Mohon tunggu...
Kayla Elfreda
Kayla Elfreda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

22107030031 UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Brand Skincare Lokal: Sudah Mahal, Isinya Sedikit Pula!

13 Februari 2023   12:36 Diperbarui: 13 Februari 2023   13:00 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: shutterstock.com

Kompasianer, setujukah kamu perihal campaign "cintai produk lokal" yang dielu-elukan oleh banyak orang?

Tentu hal ini sangat bernilai positif guna mendukung kenaikan pendapatan perkapita di negara kita, Indonesia. Namun rupanya masih banyak sekali orang di luar sana yang kurang melirik brand lokal melainkan mereka berbondong-bondong untuk membeli dan menggunakan produk-produk dari Luar Negeri. 

Mengapa demikian? apakah mereka tidak bangga dengan apa yang ada di negara kita sendiri? Ya, memang banyak orang yang memiliki motif yang menjurus kearah "gengsi". Namun, rupanya tidak hanya itu yang menjadikan mereka masih mengonsumsi serta membeli produk dari luar. Salah satunya di bidang kecantikan seperti skincare atau make up.

Di zaman sekarang ini orang-orang sudah mulai membuka mata perihal betapa pentingnya penggunaan skincare, hal ini pun membuat banyak brand-brand kecantikan di dalam negeri ini bermunculan dengan kualitas yang cukup bagus pula. Namun, yang menjadi pertanyaan sekarang ialah mengapa masih banyak orang yang lebih memilih untuk menggunakan produk skincare dari luar ketimbang produk skincare dalam negeri? 

Apa benar karena gengsi? Saya rasa dalam penggunaan skincare ialah konsumen lebih mementingkan kecocokannya produk tsb pada kulit konsumen. Cocok kah? 

Lalu, seberapa efektifkah produk itu di kulit konsumen? Berhasilkah ia bekerja seperti yang ia klaim? Lalu, hal ini berarti motifnya bukan karena gengsi seperti pada kasus di porduk-produk lain seperti sepatu, pakaian, tas, atau hal-hal lain yang terlihat dan bisa dipamerkan di hadapan orang lain. Lalu, mengapa?

Baru-baru ini dalam platform twitter sedang ramai orang-orang membicarakan produk skincare lokal yang sedang menjamur. Mereka beranggapan bahwa brand-brand lokal saat ini sedang latah.  

Latah yang dimaksud disini ialah banyak brand skincare lokal yang memanfaatkan empati orang-orang dengan embel-embel  “cintai produk lokal” dan menjual harga dengan sedikit tidak masuk akal. mereka lupa untuk meningkatkan kualitas yang kurang sebanding. Bukan keefektifan produk tsb yang dibicarakan. Melainkan harga dan isi didalamnya yang sangat tidak sebanding jika dibandingkan dengan produk luar. 

Seperti contoh ada 1 brand dari Korea Selatan berinisial “I” dan ada satu brand skincare lokal berinisial “S” yang sama-sama memiliki produk pelembab dengan kandungan utamanya yakni ceramide dan banyak pula penggemarnya dikarenakan banyak orang yang menggunakan pelembab-pelembab itu dan merasakan keefektifan produk-produk ini di kulit mereka. Namun, jika dua produk ini kita bandingkan sangat berbanding terbalik. 

Produk lokal yang berinisial “S” menjual pelembab mereka dengan rentang harga 250 ribuan hingga 290 ribuan dengan isi 50ml sedangkan produk luar dengan inisal “I” menjual pelembab dengan harga 220 ribuan dan isi 200ml. Sangat berbanding terbalik yaa. 

Kita ambil contoh lainnya, ada satu brand lokal berinisial “A” menjual produk sunscreen seharga 150 ribuan dengan isi 30ml. Tentu hal ini membuat orang-orang beranggapan bahwa sunscreen ini lebih mahal dibandingkan harga-harga sunscreen pada umumnya.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu pengguna akun twitter (@hikunski) “officially say goodbye sama lokal brand yang jual overprice basic skincare kayak moisturizer & sunscreen 300k for 30ml wtf. sekarang kembali ke brand korea / amerika yang sama-sama mahal tapi worth to buy. I'll go back to cosrx, snp, tony moly, & cerave”

Lalu yang sekarang menjadi pertanyaan ialah mengapa bisa mereka menjual produk-produk dengan semahal itu?

Selain asumsi “aji mumpung karena orang-orang mulai cinta dengan produk buatan lokal”, tentu dalam beberapa kasus terdapat beberapa penjelasan pula untuk sebagai motif dari fenomena ini.

Seperti dalam tweet (@komplenmuch) “biasanya ingredientsnya bikin mahal karena harus impor, blm lagi kalo packaging belum umum produksi. kita lokal masih minim banget sdmnya buat ngolah ingredients bagus (dari bahan mentah ke konsentrat), padahal bahan mentah disini banyak loh. sayangnya disituu”

Apakah benar demikian?

Meskipun banyak orang yang beranggapan tentang maraknya brand-brand lokal yang menjual produk mereka dengan harga yang sedikit mahal dari pasaran, namun tak jarang pula yang beranggapan bahwa dengan harga segitu memang sebanding dengan efek yang diberikan.

Sebetulnya kalau kita telaah lebih dalam, banyak pula brand-brand lokal yang menawarkan produk-produk mereka dengan harga yang cukup murah. Dari sini kita simpulkan, produk-produk lokal pun terbagi dalam beberapa segmen pasar, dari yang sangat murah hingga harga yang sedikit tidak masuk akal. Semuanya kembali lagi pada kebutuhan konsumen, mana produk yang lebih ngefek di kulit mereka dengan harga yang bisa dijangkau pula.

Kalau menurut kompasianer, mana yang lebih worth it? Produk lokal atau produk luar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun