Greenpeace, sebagai organisasi lingkungan internasional, menerapkan program komunikasi berkelanjutan yang efektif untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai isu-isu lingkungan.
Greenpeace didirikan pada tahun 1971 oleh sekelompok aktivis di Vancouver, Kanada, dengan tujuan awal untuk menghentikan uji coba nuklir yang dilakukan oleh Amerika Serikat di Amchitka, Alaska. Mereka berlayar menggunakan kapal tua bernama Phyllis Cormack, yang kemudian dinamai Greenpeace. Aksi ini menarik perhatian publik dan berkontribusi pada penghentian uji coba nuklir tersebut.
Visi mereka adalah menciptakan dunia yang hijau dan damai, dengan fokus pada keberagaman hayati dan perlindungan lingkungan.
Strategi Utama Greenpeace
1.Aksi Langsung dan Edukasi Publik:

Greenpeace menggunakan aksi langsung untuk menarik perhatian terhadap masalah lingkungan. Contohnya, kampanye melawan perusahaan seperti Asia Pulp & Paper (APP) menunjukkan bagaimana aksi konfrontatif dapat memengaruhi kebijakan perusahaan dan meningkatkan kesadaran masyarakat. Selain itu, mereka juga melakukan edukasi publik melalui stan informasi dan survei, yang kini diperkuat dengan platform digital.
2.Kampanye Media Sosial:

Program #BreakFreeFromPlastic adalah contoh nyata dari penggunaan media sosial untuk mengedukasi masyarakat tentang dampak plastik. Greenpeace Indonesia memanfaatkan Instagram sebagai platform utama untuk menyebarkan pesan ini melalui konten visual yang menarik dan interaktif. Strategi komunikasi persuasif diterapkan untuk mempengaruhi perilaku masyarakat dalam penggunaan plastik.
3.Kampanye Krisis Iklim:

Dalam menangani krisis iklim, Greenpeace Indonesia menjalankan kampanye yang terstruktur dengan proses identifikasi masalah, perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi kampanye melalui media sosial. Hal ini menunjukkan pendekatan sistematis yang mengandalkan data ilmiah untuk mendukung argumen mereka.