Mohon tunggu...
Faiz Amanatullah
Faiz Amanatullah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UMY

Hanya seorang mahasiswa kampus matahari terbit (UMY). Jurusan Pendidikan Agama Islam Announcer and Reporter MQ FM JOGJA (92.3 FM) yaaa sehari-hari aktif di Himpunan Mahasiswa Islam Udah gitu aja Motto: Sunyi adalah bunyi yang sembunyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

4 Etika Kuliah Online ala Kitab Ta'lim Muta'allim

20 Maret 2021   12:00 Diperbarui: 20 Maret 2021   12:02 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika beberapa waktu lalu sempat ada himbauan kuliah online dari masing-masing kampus, tentulah menjadi kabar gembira. Pada beberapa awal bulan mungkin kita masih bisa ngakak sana dan sini karena jam rebahan lebih banyak dan setiap hari layak disebut “all day is Sunday”. Namun realitas terjadi diluar nalar, siapa juga yang sangka pandemi bisa berlangsung satu tahun penuh dan bikin kuliah jadi full online. Rasanya memang sangat janggal ketika biaya kuliah online tetap sama seperti kuliah sebagaimana mestinya. Dari fenomena itu muncullah cibiran netizen klaster mahasiswa dengan berkata, “12.000.000 relate sihh untuk beli PS 5, disbanding harus membeli power point fakultas kedokteran”. Memang banyak sekali drama selama proses perkuliahan ekspansi ke dalam jaringan, mulai dari pose tidur yang terekam kamera hingga suara misuh ketika “mabar” nyambi dengan kuliah. Selain itu, tak bisa dipungkiri bahwa pasti banyak dari sobat-sobat online termasuk saya yang sangat rindu suasana kampus. Banyak hal yang bikin kangen pengen balik lagi ke suasana kuliah offline termasuk hal-hal “bandel” yang sering dilakuin bareng kawan-kawan ketika sedang menunggu dosen masuk dan sebagainya.

Namun berbeda dengan mahasiswa yang lulusan dari pondok pesantren, mungkin ini juga dirasakan oleh mahasiswa Pendidikan Agama Islam walau semuanya tidak berasal dari pondok pesantren. Hal yang kami khawatirkan adalah perihal keberkahan ilmu dan takzhim kepada dosen/guru. Patut disadari bahwa proses belajar mengajar itu tidak hanya sebagai transfer of knowledge, tetapi terdapat transfer of value. Ketika kuliah dilakukan dalam jaringan, maka kita sebagai mahasiswa/murid harus tetap memiliki perhatian adab terhadap ilmu. Kiranya penulis perlu untuk mencantumkan kiat-kiat agar ilmu kita tetap diberkahi dan masuk kedalam pikiran serta budi pekerti, dengan memerhatikan sopan santun selama kuliah online. Berikut adab terhadap ilmu dan adab selama proses belajar mengajar yang dikutip dati Kitab Ta’limul Muta’allim karya Imam Az-Zarnuji.

Pertama, takzim terhadap ilmu dan ahli ilmu (guru). Dikatakan: seseorang tidak akan sampai pada tujuan kecuali dengan penghormatan; dan tidak akan terjatuh kecuali dengan meninggalkan penghormatan. Diantara contoh wujud memuliakan ilmu adalah dengan menghormati guru. Ali ra. berkata, “Aku adalah hamba sahaya bagi orang yang mengajariku satu huruf, jika mau ia boleh menjualku, dan jika mau ia membebaskanku.” Dalam persoalan ini kita melihat bahwa seorang guru memiliki derajat yang tinggi sebagai pemberi ilmu. Point ini berlaku untuk belajar online maupun offline. Sudah selayaknya seorang mahasiswa mesti menghargai keberadaan beliau ketika hadir dalam aplikasi zoom, google meet dan lainnya. Siapa tahu beliau sudah meluangkan waktu untuk keluarganya demi memberikan ilmu kepada mahasiswa yang diharapakannya bisa menjadi penerus cita-cita masyarakat. Sebab dalam belajar online seringkali kita menjumpai mereka yang membiarkan kelas berjalan, namun ia sendiri melakukan kesibukan pribadinya.

Kedua, memuliakan kitab. Beberapa mata kuliah pasti memiliki kitab ataupun buku modul sebagai acuan dalam proses pembelajaran. Perlu kita perhatikan bahwa kitab memiliki sekumpulan ilmu, sedangkan ilmu adalah cahaya dan cahaya akan datang kepada mereka yang suci dan menghormatinya. Asy-Syekh Imam Syamsudin As-Sharkhasi suatu saat merasakan sakit perut. Pada suatu malam beliau mengulang pelajaran, dan beliau berwudhu sebanyak tujuh kali pada malam itu. Pasalnya beliau tidak mengulang pelajaran kecuali dalam keadaan suci. Yang demikian ini karena ilmu adalah cahaya, dan wudhu juga cahaya, sehingga cahaya ilmu akan bertambah terang dengannya. Dianjurkan bagi seorang murid untuk berwudhu sebelum melaksanakan pembelajaran. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Pemiliki cahaya melalui medium ilmu yang juga memancarkan cahaya. Maka sudah selayaknya kita untuk selalu menjaga wudhu ketika menimba ilmu. Terlebih belajar dirumah mudah untuk bulak-balik ke kamar mandi jika ketika belajar batal. Diantara menghormati ilmu yang lainnya adalah jangan menjulurkan kaki ke arah kitab. Kesejajaran kitab dalam Kitab Ta’limul Muta’allim sangat diperhatikan. Sebagaimana yang terkutip dalam halaman 71, meletakkan kitab tafsir di atas kitab-kitab lain sangat dilarang, bahkan menaruh sesuatu di atas kitab sangat tidak dianjurkan. Kecuali jika hal tersebut tidak bermaksud untuk meremehkan ilmu.

Ketiga, tetap menjaga semangat menuntut ilmu. Tidak dapat dipungkiri, bahwa selama belajar dirumah kita akan dihadapkan pada berbagai kegiatan yang melalaikan. Namun seorang penuntut ilmu hendaknya bisa memetik pelajaran pada setiap waktunya hingga ia meraih keutamaan. Adapun salah satu caranya adalah jangan menghabiskan malam dengan kegiatan sia-sia seperti main games dan lainnya. Yahya bin Muaz Ar-Razi mengatakan, “malam itu panjang, jangan kau pendekkan dengan tidurmu; dan siang itu bersinar cemerlang, maka jangan kau kotori dengan perbuatan dosa.

Keempat, sikap wara’ pada masa belajar. Sikap wara’ merupakan sebuah sikap kehati-hatian dan sebisa mungkin menjauhkan diri dari dosa. Apabila seorang pelajar mau bersikap wara’ maka ilmunya lebih bermanfaat, dan belajar pun akan menjadi mudah serta mendapatkan banyak faedah. Adab para ulama ketika menuntut ilmu memiliki kebiasaan yang sangat luar biasa, bahkan jika tidak berlebihan sikap ulama tersebut seperti radikal terhadap dirinya sendiri. Diantara sikap mereka ketika menuntut ilmu yaitu jangan sampai perutnya kenyang, terlalu banyak tidur dan banyak membicarakan hal yang tidak bermanfaat. Belajar dirumah memang menjadi ujian tersendiri bagi pelajar generasi Covid-19. Pasalnya lingkungan mereka belum tentu semuanya memiliki daya dukung yang kuat untuk belajar. Misalnya saja ia sangat bebas untuk melakukan kegiatan yang diluar pengawasan guru, salah satunya belajar tanpa menggunakan pakaian yang sopan bahkan ada yang sambil rebahan. Adab dalam berkapakaian ketika belajar online dapat dijadikan sebagai tolak ukur apakah ia benar-benar serius dalam belajar atau sebaliknya. Begitupun merasa banyak waktu luang sehingga digunakan untuk tiduran atau bercengkrama dengan kawan di sosial media namun tidak bermanfaat. Sikap wara’ memiliki peranan penting sebagai pengontrol diri agar tidak melampaui batas ketika berbuat, khususnya ketika kegiatan belajar mengajar.

Orang yang berilmu hendaknya memiliki rasa kasih sayang, suka memberi nasihat dan tidak mendengki. Karena dengki itu (tidak akan membawa manfaat, dan justru membahayakan diri sendiri).

Syekhul Islam Burhanuddin berkata, “Banyak ulama yang berkata, ‘Putra seorang mualim dapat menjadi orang alim (berilmu); karena mualim itu selalu menginginkan murid-muridnya kelak menjadi ulama ahli Al-Qur’an. Lantaran keberkahan keyakinan, dan kasih sayangnya kepada murid-muridnya itu maka putranya menjadi seorang alim.”

Maka tugas orang tua murid yang dirumah juga harus turut mengawasai agar ketika anaknya sedang belajar atau mengikuti kelas perkuliahan harus senantiasa mengawasi dan memberi nasihat agar senantiasa meperhatikan adab belajar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun