KronologiÂ
Â
Pembunuhan dan mutilasi yang terjadi di Desa Cisontrol, Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis berlangsung pada jumat (03/05) pagi sekitar pukul 07:30 WIB. Kejadian itu menggemparkan warga sekitar yang terekam dalam video berdurasi 17 detik yang viral di media sosial. Di video tersebut, seseorang yang diduga warga setempat merekam pelaku yakni Tarsum berjalan di kampung sembari membawa pisau. Dia juga tampak menggotong sesuatu yang diduga potongan tubuh manusia di atas karung.
Menurut Ketua RT setempat, Yoyo Tarya, dia mengetahui adanya pembunuhan itu ketika hendak berangkat kerja. Begitu mendapat laporan, dia langsung mendatangi lokasi dan melihat Tarsum seperti ketakutan dengan masih menenteng pisau. Tapi yng bikin Yoyo gemetar, pelaku sempat menawarinya potongan tubuh korban yang saat itu sudah dimasukkan ke dalam baskom.
"Saya ditawari, 'Beli daging Yanti, beli', " ungkapnya menirukan perkataan pelaku pada Jumat (03/05) seperti dilansir Kompas.com.
Â
"Saya mau nolongin, Cuma saya takut, dia masih bawa pisau. Saya tinggal, langsung saya lagi ke polisi," imbuhnya.
Dari video yang beredar di media sosial, Tasum nampak mengamuk ketika hendak ditangkap kepolisian. Polisi pun terpaksa mengikatnya dan memasukkannya ke mobil. Kepala Bidang Humas Polda Jabar, Jules Abast, mengatakan dari olah tempat kejadian perkara, pelaku menggunakan sepotong kayu untuk membunuh korban. Hasil pemeriksaan sementara oleh tim dokter ditemukan luka terkena benda tumpul di belakang kepala korban. Kemudian pelaku menggunakan pisau untuk memutilasi. Kasat Reskrim Polres Ciamis, Joko Prihatin, berkata pelaku Tasum sudah ditetapkan sebagai tersangka. Namun demikian, motifnya belum bisa dipastikan lantaran pemeriksaan kejiwaan sedang dilakukan.
"Saat dilakukan pemeriksaan terhadap tersangka, begitu menjurus ke pembunuhan dan mutilasi dia langsung bungkam dan tidak mengatakan apapun bahkan reaktif," jelas Joko Prihatin kepada wartawan, Senin (06/05). Sumber diambil dari bbc.com.
Â
Analisis Fenomena
Kasus tragis di Ciamis, di mana seorang suami tidak hanya memtulias istrinya tetapi juga menawarkan daging tubuh istrinya kepada tetangga-tetangganya, adalah contoh ekstrem dari kegagalan moral dan etika komunikasi. Untuk menganalisis fenomena ini, kita dapat merujuk pada konsep-konsep dalam buku "Filsafat dan Etika Komunikasi" oleh Sudirman Tebba.
eksistensialisme, tindakan seseorang mencerminkan kebebasan dan tanggung jawabnya. Dalam hal ini, tindakan suami  mencerminkan penggunaan kebebasan secara ekstrim tanpa tanggung jawab moral. Eksistensialisme menekankan pentingnya keaslian dan makna dalam perilaku manusia. Tindakan kekejaman ini menunjukkan adanya krisis eksistensial dan ketidakbermaknaan yang mendalam dalam kehidupan pelakunya.
Utilitarianisme mengukur moralitas tindakan berdasarkan dampaknya terhadap kebahagiaan dan penderitaan. Perbuatan pria ini menimbulkan penderitaan yang luar biasa bagi korbannya serta ketakutan dan  trauma bagi masyarakat sekitar. Menurut prinsip utilitarianisme, tindakan seperti itu sangat tidak bermoral karena  lebih banyak mendatangkan penderitaan daripada kebahagiaan.
Dari sudut pandang deontologis, tindakan tersebut jelas melanggar prinsip moral dasar dalam menghormati kehidupan dan martabat manusia. Deontologi menekankan bahwa semua tindakan  salah secara moral, apapun konsekuensinya. Membunuh atau tidak menghormati tubuh manusia merupakan pelanggaran terhadap kewajiban moral universal.
 Etika Komunikasi dalam Tulisan Sudirman Tebba membahas pentingnya etika dalam segala bentuk komunikasi dalam bukunya Filsafat dan Etika Komunikasi. Kasus ini dapat dianalisis dengan menggunakan beberapa konsep etika komunikasi yang dipaparkan oleh buku terbitan Sudirman Tebba.
 Salah satu prinsip utama etika komunikasi adalah kejujuran dan keterbukaan. Kasus ini menunjukkan  kebohongan dan penyembunyian yang ekstrim. Sang suami jelas-jelas tidak jujur dan terbuka terhadap istri dan orang-orang disekitarnya. Etika komunikasi menekankan bahwa hubungan yang sehat didasarkan pada kejujuran.
Sudirman Tebba juga menekankan pentingnya menghormati harkat dan martabat manusia dalam segala bentuk komunikasi. Memotong daging manusia dan menawarkannya kepada orang lain merupakan pelanggaran berat terhadap martabat manusia dan merupakan bentuk komunikasi yang sangat tidak etis yang menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap kehidupan manusia. Etika Komunikasi juga mengajarkan pentingnya penyelesaian konflik melalui dialog dan negosiasi.
Â
Dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan, konflik harus diselesaikan melalui komunikasi yang sehat dan damai. Tindakan kekerasan  ekstrem ini menunjukkan kegagalan total dalam komunikasi yang etis dan konstruktif.
Tanggung Jawab Sosial Menurut  Sudirman Tebba, setiap individu mempunyai tanggung jawab sosial dalam berkomunikasi. Menawarkan daging manusia kepada sesama bukan hanya tidak etis tetapi juga menunjukkan kurangnya pemahaman tentang tanggung jawab sosial. Hal ini menimbulkan trauma dan ketakutan di masyarakat serta menunjukkan kurangnya tanggung jawab atas dampak sosial dari tindakan tersebut.  Implikasi Sosial dan Hukum Analisis ini menunjukkan bahwa kasus seorang suami yang memutilasi istrinya dan menawarkan dagingnya kepada tetangganya merupakan contoh tragis  kegagalan komunikasi moral dan etika.
 Hal ini bukan hanya merupakan permasalahan individu, namun juga merupakan permasalahan sosial yang memerlukan intervensi hukum dan pencegahan lebih lanjut. Penting bagi masyarakat dan sistem hukum untuk meningkatkan kesadaran dan mengambil tindakan pencegahan untuk mencegah  kekerasan seperti ini terjadi lagi.
Kesimpulannya Jika merujuk pada buku "Filsafat dan Etika Komunikasi" karya Sudirman Tebba, kita pasti paham bahwa tindakan pria tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap prinsip moral dan etika komunikasi. Kejujuran, rasa hormat, resolusi konflik dan tanggung jawab sosial merupakan aspek penting yang dilanggar dalam kasus ini. Analisis ini menyoroti perlunya pendekatan holistik dalam menangani insiden kekerasan dalam rumah tangga baik dari sudut pandang moral, komunikatif, dan hukum guna membangun masyarakat yang lebih aman dan etis.
Kasus yang terjadi di Ciamis sangat mengerikan, di mana seorang suami tidak hanya membunuh dan memutilasi istrinya, namun juga menawarkan dagingnya kepada tetangganya, memerlukan analisis mendalam dari perspektif filosofi dan etika komunikasi. Berbagai aspek moral dan etika dari peristiwa ini dapat kita kaji dengan mengacu pada konsep dalam Etika dan Filsafat Komunikasi karya Muhammad Mufid.
 Menurut Muhammad Mufid, filsafat komunikasi harus memperhatikan kebebasan bertindak individu  dan tanggung jawab moralnya atas tindakan tersebut. Tindakan seorang suami yang memutilasi istrinya merupakan pelanggaran ekstrem terhadap kebebasannya dan pelanggaran terhadap tanggung jawab moral fundamentalnya. Kebebasan tanpa tanggung jawab menjadi salah satu penyebab perbuatan asusila tersebut. Dalam  etika Muhammad Mufid, penghormatan terhadap kehidupan dan martabat manusia merupakan prinsip moral yang paling penting. Tindakan brutal ini merupakan pelanggaran berat terhadap prinsip ini. Setiap orang mempunyai hak untuk hidup dan diperlakukan secara bermartabat. Pembunuhan dan penghinaan terhadap tubuh manusia merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang paling dasar. Muhammad Mufid juga  menekankan pentingnya keseimbangan  hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat.
 Dalam kasus ini, sang suami tidak hanya melanggar kewajibannya untuk melindungi istrinya, tetapi juga melanggar hak-hak dasar istrinya dengan menawarkan daging manusia kepada tetangganya, sehingga mengakibatkan trauma psikologis yang parah.
 Etika Komunikasi oleh Muhammad Mufid Muhammad Mufid dalam bukunya Etika dan Filsafat Komunikasi memaparkan prinsip-prinsip penting  etika komunikasi yang sangat relevan dengan analisis kasus ini.  Menekankan pentingnya transparansi dan keterbukaan. Kasus ini menunjukkan  kebohongan dan penyembunyian yang ekstrim. Suami tidak jujur terhadap istrinya dan orang-orang disekitarnya. Keterbukaan dalam berkomunikasi menjadi kunci untuk mencegah eskalasi konflik yang  berujung pada kekerasan.
Menurut Muhammad Mufid, prinsip utama  etika komunikasi  adalah rasa hormat dan pertimbangan terhadap orang lain.  Menawarkan daging manusia kepada tetangga sangatlah tidak etis dan menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap perasaan dan kesejahteraan tetangga sekitar. Muhammad Mufid menekankan pentingnya empati dalam komunikasi. Empati adalah kemampuan untuk memahami dan berbagi emosi dengan orang lain. Kekejaman yang dilakukan suami ini menunjukkan kurangnya rasa empati, baik terhadap korban maupun  tetangga yang ditawarkan daging manusia. Setiap tindakan komunikasi harus disertai dengan tanggung jawab. Dalam hal ini, tindakan suami jelas menunjukkan pengabaian  terhadap kewajiban komunikasinya. Pemberian daging manusia tidak hanya melanggar norma sosial dan etika, tetapi juga menimbulkan trauma  mendalam bagi masyarakat.
 Implikasi Sosial dan Hukum Kasus ini bukan hanya persoalan pribadi, namun mempunyai implikasi sosial yang luas. Masyarakat dan sistem hukum harus mengambil tindakan tegas untuk mencegah kejadian serupa terjadi di masa depan. Kita memerlukan mekanisme yang lebih baik untuk mendeteksi dan menangani tanda-tanda awal kekerasan dalam rumah tangga.
 Dari segi hukum, pelaku harus mendapat hukuman yang setimpal agar dapat memberikan keadilan bagi korban dan masyarakat.
 Kesimpulan Merujuk pada buku ``Etika dan Filsafat Komunikasi'' karya Muhammad Mufid,  kasus seorang suami yang memutilasi istrinya dan menawarkan dagingnya kepada tetangganya merupakan pelanggaran serius terhadap prinsip moral dan etika.
Â
Kasus suami yang memutilasi istrinya di Ciamis dan menawarkan dagingnya kepada tetangga, menggemparkan publik dan memicu berbagai pertanyaan filosofis dan etika terkait komunikasi. Berikut analisisnya berdasarkan buku "Etika Komunikasi di Era Siber Teori dan Praktik" oleh Fajar Junaedi:
Tindakan pelaku merupakan pelanggaran moral berat yang mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan martabat manusia. Membunuh dan memutilasi istri mencerminkan hilangnya empati dan rasa hormat terhadap hak hidup orang lain. Pelaku telah mendehumanisasi korban, memandangnya bukan sebagai manusia dengan hak dan martabat, melainkan sebagai objek untuk dimutilasi dan diperlakukan dengan kejam.
Kasus ini menjadi contoh penyebaran informasi yang menyesatkan dan meresahkan melalui media. Tindakan pelaku menawarkan daging korban kepada tetangga menunjukkan upaya memanipulasi informasi dan meredam rasa kengerian publik. Media massa perlu mengedepankan etika jurnalisme dalam memberitakan kasus ini. Memprioritaskan akurasi, sensitivitas, dan menghormati privasi keluarga korban menjadi kunci utama.
 Komunikasi terbuka dan jujur dalam keluarga menjadi penting untuk mendeteksi potensi masalah dan mencari solusi bersama. Dialog yang terbuka dan saling menghormati dapat membantu mencegah kesalahpahaman dan konflik yang berujung pada tragedi. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental dan menyediakan layanan konseling yang mudah diakses dapat membantu individu yang mengalami masalah mental mendapatkan bantuan yang tepat.
Kasus ini menunjukkan pentingnya etika komunikasi di era siber, di mana informasi dapat tersebar dengan cepat dan luas. Kita perlu berhati-hati dalam menyebarkan informasi, memverifikasi kebenarannya, dan menghindari ujaran kebencian yang dapat memperburuk situasi.
Tragedi di Ciamis merupakan pengingat kelam tentang pentingnya moralitas, kemanusiaan, dan etika komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Kita perlu memperkuat nilai-nilai kemanusiaan, meningkatkan komunikasi yang terbuka dan jujur, serta mendorong kesadaran kesehatan mental untuk mencegah terulangnya tragedi serupa.
Buku "Etika Komunikasi di Era Siber Teori dan Praktik" oleh Fajar Junaedi memberikan landasan teoretis dan praktis untuk memahami etika komunikasi di era digital. Buku ini membahas berbagai aspek komunikasi, termasuk media sosial, internet, dan teknologi informasi, dan bagaimana etika komunikasi dapat diterapkan dalam konteks tersebut. Kasus di Ciamis dapat menjadi bahan refleksi dan pembelajaran untuk membangun budaya komunikasi yang lebih bertanggung jawab, berintegritas, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hermansyah, Dadang. (2024) "Pembunuhan dan mutilasi di Ciamis, pelaku disebut 'depresi' - Apakah orang dengan gangguan jiwa berpotensi melakukan tindak kejahatan?" bbc.com. https://www.bbc.com/indonesia/articles/cj5lp186818o
Tebba, Sudirman. (2008) Filsafat dan Etika Komunikasi Pustaka Irvan.
Junaedi, Fajar. (2019) Etika Komunikasi di Era siber dan Teori Praktik Rajawali Pers
Mufid, Muhammad. (2012) Etika Dan Filsafat Komunikasi Prenadamedia Group.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI