Mohon tunggu...
Kayla Niken Febria
Kayla Niken Febria Mohon Tunggu... Lainnya - student

new writer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Penulisan Hubungan Masyarakat Melalui Serial Netflix "Emily in Paris Season 1"

27 Juni 2023   15:20 Diperbarui: 27 Juni 2023   15:28 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Episode 1 "Emily in Paris"
- Tugas PR (Riset) ditunjukkan oleh scene di mana Emily mengumpulkan isu terkini yaitu mengenai atasannya Madeline dimuat pada berita Adweek terkait investasi Gilbert Group (kantor Emily di Chicago) dengan Savoir (kantor Emily di Paris).
- Scene ketika Madeline dan Emily mencium aroma parfume kemudian Madeline muntah menimbulkan persepsi bahwa ia hamil.
- Downward Communication yang terjadi antara atasan Madeline kepada bawahan Emily.
- Culture shock Emily di mana perhitungan lantai gedung di Paris beda dengan di Chicago.
- Culture shock teman kerja Emily terhadap volume suara Emily ketika berbicara yang terlalu keras.
- Etnosentris French yang menganggap budaya mereka lebih baik daripada Chicago (makanannya).
- Emily yang merupakan karyawan dari Chicago dan bekerja di Paris adalah salah satu contoh adanya globalisasi.
- Budaya American yaitu "we live to work" sedangkan French "we work to live".
- Culture shock French dengan sapaan "hi" Emily bukan "Bonjour".
- Budaya Mandarin "Chinese people are mean behind your back", sedangkan French "French people mean to your face".
- Jam kerja kantor di Paris lebih siang (10.30) daripada di Chicago (08.00).
- Jasa penyedia tempat sewa kamar Emily melakukan persuasi dengan mengajak Emily makan malam dan mempunyai pacar di Paris (beda dengan pacarnya yang di Chicago).
- Jujur, di mana Emily mengatakan "fake it till you make it" untuk berbahasa Perancis yang tidak sesuai dengan etika profesi jujur.
- Persuasif kognitif dimana Emily mempengaruhi Paul (pendiri Savoir) mengenai ide strategi media sosial untuk promosi.
- Manajemen dan administrasi yang dilakukan Emily ketika ia menyusun strategi untuk meningkatkan engagement di media sosial untuk brandnya.
- Hubungan internal yang Emily coba bangun dengan teman kantornya di Paris seperti mengajak makan siang bersama (walaupun ditolak oleh teman kantornya).
- Emily mulai melakukan update di sosial media Instagramnya (@emilyinparis) dan membagikan kegiatannya (semakin hari followers yang ia dapatkan semakin banyak karena dari sharenya.

Tanggapan untuk episode ini :
Dari episode ini memberikan insight kepada saya mengenai apa yang bisa dilakukan oleh karyawan di kantor barunya, terutama jika kantor tersebut memiliki budaya yang berbeda dengan kantor sebelumnya. Mencoba untuk berani jadi diri sendiri dan mengutarakan pendapat. First impression is a must! Ketika bertemu orang baru penting untuk memberikan kesan pertama yang baik serta harus bisa untuk membuka diri dengan pandangan, budaya, dan pendapat yang berbeda dari diri kita tanpa melupakan tanggung jawab pada pekerjaan.

Episode 2 "Masculin Fminin"
- Konseling yang dilakukan Emily kepada Sylvie di mana Emily memberikan saran tentang pemakaian kampanye iklan lama dan engagement yang rendah.
- Budaya French yang mereka tidak membahas pekerjaan di pesta.
- Budaya bahasa French yang suka menggunakan istilah seperti Antoine memiliki hidung terbaik di Perancis karena ia meracik parfume.
- Persepsi Emily terhadap Antoine pemilik hidung terbaik di Perancis dan mengira itu karena bentuk hidungnya yang symmetrical.
- Hubungan investor/klien (fungsi PR) yang terjalin antara Emily dan Antoine (Antoine memberikan kartu namanya ke Emily untuk urusan pekerjaan).
- Persuasif kognitif dari Gabriel kepada Emily untuk memakan steak nya.
- Genderlect styles theory di mana Emily menulis caption pada konten sosial medianya dengan tulisan "Le Vagin n'est pas masculine!" karena adanya perbedaan gaya komunikasi antara pria dan wanita terhadap realitas sosial.
- Putusnya hubungan Emily dan pacarnya karena long distance relationship menghambat pekerjaan mereka.
- French orang yang romantis, tapi juga realistis.
- Etika profesi yaitu adanya pengakuan dari rekan kerja dan atasan Emily atas kinerjanya yang mana membuat klien Dirut Vaga-Jeune senang karena konten Vaga-Jeune Emily di retweet oleh Brigitte Macron.


Tanggapan untuk episode ini :
Pada episode ini tanggapan saya yaitu penting bahwa perlu untuk hadir ke dalam pesta yang masih ada keterkaitan dengan pekerjaan/perusahaan sebagai representatif. Poin penting dari episode ini juga yaitu sosial media menjadi jembatan untuk mendapat notice dari figur publik (seperti konten sosial media Emily yang di retweet oleh Brigitte Macron). Menampilkan citra baik di sosial media juga dapat mendapatkan engagement. Juga perlu memikirkan hal apa yang memiliki daya tarik untuk dilihat.

Episode 3 "Sexy or Sexist"
- Komunikasi diagonal pada komunikasi organisasi terjadi di scene di mana Emily meminta kantornya di Chicago membuat surat tentang panduan kerja organisasi di kantor Savoir (sebagai bentuk upaya penyelesaian masalah kerja yang sulit).
- Manajemen klasik di apartemen Emily karena prosedur yang diterapkan masih menggunakan yang sudah ada dari dahulu.
- Savoir yang mempertahankan pola kerja budaya Perancis sehingga tidak adaptable terhadap gaya organisasi yang lebih global.
- Misperception yang dialami Emily pada kata "excite" di mana ia mengira kata tersebut memiliki arti seperti excited padahal bukan (excite memiliki arti teransang).
- Manajemen isu yang dilakukan Emily terkait iklan yang sedang diproduksi Antoine, dimana menurutnya iklan tersebut bersifat sensitif dan mungkin menjadi kontroversi.
- Male Gaze dalam konsep iklan di mana tatapan pria memiliki kekuatan/kekuasaan sedangkan wanita dianggap sebagai objek (genderlect styles theory).
- Persepsi iklan Antoine itu sexy atau seksis (berdasarkan perspektif dan sudut pandang budaya Perancis dan Amerika).
- Model kognitif Greenwald komunikasi persuasif yang ditunjukkan Emily kepada Antoine dimana pesan iklan nantinya akan mempengaruhi minat beli customers tergantung dari pesan iklan tersebut.
- Budaya salam cupika-cupiki orang Perancis ketika menyapa.
- Sylvie mencerminkan manajer yang otokratis karena ia menolak ajakan Emily yang merupakan rekan kerjanya untuk ke pesta.
- Budaya/kebiasaan orang Perancis khususnya pria yang buang air kecil di tempat umum dan cenderung terbuka.
- Adanya kesenggangan dari dua budaya di dalam organisasi berdasarkan perbedaan core value perusahaan.
- Konseling yang diberikan Emily kepada Antoine terkait iklan parfume brand nya.
- Kelas bahasa Perancis yang diikuti Emily merupakan upayanya untuk bisa membangun komunikasi organisasi dengan teman sekantornya yang orang Perancis.
- Hubungan internal yang dilakukan Emily dengan teman sekantornya yaitu memberikan kue (walaupun sebagai balasan atas perbuatan temannya".
- Etika PR Emily yaitu Honesty yang ditunjukkan pendapatnya mengenai iklan Antoine.
- Setiap hari Emily aktif di sosial medianya dan social impressions sosial medianya meningkat hingga 200% walaupun ada banyak orang yang tidak menyukainya.


Tanggapan untuk episode ini :
Sikap yang ditunjukan Emily ketika bekerja secara profesional sebagai PR itu penting. Contohnya terkait isu sexy or sexist dan interpretasi male gaze dalam iklan tersebut. Seorang PR tentu harus bersikap peka terhadap pandangan publik. Perlu juga melihat peluang untuk melibatkan publik kepada campaign di sosial media dengan memuat diskusi/conversation (penting untuk mengetahui pandangan customersnya untuk melihat iklan yang dibuat berhasil atau tidak karena commercial is just not commercial).


Episode 4 "A Kiss Is just a Kiss"
- Komunikasi persuasif yang dilakukan Emily kepada Randy Zimmer tentang ide parfume sebagai aroma di hotelnya yang di Paris.
Kayla Niken Febria
2019041152
- Ide Emily yang ingin mengadakan kolaborasi antara Antoine (parfume) dengan Randy Zimmer (hotel) agar Antoine tetap menjadi klien di Savoir.
- Persepsi dua teman kerja Emily terhadapnya bahwa ia ingin memiliki hubungan lebih dengan Antoine tetapi Emily menegaskan bahwa hanya sebagai profesional saja.
- Perspektif Emily mengenai kado yang diberikan Antoine dirasa kurang pantas.
- Lobbying yang dilakukan Emily kepada Gabriel untuk memesan dinner table di restorannya.
- Riset yang dilakukan Emily tentang Randy Zimmer sebelum bertemu dengannya untuk memberikan impresi yang baik.
- Problem solving Emily yang cepat dan tanggap dalam memikirkan solusi (scene dinner).
- Komunikasi non verbal yang dilakukan Emily kepada Gabriel dengan menciumnya sebagai tanda terimakasih sekaligus ungkapan suka kepadanya.


Tanggapan untuk episode ini :
Di episode ini, sebagai seorang PR penting untuk bisa menarik perhatian klien seperti apa yang dilakukan Emily kepada Randy Zimmer. Adanya pengetahuan mengenai target klien akan menjadi nilai plus supaya klien terkesan. Tak hanya itu, problem solving Emily dalam mengatasi krisis juga menjadi gambaran bahwa seorang PR harus mampu berpikir cepat dan dituntut menguasai banyak hal. Dengan seperti itu, peran multitasking akan mudah untuk dijalankan demi kelancaran pekerjaan.


Episode 5 "Faux Amis"
- Invitation yang diperoleh Emily lewat DM Instagram dari brand Dure sebagai influencer karena kepiawaiannya dalam bermedia sosial.
- Riset yang dilakukan Emily terkait Dure.
- Inovasi yang Emily lakukan dalam mempromosikan Dure di sosial medianya di mana kontennya unik dan kreatif.
- Publikasi yang dilakukan Emily melalui Instagram dalam mempromosikan Dure.
- Cara Camille merapikan tatanan syal Emily dengan gaya style French Paris.
- Komunikasi persuasif Dure untuk menawarkan Emily sebagai brand ambassador mereka.
- Komunikasi persuasif yang dijalankan Emily kepada Olivia Thompson, dan ada juga unsur lobbying supaya Dure kembali ke Savoir.
- Inovasi dan konseling yang dilakukan Emily untuk klien Hastens tentang ide instalasi sosial medianya di Paris.
- Konflik organisasi antara Sylive dan Emily.
- Persepsi Emily kepada Gabriel bahwa ia berpikir Gabriel tidak menyukainya dan ciuman mereka tidak spesial.


Tanggapan untuk episode ini :
Pada episode ini, kreativitas serta ide yang out of the box dan meaningful adalah hal yang dibutuhkan klien ketika mereka merekrut firma marketing/PR. Bagaimana menawarkan sesuatu yang berbeda untuk menyampaikan value brand agar lebih luas. Selain itu, bagaimana Emily bisa mengembangkan akun sosial medianya dengan konten yang atraktif sehingga dianggap sebagai influencer merupakan cara yang cerdas. Sosial media sebagai wadah personal branding dan membuat kita lebih dikenal dengan cara yang baik (memberikan influence yang positif dan mampu menarik engagement melalui konten yang ada pada sosial media tersebut). Dengan memiliki akun yang aktif, konten yang menarik, me-influence audience, dan mendatangkan engagement bisa menjadi keunggulan tersendiri.


Episode 6 "Ringarde"
- Riset yang dilakukan Emily mengenai kliennya yaitu Pierre Cadault.
- Persepsi yang dilakukan Emily bersama Thomas mengenai dua orang pria dan wanita di cafe apakah mereka ibu dan anak atau sepasang kekasih berdasarkan cara mereka berkomunikasi.
- Komunikasi persuasif yang dilakukan Emily untuk Mindy supaya ia ingin bernyanyi.
- Negosiasi yang dilakukan Emily kepada Pierre Cadault untuk memberikan kesempatan kepada Savoir.
- Persuasif interpersonal Emily kepada Pierre.
Tanggapan untuk episode ini :
Terkadang, ketika ingin memenangkan hati klien tidak selalu berjalan mulus. Kita dituntut harus sempurna dalam segala hal. Mengapa demikian? Sebab klien akan melihat celah apa saja kekurangan yang kita miliki. Klien tentunya tidak mau akan hal itu dan sudah merupakan tanggung jawab kita untuk memenuhi ekspektasi dari klien tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun