Perhatikan siput ini. Tidak, bukan itu--- itu adalah daun. Elysia cholortica mungkin tidak mirip--- oke, itu mirip seperti daun hijau cerah--- tapi itu salah satu makhluk yang paling luar biasa di sekitar kita.Â
Hidup di rawa-rawa garam di sepanjang pantai timur Amerika utara, dia bahkan bisa hidup selama setahun tanpa makan. Selama itu, ia akan hidup seperti tumbuhan.
Secara umum, hewan yang disebut heterotrof, berarti tak bisa membuat makanan sendiri--- mereka konsumen dari kehidupan lain. Sementara, tanaman, adalah autotrof, atau penghasil makanan sendiri: mereka bisa mensintesis bahan bakar mereka dari sinar matahari, CO2, dan senyawa anorganik lainnya.Â
Tanaman melakukan ini dengan organel yang disebut kloroplas, yang dimana memberinya warna cerah dan mengubah sinar matahari jadi makanan melalui fotosintesis.
Elysia disebut juga mixotrof: Ia dapat memakan, seperti hewan, dan memproduksinya sendiri melalui fotosintesis, seperti tanaman. Faktanya, Elysia mencuri kemampuan untuk berfotosintesis dari alga yang dimakannya dengan menusuk sel-sel alga dengan gigi runcing khusus, yang disebut radula.Â
Ia menyedot sel kosong dan mencerna sebagian besar isinya, tapi kloroplasnya tetap utuh. Mereka dimasukkan ke dalam sel epitel yang melapisi sistem pencernaan Elysia yang bercabang di seluruh tubuh ratanya. Ini membuat siputnya terlihat bahkan lebih seperti daun, menyediakan kamuflase yang bagus serta makanan.
Betapa luar biasanya adaptasi ini, ada lebih dari 70 spesies siput yang mencuri kloroplas dari makanannya. Apa yang membuat Elysia dan beberapa spesies yang terkait di Mediterania dan Pasifik unik ialah berapa lama mereka bisa bertahan pada kloroplas--- kebanyakan siput lain menyimpannya selama beberapa minggu saja. Umur panjang ini tampaknya karena kemampuan bertahan hidup dari kedua plastida dan siput.
Secara khusus, kloroplas dari alga tertentu bisa memperbaiki sistem pemanenan ringannya sendiri, sementara kebanyakan kloroplas dianggap mengandalkan sel inangnya dan gennya untuk untuk perbaikan.Â
Ini membuat kloroplas mampu untuk mempertahankan dirinya lebih lama di dalam siput. Sementara itu, siput menyesuaikan ekspresi gennya untuk meningkatkan hubungannya dengan kloroplas tersebut dan menghilangkan plastida yang rusak untuk menghindari akumulasi bahan kimia yang berpotensi merusak. Meskipun beberapa spesies mencuri organel dari sel spesies lain, siput ini tidak sendirian dalam mendapatkan bantuan dari tanaman.
Organisme yang beragam seperti karang, kerang raksasa dan bunga karang punya alga simbiosis yang hidup di dalam selnya, memasok mereka dengan senyawa organik melalui fotosintesis.Â
Sebaliknya, ia menyediakan pembantu mereka tempat tinggal dan senyawa anorganik. Beberapa dari mixotrof ini bahkan menularkan alga ke keturunannya. Tanpa bantuan dari alga ini, filter makanan karang, kerang, dan bunga karang tidak mendapat cukup nutrisi di laut tropis yang miskin nutrisi, dan terumbu karang mempesona yang mereka bangun tidak akan pernah ada.
Mixotrof bahkan memotong dua arah: alga yang disebut Tripos furca bisa memakan beberapa mikroskopis dalam sehari, membuatnya dapat bertahan dalam kegelapan selama berminggu-minggu.Â
Tripos pada gilirannya dimakan oleh alga mixotrof lainnya, memberi kesempatan yang sering untuk pertukaran organel seperti kloroplas. Ini sepertinya memungkinkan alga untuk bertahan di bagian lautan yang gelap seperti Palung Mariana, yang dimana tanaman lain tidak dapat menghuninya.
Proses dimana Elysia menjadi fotosintetik dan Tripos beralih di antara mode makan mengingatkan apa yang diyakini ilmuwan menuju asal usul dari semua tanaman. Hewan bersel satu memangsa sianobakteri.Â
Beberapa dari tanaman kecil ini tidak dicerna dan hidup di dalam sel hewan, pada akhirnya membentuk kloroplas. Tapi tanaman eukariota pertama ini akan dikonsumsi oleh hewan lain, yang membajak kloroplas yang berharga, seperti Elysia. Dan berdasarkan contoh dari makan dan dimakan, kita telah melihat kasus Tripos, pencurian kloroplas ini terjadi hingga tiga kali, menghasilkan plastida dengan empat membran serta tumbuhan dan hutan paling produktif di lautan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H