Mohon tunggu...
Kautsar Luthfian Ramadhan
Kautsar Luthfian Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Kimia, Nikmati juga konten menarik SpotiCay di platform lainnya (Instagram, Youtube, Spotify, Tiktok)

Teknik Kimia | Pengetahuan | Kisah Pribadi | Opini |

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rashomon Effect, Kondisi di Mana Kebenaran Subjektif Mempengaruhi Penalaran Setiap Orang

6 Juli 2021   20:10 Diperbarui: 7 Juni 2022   07:43 2604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam film yang di produksi Akutagawa dan Kurosawa yang menggunakan alat media mereka untuk memberikan bobot kesaksian masing-masing karakter yang sama, dan mengubah setiap saksi menjadi narator yang tidak dapat diandalkan. Tanpa petunjuk tentang siapa yang membagikan informasi paling akurat, penonton tidak dapat membedakan karakter mana yang harus dipercaya. 

Sebaliknya, setiap kesaksian memiliki kualitas yang jujur, dan penonton dibiarkan meragukan keyakinan mereka saat mereka menebak siapa yang mengakhiri hidup samurai.

Beberapa orang mungkin merasa frustrasi karena plotnya menumbangkan harapan tentang bagaimana film misteri biasanya berakhir. Namun dengan menolak memberikan jawaban yang jelas, kedua seniman ini menciptakan kekacauan dan kompleksitas kebenaran dan ingatan manusia.

Ahli saraf telah menemukan bahwa ketika kita membentuk memori, interpretasi kita terhadap informasi visual dipengaruhi oleh pengalaman dan bias internal kita sebelumnya. 

Beberapa bias ini bersifat unik dan spesifik pada setiap individu, tetapi yang lain lebih universal. Misalnya, bias egosentris dapat mempengaruhi orang untuk secara tidak sadar membentuk kembali ingatan mereka dengan cara memberikan dampak positif pada tindakan mereka. 

Bahkan jika kita mampu menerka nerkad memori secara akurat, kita dapat mengingat sebuah peristiwa dan menggabungkan informasi baru yang akan mengubah memori. Dan ketika kita kemudian mengingat peristiwa itu, kita biasanya mengingat memori yang dibumbui alih-alih pengalaman aslinya atau yang biasa disebut realita alternatif.

Fenomena psikologis yang mendasari ini berarti bahwa Rashomon Effect dapat muncul di mana saja. Dalam biologi, para ilmuwan memulai dari kumpulan data yang sama dan menerapkan metode analisis yang sama, sering kali menerbitkan hasil yang berbeda. Para antropolog secara teratur bergulat dengan dampak latar belakang pribadi terhadap persepsi seorang ahli.

Dalam satu kasus terkenal, dua antropolog mengunjungi desa Tepoztlan di Meksiko. Peneliti pertama menggambarkan kehidupan di kota sebagai bahagia dan puas, sedangkan yang kedua mencatat penduduk sebagai paranoid dan tidak puas.

Selain para ahli, Rashomon Effect juga dapat berdampak pada masyarakat umum, terutama dalam hal persepsi tentang peristiwa berskala besar yang rumit. Misalnya, setelah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Keamanan atau Security Summit di tahun 2015 antara Amerika Serikat dan para pemimpin dari negara-negara Arab, laporan media tentang KTT sangat bervariasi. Beberapa menyatakan bahwa itu berjalan lancar, sementara yang lain menyebutnya gagal total.

Sangat unik bagi kita untuk tidak terpaku pada mengapa kita memiliki persepsi yang berlainan, tetapi mungkin pertanyaan yang lebih penting yang ditimbulkan oleh Rashomon Effect adalah "apa sebenarnya kebenaran itu?". Apakah ada situasi dimana "kebenaran yang objektif" benar benar tidak ada? Apa kebenaran yang kita dapat oleh versi berbeda dari peristiwa yang sama tentang waktu, tempat, dan orang-orang yang terlibat? 

Dan bagaimana kita bisa membuat keputusan bersama jika kita semua bekerja dengan informasi, latar belakang, dan bias yang berbeda? Seperti kebanyakan pertanyaan, ini tidak memiliki jawaban yang pasti. Tetapi pentingnya kisah Akutagawa yang bertahan lama menunjukkan bahwa mungkin ada nilai dalam merangkul ambiguitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun