Mohon tunggu...
Kayla Nacasely
Kayla Nacasely Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/mahasiswa

Saya adalah orang yang suka membaca novel fiksi dan bermain gitar :)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tragedi Kanjuruhan dan Nilai-nilai Pancasila

9 Januari 2024   20:19 Diperbarui: 10 Januari 2024   16:26 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tragedi Kanjuruhan tahun 2022, event besar dan meriah ini telah menjadi duka yang mendalam bagi dunia sepakbola Indonesia.

Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur ini berawal dari kericuhan suporter tim tuan rumah Arema yang menyerang pemain rivalnya, Persebaya Surabaya. 

Peristiwa ini bisa disangkutpautkan dengan penghayatan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sosial. Coba kita ingat lagi bunyi Pancasila sila ke-2

"Kemanusiaan yang Adil dan Beradab"

Beradab dari mananya? Adil untuk siapa?

Mengapa ini bisa terjadi? Apakah salah para suporter tidak beradab yang menyerang para pemain Persebaya? Salah aparat kepolisian yang menembakan gas air mata? Atau salah tim pelaksana yang kurang persiapan menghadapi lonjakan para penonton liga? Siapa yang patut disalahkan atas tragedi memilukan ini?

Banyak asumsi, opini, komentar komentar yang bermunculan di internet dan selalu berakhir menyalahkan salah satu pihak. Mengapa kejadian ini tak dijadikan pelajaran sekaligus pengingat bahwa nilai nilai Pancasila sudah tak lagi dihayati oleh sebagian besar masyarakat. Ternyata bangsa Indonesia masih memiliki rasa kepedulian yang rendah, egois dan ingin meraup semua keuntungan untuk kepentingan golongan tertentu. Penonton yang tidak bertanggungjawab, apparat yang terpaksa melanggar peraturan karena sudah terdesak, dan penyelenggara yang kewalahan bergulat jadi satu disatu tempat hingga kejadian ini terjadi.

Menurut saya, Tragedi Kanjuruhan, benar benar merupakan kemerosotan besar dan tidak berkemanusiaan. Mestinya liga seperti ini menjadi sarana masyarakat untuk meluapkan cinta mereka terhadap club bola favoritnya, tempat merayakan, menikmati pertandingan sepak bola. Bukan malah menjadi tempat yang porak poranda seperti ini.

Yang dapat saya simpulkan adalah, Karakter Pancasila belum menjadi dasar dalam sepakbola Tanah Air. Kalau saja, semua orang pada saat itu memiliki setidaknya salah satu Karakter Pancasila, contohnya berperikemanusiaan, maka tragedi memilukan ini tentunya dapat kita cegah.

Mari kita renungkan Tragedi Kanjuruhan ini, ada hikmah yang bisa kita ambil dibalik peristiwa yang melayangkan ratusan nyawa manusia ini, untuk lebih dewasa dalam bertindak, dan menerapkan nilai Pancasila dalam setiap kegiatan yang kita lakukan. Jadikan tragedi ini sebagai cara untuk kita mengatur kembali persepakbolaan di Indonesia, agar tetap menjadi ajang yang bisa menghibur sekaligus membawa nama Indonesia ke mata dunia.

Tidak ada sepak bola seharga nyawa manusia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun