Setelah membiarkan anak anak berlarian sebentar dan berfoto di halaman, kami pun masuk ke dalam KRI Pasopati 410.
Memasuki lambung kapal, dinginnya AC terasa kontras dengan panasnya udara di luar. Rasanya sejuk dan menyenangkan.
Kami disambut dua petugas murah senyum yang memberitahu bahwa ada pemutaran videorama tepat pukul satu siang nanti. Mereka pun mempersilakan kami melanjutkan perjalanan melihat lihat bagian dalam kapal selam. Tidak ada guide, jadi kami memulai petualangan kecil kami sendiri.
Ternyata, bagian dalam kapal selam ini keciiiiilll sekali. Lebarnya mungkin hanya sekitar 4 - 5 meter dan dindingnya penuh peralatan besar dan jalinan kabel. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana 63 awak kapal bisa menjalankan segala aktivitas mereka di tempat sekecil ini. Tempat tidur para awak lebarnya hanya sekitar 50 centimeter, dan jauh dari empuk. Bentuknya seperti kursi angkot yang panjang dan tetap saja keras meskipun dilapisi matras. Dan kabin Komandan pun tak kalah sederhana. Sempit dan pengap. Satu satunya kemewahan yang ada hanyalah sebuah meja tulis kecil.
Beberapa ruangan KRI Pasopati 410 antara lain adalah ruang awak kapal, ruang Komandan, jembatan utama dan pusat komando, ruang dapur dan ruang makan, ruang mesin diesel, ruang mesin listrik dan ruang haluan torpedo. Masing masing ruang dihubungkan dengan pintu. Sebagian besar pintu ini berukuran kecil, bentuknya bundar dan sangat rendah. Jadi Anda yang bertubuh tinggi besar akan membutuhkan lebih banyak usaha untuk melewatinya. Saya sendiri membutuhkan waktu beberapa menit, untuk memastikan perut tidak tersangkut dan kepala saya tidak terantuk besi saat melewati pintu mini itu. Waaah, ternyata untuk menjadi awak kapal selam, Anda harus punya fisik yang kuat, ramping, cekatan dan gesit!
Kami tiba di pusat komando. Ini dia ruang yang membuat saya penasaran. Saya hanya pernah melihat periskop di film film kartun, yang bentuknya lebih menyerupai pipa PVC. Dan kini saya berkesempatan melihat periskop yang asli. Masih berfungsi pula! Saya sangat menikmati momen 'pura pura jadi kapten' di dalam kapal selam ini. Lewat periskop saya bisa melihat kemacetan dan gedung gedung yang menjulang di Jalan Pemuda. Rasanya luar biasa.
Perjalanan berlanjut ke ruang dapur. Jangan bayangkan sebuah dapur mungil seperti di rumah. Yang disebut dapur hanyalah meja panjang di sudut ruangan, bersebelahan dengan baterai super besar. Sungguh jauh dari kesan nyaman. Dan di dapur inilah para koki mengolah makanan untuk sumber energi para awak kapal. Berdampingan dengan baterai yang merupakan sumber energi kapal selam.
Seandainya ada guide, saya ingin menanyakan bagaimana cara memasak makanan di kapal selam? Apakah para awak hanya makan makanan kaleng? Atau ada peralatan khusus untuk memasak di dalam kapal?
Kemudian saya melihat sebuah ruangan kecil. Tanpa keterangan. Saya berasumsi itu adalah toilet. Karena ada sebuah wastafel di sudut ruangan. Tapi, kenapa ada begitu banyak kabel di dindingnya? Sayang tidak ada guide. Saya sangat penasaran. Dari tadi saya tidak melihat adanya kamar mandi. Apa hanya ada satu kamar mandi di kapal selam bermuatan puluhan orang ini?
Karena tidak tahu harus bertanya pada siapa, dan tidak ada keterangan mengenai hal itu, maka saya melewatkannya dan berjalan terus.
Kami berjalan melewati ruang mesin. Lalu memasuki ruang listrik yang penuh kabel. Woow...rasanya seperti berada di usus Alien. Begitu banyak kabel besar dan kecil yang dipasang di dinding ruang. Membuat saya salut pada para teknisi yang bisa menghafal dan menguasai begitu banyak kabel dan mesin dalam kapal selam ini.