Sebaliknya, pemerintah juga menikmati suasana nan "harmoni" ini. Ada kepastian pajak yang setiap tahun mereka setorkan. Ada penyerapan tenaga kerja yang bisa menjelaskan bahwa ekonomi negeri ini bertumbuh. Boleh dikatakan "sangat menikmati perlindungan" (proteksi) yang diberikan negara melalui regulasi. Wajar jika kemudian mereka menjadi sangat lamban, menderita rabun jauh persaingan.
Bagi saya yang setiap hari bergelut dengan isu persaingan, kehadiran buku "disruption" seperti memberi peta baru persaingan. Ada arus baru yang tengah bergerak dan yang sangat berpotensi menggusur semua incumbent yang gagal melakukan inovasi dan adaptasi. Kasus kehadiran transportasi online semacam Gojek, Grab, Uber dan sebagainya menjadi bukti; "ancaman itu nyata jendral!!
"The concept of disruption is about competitive response; it is not a theory of growth. It's adjacent to growth. But It's not about growth". kata Christensen.
Singkatnya disrupsi adalah tentang inovasi, tegas RK. Incumbent yang telah lama menikmati proteksi memang sudah menjadi pemalas, apalagi melakukan inovasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H