Mohon tunggu...
Joko Lodang
Joko Lodang Mohon Tunggu... -

Akun ini dikelola oleh kuartet Sarjono, Eko, Marcello, dan Endang (disingkat JOKO LODANG). Kami berempat menolak hegemoni oleh siapapun dan dari apapun.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

PSIM, Persatuan Sepak Bola "Isin Menang" (Malu Menang)

12 Juni 2012   08:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:04 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasib PSIM memang sial. Menyandang klub sepakbola milik Jogja yang (katanya) istimewa, diketuai oleh walikota Jogjakarta (Haryadi Suyuti), dilatih oleh pelatih senior jaminan mutu, tapi nasibnya merana. Katering rutin untuk para pemain masih nunggak alias hutang belum lunas. Listrik di mess pemain diputus beberapa minggu (sekarang nyala lagi, baru 3 harian ini) juga karena alasan hutangnya ke PLN sudah tak bisa ditolerir. Kalau latihan harus berbagi lapangan dengan klub lokal bola lainnya. Gaji dan bonus para pemain belum dibayar penuh, dipotong dan mbayarnya diicrit-icrit (bahasa orang jogja, artinya dicicil dikit-dikit). Pemainnya harus aksi todong walikotanya yang ketua umum agar melunasi janjinya. Pemainnya sempat mogok main dan mogok latihan. Daaaaaan, hari senin kemarin bermain tandang ke Tangerang, oleh Persita Tangerang dibantai 4-1. Saking runyamnya, sebagian penonton memlesetkan PSIM jadi "persatuan sepakbola isin menang" (persatuan sepakbola malu menang) -- budaya orang jawa atau jogja sukanya malu-malu tapi mau. akhirnya diplesetkan seperti itu alias kalau main selalu kalah.

kalau denger omongannya pelatih, apalagi ketua umumnya yang walikota jogja itu, mereka semua asal ngomong. Bagaimana tidak? masak dengan servis sekenanya dan tiadanya jaminan makanan, listrik, gaji, bonus, tempat latihan yang layak, ketua umum nya masih minta agar PSIM bermain fokus dan mencetak prestasi agar masuk 8 besar. Hanafing, pelatih PSIM, masih mending. dia nggak terlalu ngotot harus memaksa pemainnya menembus 8 besar, yang penting main terbaik. Gimana coba? kok rasanya malah lama-lama para pemain PSIM ini malah jadi budak. haknya tidak dipenuhi, tapi disuruh kerja terus tanpa imbalan layak. sungguh miris hati ini tiap kali baca koran soal PSIM.

saya lama-lama makin yakin, ketua umum PSIM ini memang sebenarnya ingin klub bola milik orang jogja ini mati pelan-pelan. dengan begitu tidak lagi harus ada duit yang dikeluarkan untuk klub yang "isin menang" ini dan ngurusi tetek bengek bola. tapi caranya jangan pengecut gini dong.  jika ini dibiarkan dan betul dugaan di atas, maka itu namanya sedang menipu masyarakat dan para suporter PSIM, Brajamusti. ketua umum PSIM yang juga walikota jogja ini bukan lagi aset bagi PSIM, tapi malah jadi beban masalah. malu aku punya walikota seperti ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun