Mahasiswa pekerja part time, sudah tak asing lagi terdengar. Bekerja part time menjadi pilihan bagi mahasiswa yang ingin menambah pengalaman dan tambahan uang jajan. Karena mayoritas perusahaan yang mencari pekerja part time tidak terikat waktu yang lama, berkisar 4 sampai 8 jam dalam seharinya.
Afiefah Syadza (24) seorang mahasiswi Pendidikan Teknik Boga Universitas Negeri Yogyakarta yang sedang menempuh semester akhir dan memasuki fase perlika-likuan skripsi. Afiefah sudah mulai mengenal dunia kerja sejak ia masih menduduki bangku SMK. Disaat akhir masa SMK nya ia diharuskan menjalani PKL yang mana ia ditempatkan di salah satu tempat milik bandara Adi Sucipto. Hal ini membuatnya sudah tak asing lagi dengan dunia kerja.Â
Saat ini ia sedang menyambih kerja di outlet donat yang bernama Donat Bocils. Sudah berjalan selama 8 bulan, ini kali pertama Afiefah menjalankan puasa di tempat kerja. Tak ada perubahan shift, ia tetap berada di shift sore yang rentang waktu  6 jam, dari pukul 14.00 hingga pukul 20.00. Sehingga hal ini membuatnya ia untuk selalu berbuka puasa di tempat kerja.Â
Jobdesc yang di miliki Afiefah ialah menopping donat, membuat saus garlic bread, hingga membuat beberapa filling untuk beberapa menu yang ada di Donat Bocils. Ia tak pernah mengeluh sekalipun dalam menjalankan hari-harinya sebagai mahasiswa parttime. Faktor yang memengaruhi ini mungkin saja bisa karena ia sudah terlatih mentalnya sedari ia berseragam putih-abu. Belajar memanage waktu, belajar mengelola keuangan, hingga belajar perihal perkembangan kemampuan yang ia miliki sudah menjadi sahabatnya sedari dulu.
Hal ini membuat ia tak kaget lagi ketika ia memasuki dunia kerja yang sebenarnya, terlebih dahulu juga pernah ketika ia sudah memasuki bangku kuliah di semester 5, ia mendapatkan kesempatan untuk magang di salah satu perusahaan yang berada di Luar Negeri yakni Jepang. Disana ia menjalankan aktivitas sebagai mahasiswa magang selama sekitar satu tahun lebih. Terjebak pandemi Covid-19 membuatnya ia tertahan disana selama itu, hingga ia harus merasakan bulan ramadhan dan merayan Idul Fitri di Jepang.Â
Ya, itu adalah pengalaman yang sangat tidak bisa ia lupakan. Jauh dari keluarga dan tak bisa merayakannya bersama, harus ia hadapi kenyataan ini dengan pahit. Mau bagaimana lagi? ini sudah menjadi konsekuensi yang harus ia jalani.Â
Harus selalu menggira-ngira waktu imsyak, waktu adzan sholat, hingga waktu berbuka dengan tak pasti. Hal ini dikarenakan tempat Afiefah menginap beserta teman-temannya berada di desa dan jauh dari kota, tentu jauh dari suara adzan di masjid pula. Hingga pada saat Idul Fitri tiba, ia harus merelakan kehilangan momen-momen hangat bersama keluarga di tanah air pada Hari Raya ini. Sholat ied berjamaah hanya dengan para teman di asramanya, dan tak ada momen halal bi halal seperti yang selalu dirasakan selama tiap tahunnya.
Kayla, Mahasiswa Ilmu Komunikasi di UIN Sunan Kalijaga yang saat ini baru saja menginjak semester 2. Memutuskan untuk bekerja paruh waktu  bukan karena tanpa alasan. Merasa waktu luang yang ia miliki cukup banyak, membuatnya berpikir aktivitas apa yang kiranya bermanfaat dan produktif untuk dijadikan aktivitas rutin namun tak mengganggu jadwal kuliah di setiap harinya.
Berbeda dengan Afiefah Syadza sang rekan kerja, Kayla hanya mendapatkan shift jam kerja dari pukul 18.00 hingga 21.00 jobdesc yang ia dapatkan pun menjadi front liner. Mendapatkan pekerjaan ini tentu membuat Kayla sangat senang hati. Tentu hal ini karena shift jam kerja yang ia dapatkan tak perlu menggangu jadwal kuliahnya yang biasanya dari pagi sampai menjelang sore.Â
Ini kali pertama Kayla menjalankan bulan ramadhan dengan suasana baru. Berbuka di toko hingga sholat tarawih di rumah yang biasanya berjamaah di masjid. Bagaimana tidak? pukul 21.00 baru tutup toko, belum lagi merekap pendapatan di hari itu dan melakukan closingan hingga beberes dan bebersih, bisa-bisa baru pulang jam 21.30 tentu hal ini membuatnya tak bisa melaksanakan sholat tarawih di masjid.Â
Lika liku tak hanya pada 2 poin tersebut saja. Awal bulan ramadhan hingga pertengahan bulan ramadhan, Kayla harus dihadapkannya pada UTS di perkuliahannya. Hal ini membuatnya terkadang merasa lelah dan cukup repot dalam membagi waktu untuk mengerjakan tugas, waktu kerja, dan waktu untuk membantu ibu di rumah yang juga menerima pesanan kue kering di bulan ramadhan.Â
Lelah, lelah, dan lelah. lelah yang di rasa namun tentunya hal ini tak membuatnya menjadi menyerah begitu saja. Kayla terus mencoba terus meyakini diri bahwa ini adalah sebuah permulaan. Ya, ini semua hanyalah permulaan, karena Kayla pun percaya pada akhirnya nanti ia akan dihadapkan oleh dunia yang lebih keras dari ini di masa yang akan datang. Ia menganggap hal ini semua menjadi ajang pelatihannya untuk bisa kuat dalam fisik maupun mental dan mempersiapkan diri Kayla versi yang lebih baik lagi.
Beberapa tips untuk para kompasianer yang ingin menjadi mahasiswa parttime kiranya hal ini bisa sedikit membantu.
- Kuliah tetap nomor satu. Pilih pekerjaan paruh waktu yang tidak mengganggu aktivitas kuliah atau setidaknya pilih pekerjaan yang mudah untuk tahap adaptasinya baik dari segi waktu maupun intensitas pekerjaan.
- Pilih yang terdekat dengan kampus atau tempat tinggal. Hal ini akan membuatmu lebih mudah dalam membagi waktu.
- Pastikan kamu membaca kontrak kerja. Meskipun hanya kerja paruh waktu, kamu tetap perlu membaca teliti kontrak kerja yang diajukan, hal ini untuk mengurangi konflik di masa datang yang berpotensi menghambat kuliah.
Bagaimana? tertarik menjadi mahasiwa yang menyambih kerja paruh waktu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H