Berdo’a kepada ke-esaan yang Maha Agung: AUM digunakan oleh umat Hindu; AMIN digunakan oleh Muslim; AMIN digunakan oleh orang-orang Kristen. (Bhagwandas)
Setiap Kitab Suci yang diilhamkan Allah menguntungkan, untuk mengajar, untuk menegur, untuk koreksi-instruksi dalam kebenaran, bahwa ‘abdi Allah mungkin sempurna, dilengkapi sepenuhnya kepada setiap pekerjaan yang baik. (Alkitab)
Kami percaya pada apa yang pernah dinyatakan kepada kita dan dinyatakan pula kepada kalian. Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu dan kepada-Nya kita berserah diri. (Quran)
Hanya Engkau Tuhan, Engkau telah menjadikan langit, ya langit dari segala langit dengan segala bala tentaranya, dan bumi dengan segala yang ada di atasnya, dan laut dengan segala yang ada didalamnya. Engkau memberi kehidupan kepada semuanya dan semua bala tentara langit bersujud menyembah kepada-Mu. (Alkitab)[4]
Tuhan yang Maha Pengasih! Segala puji bagi-Mu! Pencipta dan pelindung alam semesta! Tuhan Allah! Pemurah dan penyayang! ... Kepadamu kami menyembah dan kepada Mu kami memohon bantuan. (Quran)
Semua manusia didorong oleh kekuatan batin yang sama. Sebuah jiwa yang besar yang telah berhasil menghilangkan intelektual sempit dan aspek material kehidupan, dan menyadari realitas abadi yang bersifat universal, telah menjadi guru umat manusia. Mereka semua mengajarkan kita untuk hidup mulia dan benar-benar dalam cinta, harmoni, toleransi, layanan, kerendahan hatian, pengampunan dll. Beberapa akan berargumen bahwa ini adalah nilai wajar dan etika yang membantu orang untuk hidup lebih baik, dan oleh karena itu semua ini sangat diperlukan. Etika memiliki akar dalam agama karena agama sudah ada sejak awal kehidupan intelektual terwujud, dan hanya diberi ekspresi kemudian oleh orang dalam bentuk eksternal tertentu.
 Agama tergantung pada menyadari hubungan yang selalu ada antara manusia dan asal-usulnya adalah Allah. Ini harus lebih diutamakan daripada etika. Jadi apa pun yang kita sebut standar etika perilaku, kebutuhan, timbul dari keyakinan agama dan kesadaran. Dalam analisis akhir, tidak ada yang dapat menyangkal bahwa agama bersifat universal. Demikian pula, tidak ada yang bisa menyangkal bahwa perbedaan, intoleransi, fanatisme dan melawan antar agama ada. Kekurangan ini tidak dalam agama. Ini adalah ketidaktahuan manusia yang menyebabkan masalah. Jika kita semua hidup dengan sistem nilai abadi yang diajarkan oleh agama, dan kehendak Allah kita untuk hidup, maka umat manusia akan mengambil langkah terbesar dalam penyingkapan kesadarannya, dan realisasi tujuan Ilahi dalam hidup.
Â
Â
Referensi:
Smith, Wilfred. Memburu Makna Agama. Bandung: Penerbit Mizan, 2004.