Mohon tunggu...
Kauko Fitra Kumaratama
Kauko Fitra Kumaratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Service Quality Assurance Manager Outer Jabotabek Region - PT Telkomsel, Ketua RW - Lengkong Karya, Mahasiswa Sistem Informasi - Universitas Pamulang

Saya adalah seorang profesional dengan pengalaman sebagai Network Service Quality Assurance Manager di PT Telkomsel untuk wilayah Outer Jabotabek, di mana saya bertanggung jawab memastikan kualitas jaringan Seluler Bergerak. Selain itu, saya aktif dalam komunitas masyarakat sebagai Ketua RW, memimpin berbagai inisiatif untuk kesejahteraan warga. Saat ini, saya juga menempuh pendidikan sebagai mahasiswa Program Studi Sistem Informasi di Universitas Pamulang, dengan tujuan mengembangkan pengetahuan di bidang teknologi informasi. Di waktu luang, saya gemar berolahraga, khususnya lari dan bola basket, untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Radikalisme Hingga Siber: Tantangan Ketahanan Nasional Indonesia Hari Ini

5 Januari 2025   11:11 Diperbarui: 5 Januari 2025   10:26 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan

Indonesia, negeri dengan lebih dari 17.000 pulau, ratusan etnis, dan beragam agama, menghadapi tantangan besar dalam menjaga persatuan. Keberagaman ini, meskipun menjadi kekayaan bangsa, juga membuka celah bagi ancaman modern yang semakin kompleks. Di era teknologi yang berkembang pesat, ancaman terhadap ketahanan nasional kini bukan hanya berupa konflik fisik, tetapi juga berasal dari ranah digital dan ideologis.

Radikalisme, sebuah paham yang menginginkan perubahan ekstrem melalui cara-cara kekerasan, kini menemukan panggung baru di media sosial. Penyebarannya menyasar generasi muda dengan narasi yang sering kali memanipulasi emosi dan keyakinan. Sementara itu, ancaman siber seperti kebocoran data dan propaganda online menjadi senjata ampuh yang mampu mengguncang stabilitas negara. Ahmad Nurwakhid menyebut terdapat 33 juta penduduk terpapar radikalisme di Indonesia, sebagaimana disampaikan pada Rabu (20/7/2022) dalam diskusi publik di Kedutaan Besar Prancis, Jakarta. Serangan ini tidak hanya merusak individu tetapi juga mengancam fondasi negara, seperti yang terlihat dari serangan siber yang melumpuhkan sistem pemerintahan dan sektor keuangan di berbagai negara.

Ketahanan nasional menjadi tameng utama dalam menghadapi tantangan ini, dan nilai-nilai bela negara memainkan peran penting. Dengan partisipasi aktif masyarakat, penguatan literasi digital, dan kolaborasi yang solid, Indonesia dapat membangun kekuatan kolektif untuk melawan ancaman ini. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang dinamika ancaman tersebut dan solusi untuk menjaga Indonesia tetap tangguh di tengah gelombang perubahan.

Ancaman Siber sebagai Perang Ekonomi

Ancaman siber kini menjadi ujung tombak perang modern, khususnya dalam aspek ekonomi. Serangan terhadap sistem teknologi informasi bertujuan mencuri data, menyebarkan propaganda, atau melumpuhkan infrastruktur vital. Di Indonesia, lebih dari 2,4 miliar serangan siber tercatat hanya dalam enam bulan pertama tahun 2024. Serangan seperti DDoS, kebocoran data, dan perusakan situs web menjadi ancaman nyata yang tidak hanya merusak sistem tetapi juga menciptakan ketidakpercayaan publik terhadap ekonomi digital.

Serangan ini menunjukkan bahwa keamanan siber bukan hanya urusan teknis, tetapi langkah strategis untuk melindungi daya saing Indonesia di kancah global. Perang ekonomi yang digerakkan melalui ancaman digital ini menuntut respons kolektif yang melibatkan inovasi teknologi, regulasi yang kuat, dan kesadaran masyarakat.

Teknologi sebagai Alat Bela Negara

Teknologi bukan hanya ancaman, ia juga dapat menjadi senjata utama dalam memperkuat bela negara. Generasi muda memiliki potensi besar untuk berkontribusi melalui inovasi digital yang memperkuat keamanan dan kemandirian bangsa. Di Indonesia, berbagai startup telah mengembangkan aplikasi keamanan digital, sementara program seperti Gerakan Nasional Literasi Digital mendorong masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya keamanan di dunia maya.

Bela negara di era digital melampaui aksi fisik. Dengan memanfaatkan teknologi secara kreatif dan positif, setiap individu dapat menjadi bagian dari benteng pertahanan bangsa yang tangguh.

Media Sosial: Medan Pertempuran Ideologi

Media sosial kini menjadi medan utama dalam perang ideologi. Kelompok radikal memanfaatkan platform ini untuk menyebarkan propaganda yang sering kali lebih menarik dibandingkan narasi kontra dari pemerintah. Mayoritas rekrutmen kelompok radikal di Indonesia dilakukan melalui media sosial, dengan hoaks berbasis agama dan politik sebagai senjata utama.

Pemerintah dan masyarakat harus lebih kreatif dalam menyampaikan pesan kebangsaan. Narasi yang inklusif, menarik, dan relevan sangat dibutuhkan untuk mengimbangi dominasi kelompok radikal di dunia maya.

Pendidikan Karakter sebagai Benteng Utama

Pendidikan karakter adalah solusi jangka panjang untuk membangun generasi yang tangguh terhadap ancaman ideologi dan teknologi. Dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila, toleransi, dan integritas, generasi muda akan lebih siap menghadapi propaganda radikal dan manipulasi dunia maya. Program pendidikan bela negara yang telah diterapkan di beberapa sekolah menjadi langkah awal yang menjanjikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun