buku "disruption" seperti memberi peta baru persaingan. Ada arus baru yang tengah bergerak dan yang sangat berpotensi menggusur semua incumbent yang gagal melakukan inovasi dan adaptasi. Kasus kehadiran transportasi online semacam Gojek, Grab, Uber dan sebagainya menjadi bukti; "ancaman itu nyata jendral!!

037831100-1487557465-buku-01-59c903a4f121d4351b155652.jpg
037831100-1487557465-buku-01-59c903a4f121d4351b155652.jpg
Disrupsi memang tidak datang dari tempat yang jauh. Disrupsi lahir dari dalam bisnis yang sudah "melemah" karena terlalu lama berkuasa. Diam-diam kekuatan baru menggerogoti dan seperti Musa di Istana Firaun; menjadi lawan yang kasat mata karena memandang pesaing selalu berada jauh di luar sana.

"The concept of disruption is about competitive response; it is not a theory of growth. It's adjacent to growth. But It's not about growth". kata Christensen.

Singkatnya disrupsi adalah tentang inovasi, tegas RK. Incumbent yang telah lama menikmati proteksi memang sudah menjadi pemalas, apalagi melakukan inovasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun