Mohon tunggu...
Shahril Budiman
Shahril Budiman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tanjungpinang-Kepulauan Riau-Indonesia... Negara dan Asal tempatku...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Survey Elektabilitas dan Partai Politik: Kritik Terhadap Urgensi Pemikiran elit Partai

12 Mei 2013   20:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:41 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Survey hanya menggiring pemilih ujar Max Sopacua - Partai Demokrat. Trend menggunakian lembaga survey, sejatinya berkembang setelah keran Demokrasi di Indonesia dibuka lebar sejak reformasi. Secara ilmiah, ini merupakan medium pembelajaran bagi kontestan sebelum bertanding ke arena, membaca peta politik akar rumput, menggali informasi preferensi politik, serta banyak lagi variabel yang sebenarnya adalah menuliskan pemikiran politik dan "apa maunya" rakyat.

Lalu kenapa ada pernyataan survey "mengarahkan pemilih"?. Ketidakpuasan akan ekspetasi di lapangan biasanya menjadi alasan utama "mengkambing hitamkan" lembaga survey. Saya berujar, apakah anda akan puas menerima hasil survey yg menyatakan diatas kertas "elektabilitas" anda populer/tinggi?.

Apakah pekerjaan ilmiah tidak perlu pendanaan? Jelas ini membutuhkan pembiayaan. Partai politik tugasnya sebagai supir yang mengakomodir kepentingan penumpang. Siapa penumpang itu ya Rakyat. Rakyat lalu membayarnya dengan kepercayaan, kepercaan yang meletakkan meraka di lembaga legislatif makanya disebut wakil rakyat.

Survey merupakan penelitian dan ini bisa bersifat mengukur apa saja apakah itu persepsi publik terhadap ekonomi, politik, sosial, budaya. Jadi sebenarnya wajar saja jika partai bekerjasama dengan lembaga survey/riset untuk membantu partai mengakomodir "Public Needs" dan "Public Choice".

Bila elektabilitas rendah harusnya bertanya, apa ada yg salah dengan sistem partai kita atau kader. Apakah elit partai sudah amanah akan "kepercayaan" rakyat, menjalankan seperti apa yang di "Blue Print" partai?. Dan terakhir terlalu munafik jika partai tidak membutuhkan lembaga riset. Karena saya akan bertanya balik bagaimana anda akan bersentuhan dengan rakyat dengan kesibukan di legislatif, dengan membuat kebijakan tanpa memperhatikan agendanya terlebih dahulu. Karena kebijakan publik didasarkan pada agenda kepentingan yang harus mereview dari brbagai aspek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun