Contohnya di kelas 10 ini, saya sedang belajar tentang persamaan dan tidak persamaan mutlak. Di saat guru di sekolah mengajarkan dan menjelaskannya, pelajarannya tidak terlalu masuk ke otak saya dan saya tidak sepenuhnya mengerti apa yang diajarnya.
Jadi, sepulangnya di rumah, saya memberitahu papa saya tentang apa yang saya pelajari hari ini dan bahwa saya kurang mengerti dengan pelajarannya. Dia lalu akan menannyakan saya bagian mana yang saya kurang mengerti. Setelah saya jawab, dia mengambil buku matematika saya dan mulai mempelajarinya.
Setelah mempelajarinya, dia akan menjelaskan kepada saya dan memberi contoh contoh soal untuk saya kerjakan. Jika saya tidak mengerti, dia akan menjelaskan sampai saya mengerti.
Awalnya, di quiz pertama saya mendapat nilai yang sangat tidak bagus. Tetapi, setelah belajar matematika dengannya dan ikut remedial quiz, saya akhirnya bisa lulus dengan nilai yang sudah di atas rata rata.
Selain mengajarkan mata pelajaran matematika kepada saya, papa saya juga terkadang membantu saya dengan tugas lain. Di IPS ada pelajaran seperti ekonomi, ict, pkwu, dll.Â
Jadi, di beberapa pelajaran yang baru saya sebutkan, papa saya membantu sedikit untuk mengerjakan tugas atau projek dari pelajaran tersebut.
Kesimpulannya, berkat papa saya sebagai sosok pendidik bagi saya adalah bahwa saya bisa berkembang. Nilai saya sudah bisa cukup meningkat atau hanya sekedar lulus saja untuk sekarang ini. Tapi nanti bisa saja nilai saya bisa meningkat dan nilai saya bisa bertambah bagus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H