Mohon tunggu...
Kautsar Luthfian Ramadhan
Kautsar Luthfian Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Kimia, Nikmati juga konten menarik SpotiCay di platform lainnya (Instagram, Youtube, Spotify, Tiktok)

Teknik Kimia | Pengetahuan | Kisah Pribadi | Opini |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"The Father of Comedy" Aristophanes dan Sejarah Komedi

7 Juli 2021   20:11 Diperbarui: 7 Juni 2022   07:40 2672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedangkan drama atau karya bergenre komedi biasanya berakhir dengan bahagia. ketika "tragedi" hampir selalu meminjam cerita dari legenda, "komedi" membahas peristiwa terkini yang sangat relate dengan masyarakat athena pada saat itu.

Komedi Aristophanes merayakan dan menggambarkan orang biasa menyerang yang orang berkuasa atau memiliki jabatan penting. Sasarannya adalah politisi yang arogan, jenderal perang, dan intelektual yang mementingkan diri sendiri, tepatnya orang-orang yang duduk di barisan depan teater, di mana semua orang bisa melihat reaksi mereka secara langsung (di era sekarang lebih lazim dengan sebutan roasting). 

Akibatnya, mereka disebut sebagai "Komoidoumenoi" atau mereka yang diolok-olok dan ditertawakan dalam komedi. Ejekan Aristophanes yang kejam dan seringkali cabul meminta pertanggungjawaban para pemimpin ini, menguji komitmen mereka terhadap pemerintahan kota yang mereka jalani.

Satu masalah, khususnya, mengilhami banyak karya Aristophanes yaitu peristiwa Perang Peloponnesia antara bangsa Athena dan prajurit Sparta. Dalam "Peace", yang ditulis pada 421 Sebelum Masehi, seorang warga Athena setengah baya membebaskan seorang perempuan yang merupakan perwujudan perdamaian dari sebuah gua, tempat dia diasingkan oleh para politisi yang mencari keuntungan.

Kemudian, ada lagi peristiwa setelah kekalahan angkatan laut yang menghancurkan Athena pada 411 Sebelum Masehi, Aristophanes menulis "Lysistrata" (pertunjukan drama ini sangat terkenal hingga saat ini, bahkan kamu dapat menonton pertunjukan ini di berbagai teater dalam berbagai bahasa, mulai dari bahasa indonesia, Inggris dan lainnya). Dalam drama ini, para wanita Athena muak dengan perang dan melakukan pemogokan seks sampai suami mereka berdamai.

Drama lain menggunakan skenario fantastis yang sama untuk menusuk situasi topikal, seperti pada drama "Clouds", di mana Aristophanes mengejek pemikiran filosofis yang modis. 

Pahlawan Strepsiades mendaftar di sekolah filosofis baru Socrates, di mana dia belajar bagaimana membuktikan bahwa yang salah itu benar dan bahwa hutang bukanlah hutang. Tidak peduli seberapa aneh permainan dan kondisi yang ia buat, para tokoh utama atau pahlawan dalam kisahnya akan selalu menang pada akhirnya.

Aristophanes juga menjadi ahli parabasis, teknik komedi di mana aktor berbicara langsung kepada penonton (dalam istilah komedi sekarang juga sering disebut sebagai "Riffing Penonton"), sering memuji penulis naskah atau membuat komentar dan lelucon topikal.

 Misalnya pada karyanya yang berjudul "Birds", Paduan Suara mengambil peran burung yang berbeda dan mengancam juri Athena bahwa jika permainan mereka tidak memenangkan hadiah pertama, mereka akan buang air besar saat berjalan di sekitar kota. 

Para penonton tertawa terbahak bahak dengan lelucon itu namun Mungkin juri tidak menghargai lelucon itu, dan sayangnya drama tersebut hanya menempati  posisi pemenang kedua.

Dengan mengeksplorasi ide-ide baru dan mendorong kritik-diri dalam masyarakat Athena, Aristophanes tidak hanya mengejek sesama warganya, tetapi juga membentuk sifat komedi itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun