Mohon tunggu...
Kayetanus Kolo
Kayetanus Kolo Mohon Tunggu... Guru - Guru-Penulis

Sebagai seorang guru dan penulis, saya juga hoby menanam dan memelihara hewan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengajarkan Iman dan Agama Kepada yang Tidak Seiman dan Seagama (Beda Itu Indah)

10 Januari 2024   19:08 Diperbarui: 10 Januari 2024   19:20 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung SMPK Sta.Theresia Kupang : Foto Tanus Korbaffo

Mengajarkan Agama & Iman Kepada Yang Tidak Seiman dan Seagama 

( Beda Itu Indah)

 


 9 Januari 2003, hari yang bersejarah dalam hidupku. Seusai menyelesaikan pendidikan S1 di IPI Malang-Jawa Timur, dimana saya bersama teman -- teman di wisuda dan diutus dengan misa meriah yang dipimpin oleh Y.M Uskup Malang, 29 September 2002, meski banyak tawaran, namun saya memilih kembali ke NTT.

 9 Januari 2003, masih dalam suasana natal, saya menginjakan kaki pertama kali di SMP Katolik Sta.Theresia Kupang dan tercatat sebagai guru di sana. Bulan Januari merupakan semester genap (kenaikan kelas). Saya bahagia karena bisa mengajar di sekolah itu.

 

Gedung SMPK Sta.Theresia Kupang : Foto Tanus Korbaffo
Gedung SMPK Sta.Theresia Kupang : Foto Tanus Korbaffo

SMP Katolik Sta.Theresia Kupang, sekolah yang dikelola (milik) para suster SSpS Timor ini, terkenal disiplin dan mengukir banyak prestasi di kancah nasional dan daerah. Karena terkenal disiplin dan memiliki sejumlah prestasi serta kegiatan ekstra dan keagamaan yang kental, sekolah ini menjadi incaran orang-orang yang lumayan baik ekonomi keluarga, untuk memasukan anak-anak mereka di sekolah ini.

Ada yang menarik dan patut dicatat atau perlu diketahui, bahwa meskipun sekolah ini, adalah sekolah Katolik, namun tidak semua siswa di sekolah ini beragama Katolik, malah jumlah siswa Katolik dan non Katolik hampir berimbang. Misalnya tahun ajaran 2019/2020 jumlah siswa 578. Dari jumlah ini, 250 siswa beragama non Katolik.

Biasanya ada semacam surat pernyataan, yang dibuat/ditandatangani oleh orang tua dan anak, bahwa harus bersedia mengikuti segala peraturan di sekolah, termasuk mengikuti kegiatan-kegiatan rohani Katolik di sekolah, termasuk bersedia mengikuti pelajaran agama Katolik.

Pengalaman saya selama menjadi guru di SMPK Sta.Theresia sejak 9 Januari 2003, belum pernah ada masalah intoleransi di sekolah itu. Ada misa Jumat I tiap bulan, semua siswa di wajibkan ikut.

Setiap menjelang ujian akhir, siswa kelas 9 harus mengikuti retret akhir tahun, semua siswa diwajibkan ikut dan sejauh ini, tidak ada masalah. Pembinaan rohani / kelas tiap hari Sabtu sampai Minggu. Bahkan ada siswa non Katolik yang lebih aktif dari siswa Katolik.

 

Saat retret : Foto : Tanus Korbaffo
Saat retret : Foto : Tanus Korbaffo

Di SMPK Sta.Theresia Kupang, tidak ada perbedaan siswa katolik dan non Katolik. Yang membedakan hanya pada saat sambut pada misa Jumat I atau misa syukur lainnya, siswa non Katolik tidak menerima komuni suci.

Sekali lagi, perbedaan itu indah, kalau kita melihat perbedaan itu sebagai anugerah dari Allah yang mesti dijaga. Saya mengajarkan ilmu agama katolik dan iman Katolik bertahun-tahun pada siswa yang bukan beragama Katolik, tidak ada masalah karena saya tidak pernah membedakan yang katolik dan non Katolik.

Di SMP Katolik Santa Theresia Kupang, ada siswa yang Bergama Hindu, ada yang beragama Budha, Islam dan Protestan, semua siswa diperlakukan sama, tanpa membeda-bedakan. Semua siswa diberi cinta dan perhatian yang sama, bahkan dalam hal tertentu saya lebih memperhatikan yang minoritas di sekolah itu.

Saya mengajarkan agama Katolik pada siswa saya yang bukan beragama katolik. Saya memperkenalkan dan mengajarkan iman Katolik pada siswa saya yang beragama non Katolik, tapi saya tidak pernah mengajak siswa non Katolik untuk menjadi katolik. Prinsip yang saya pegang teguh selama ini adalah, mereka tidak harus menjadi katolik biarkan mereka menjadi orang bukan katolik tetapi berprilaku baik, mereka telah menjalankan ajaran Kristus.

Agama bukan tujuan, tetapi sarana yang menghantar kita menuju Allah pencipta segala sesuatu.

Pertanyaan rutin yang selalu saya tanyakan pada siswa baru, saat saya berdiri di depan kelas mereka untuk pertama kalinya, setelah perkenalan adalah " Agama manakah / apa yang paling benar menurut anda"? Pertanyaan lanjutanya, "Mengapa agama itu yang paling benar"?. Jawaban yang diharapkan dari anak-anak, adalah : Untuk yang beragama Islam, agama yang paling benar adalah Islam, mengapa, karena itulah agama yang saya anut saat ini. Atau agama yang paling benar adalah " Katolik", karena itulah agama yang saya anut saat ini, dstnya.

Sekali lagi beda itu indah, karena perbedaan itu indah dan memperkaya, maka saya berjuang untuk tidak menodai keindahan itu dengan egoisme saya.

Terima kasih anak-anak yang pernah menjadi siswa / murid saya di almamater tercinta SMP Katolik Santa Theresia Kupang, jadilah kunang-kunang kecil ditengah gelapnya malam saat ini. 

Salam cinta.Bello-Kupang, Pukul 21.33 MenitJumat, 23 April 2021Kayetanus Kolo, S.Ag

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun