Mohon tunggu...
Kayla Athalah Dinandra
Kayla Athalah Dinandra Mohon Tunggu... Lainnya - Undergraduate Student of Diploma IV Digital Office Management Major at Airlangga University

keep in silence

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengangguran Disebabkan oleh Minimnya Lapangan Pekerjaan

20 Agustus 2023   22:46 Diperbarui: 21 Agustus 2023   02:26 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam era bonus demografi, di mana sebagian besar penduduk suatu negara berada pada rentang usia produktif, pertumbuhan lapangan pekerjaan menjadi sebuah tantangan yang kompleks. Faktor-faktor seperti perkembangan teknologi, ketidaksesuaian keterampilan, dan perubahan dalam struktur ekonomi dapat berkontribusi terhadap meningkatnya angka pengangguran. Sementara tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG 8) bertujuan untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan lapangan pekerjaan yang layak, realitasnya seringkali berbeda.


Salah satu faktor utama yang memengaruhi minimnya lapangan pekerjaan adalah perkembangan teknologi. Automatisasi dan otomatisasi proses produksi cenderung mengurangi permintaan akan tenaga kerja manusia, terutama dalam pekerjaan rutin dan berulang. Meskipun teknologi menciptakan peluang baru, seperti dalam sektor teknologi informasi, sektor-sektor tradisional mungkin menghadapi tantangan dalam menciptakan pekerjaan baru.


Ketidaksesuaian keterampilan juga menjadi penyebab penting dari masalah pengangguran. Bonus demografi menciptakan populasi yang besar dan relatif muda, namun kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan sekolah dan kebutuhan pasar kerja dapat menghambat integrasi mereka dalam dunia pekerjaan. Pendidikan yang tidak relevan dengan kebutuhan industri atau kurangnya pelatihan keterampilan yang sesuai dapat membatasi peluang para pencari kerja.


Selain itu, perubahan dalam struktur ekonomi juga berkontribusi pada minimnya lapangan pekerjaan. Pergeseran dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa dapat mengakibatkan gejala pengangguran struktural. Wilayah pedesaan seringkali menghadapi kesulitan dalam menawarkan pekerjaan produktif dan layak, yang mendorong migrasi urban dan menciptakan tekanan pada kota-kota besar untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang mencukupi.


Untuk mengatasi masalah ini, langkah-langkah konkret perlu diambil. Pendidikan harus ditingkatkan dengan fokus pada keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja. Inisiatif pelatihan dan pengembangan keterampilan juga harus didukung secara aktif oleh pemerintah dan sektor swasta. Di samping itu, investasi dalam sektor-sektor yang berpotensi menciptakan lapangan pekerjaan, seperti industri kreatif dan teknologi hijau, dapat membantu mengatasi tantangan ini.


Di tengah tantangan yang dihadapi dalam mengatasi masalah pengangguran akibat minimnya lapangan pekerjaan di era bonus demografi, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil juga menjadi kunci. Berbagai langkah dapat diambil untuk menghadapi tantangan ini secara holistik.


Pertama-tama, pemerintah perlu merancang kebijakan yang mendukung pelatihan dan pengembangan keterampilan yang sesuai dengan permintaan pasar kerja. Ini dapat melibatkan penyusunan kurikulum yang relevan, program pelatihan intensif, dan insentif untuk sektorsektor yang mempekerjakan lulusan baru.


Kedua, sektor swasta memiliki peran penting dalam menciptakan peluang kerja. Kolaborasi dengan perguruan tinggi dan lembaga pendidikan dapat membantu mengidentifikasi kebutuhan industri dan merancang program pendidikan yang sesuai. Selain itu, inovasi dan investasi dalam sektor-sektor yang sedang berkembang dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru yang berpotensi mengurangi angka pengangguran.


Ketiga, masyarakat sipil juga dapat berkontribusi dalam mengatasi masalah ini. Programprogram mentoring dan bimbingan untuk para pencari kerja dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan interpersonal dan profesional yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Selain itu, pendidikan mengenai kewirausahaan juga dapat mendorong lahirnya usaha kecil dan menengah yang memiliki potensi untuk menciptakan lapangan pekerjaan.


Di samping itu, perlu diakui bahwa fenomena pengangguran tidak dapat diatasi secara instan. Proses transformasi ekonomi dan sosial memerlukan waktu, dan langkah-langkah kebijakan harus tetap relevan seiring dengan perkembangan yang terjadi. Pemantauan dan evaluasi yang berkelanjutan perlu dilakukan untuk memastikan efektivitas dari upaya yang dijalankan.


Dalam kesimpulannya, masalah meningkatnya angka pengangguran akibat minimnya lapangan pekerjaan di era bonus demografi merupakan tantangan serius yang membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif. Dengan langkah-langkah yang tepat, termasuk peningkatan pendidikan, pelatihan keterampilan, investasi sektor-sektor potensial, serta partisipasi semua pihak terkait, dapat diharapkan bahwa potensi dari bonus demografi dapat diarahkan menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan lapangan pekerjaan yang lebih luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun