Mohon tunggu...
Katrokelana Kelana
Katrokelana Kelana Mohon Tunggu... -

hanya orang bodoh yang belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kapan Ya Orang Beragama Hidup Rukun?

29 Juni 2012   16:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:25 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_191526" align="aligncenter" width="225" caption="sumber: zezze.com"][/caption]

Seperti kutukan turun-temurun, aliran-aliran pemikiran agama terus saja saling tidak akur. Sebutan munafik, bid’ah, sesat, dan bahkan kafir terus membuncah berseliweran tak ada habisnya. Sungguh menyebalkan. Terus terang saya merasa gerah, mual, dan muntah melihat hal ini.

Kalau dihitung, sudah beberapa abad berlalu hal ini terjadi, timbul-tenggelam, dan pertentangan itu kini makin menjadi-jadi. Sejarah telah mencatat adanya firqah-firqah (sekte-sekte) dalam pemahaman agama. Firqah satu dan lainnya terkadang saling bertentangan secara tajam. Akibatnya firqah-firqah ini sulit didamaikan, apalagi disatukan.

Dalam Islam, sejarah sudah mencatat adanya paham Suny, Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah, Murjiah, Najariyah, Qodariyah, Jabariyah, Musyabihah, Mujassimah, Bahaiyah, Ahmadiyah, Wahabiyah dan lain sebagainya. Suatu keterangan menyebut jumlahnya 73 firqah, sebagaimana yang diterangkan oleh Nabi Muhammad Saww dalam hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi.

Bagi saya, perseteruan ini seperti tontonan film kartun Tom&Jerry, ceritanya musuhan terus, jarang sekali akur. Sebagai orang beragama, tentu saja saya kecewa dengan hal ini. Seperti pepatah, dua gajah bertarung, pelanduk mati di tengah-tengah. Sialnya…sekarang ada puluhan gajah bertarung. Wah…pejet atuh aing yeuh. Karenanya, saya sebagai pelanduk perlu ikut campur dalam masalah ini, mengingat harta dan jiwa saya juga terancam jika pertentangan terus terjadi atau bahkan makin meruncing.

Jelasnya, dampaknya secara langsung atau tidak langsung telah mengganggu kenyamanan dan mengurangi kualitas hidup saya sebagai bagian dari komunitas umat manusia.

Ini baru dalam internal agama, belum lagi ketidakakuran antara agama A dengan agama B atau antara agama-agama dengan atheis/agnostic. Wah hidup di dunia emang banyak masalah ya…tapi …tentu saja kita jangan menyerah. Sekedar urun rembug, nah…berikut ini ada beberapa cara agar umat beragama akur, (sebenarnya ada banyak cara, tapi ini saja terlebih dahulu) yaitu:

Pertama, tinggalkan agama.

Cara pertama adalah dengan melarang orang beragama. Ini cara radikal dan pasti akan sangat banyak yang menentang. Ada banyak orang yang tidak bisa hidup tanpa agama. Betapa tidak, agama sudah diindoktrinasikan sejak masih kita dalam kandungan. Jadilah hidup kita sangat bergantung pada konsep yang bernama agama. Saat ini ada banyak orang yang masih perlu dongeng-dongeng surealis sebagai pengantar tidurnya. Contohlah saya sendiri, biar melihat agama terkadang menimbulkan masalah, tapi tetep aja saya jadi orang beragama. Nah, karena cara ini sangat radikal dan kemungkinan penolakannya akan sangat besar, jadi cara ini tidak saya rekomendasikan juga.

Kedua, ciptakan musuh bersama.

Zaman penjajahan kita punya musuh bersama, yaitu si penjajah. Semua elemen bangsa tak peduli suku, agama, ras, dan antar golongannya bersatu melawan penjajah. Itulah, persatuan menumbuhkan kekuatan. Begitulah, mengapa penjajah menggunakan taktik devide et impera, karena mereka tau bahwa persatuan menumbuhkan kekuatan. Lalu, siapakah musuh bersama kita saat ini? Amerika? Zionis? Dajjal? Kebodohan? Kemiskinan? Wah nampaknya, susah juga cari musuh bersama. Soalnya tiap kelompok telah mengidentifikasi musuhnya sendiri-sendiri, yang bisa jadi satu sama lain saling berbeda. Jadi, cara kedua ini tingkat keberhasilannya akan sangat kecil juga, tetapi bisa dicoba.

Ketiga, homogenisasi.

Keragaman bisa menjadi sumber kekuatan bisa pula menjadi sumber kelemahan. Homogenisasi maksudnya adalah menetapkan satu sekte atau bahkan satu agama tertentu yang harus dianut oleh suatu komunitas bangsa. Bisakah? Bisa saja tetapi harus dengan cara kekerasan. Hal ini pernah terjadi di Arab Saudi. Sekte Wahabi kini adalah satu-satunya sekte resmi negara. Saat awal berdiri, perkembangan wahabi dilakukan dengan cara kekerasan. Semua aliran pemikiran yang berbeda dengan mereka, diberangus tanpa ampun. Jadilah kini Saudi Arabia sebuah negara dengan aliran pemikiran Islam yg cukup homogen, dengan sedikit syiah tak berdaya di masyarakatnya. Tentu saja ini adalah cara yang sangat sulit dan tidak mungkin diterapkan di negara plural seperti Indonesia.

Keempat, menjadi sekuler.

Inilah cara yang saya rekomendasikan. Hidup rukunnya antar sekte agama dan juga antar agama bisa terjadi jika agama hanya bersifat personal dan tidak masuk ke wilayah publik. Agama dikembalikan pada fungsi awalnya sebagai personal guidance. Membawa agama ke ranah publik hanya membuat potensi persinggungan antar keyakinan semakin tinggi. Ini akan sangat mencemaskan. Apalagi jika muncul tokoh-tokoh agama yang tengil memperalat agama untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya.

Apalagi kalau kita kaji, bukankah dalam sejarah Islam sendiri corak kehidupan masyarakat Islam pertama di Madinah yang dibangun Nabi Muhammad adalah masyarakat sekuler? Piagam Madinah yang menjadi landasan konstitusional konstruksi pemerintahan saat itu, sama sekali tidak menyebutkan asas Islam. Rasulullah pun membedakan posisi dirinya kapan sebagai Rasul dan kapan sebagai kepala negara.

Jadi, jika Anda bertanya kapankah orang beragama dapat hidup rukun? Jawaban yang paling masuk akal adalah ketika semua orang beragama—apapun sektenya--menjadi sekuler, yaitu ketika semua orang beragama meletakkan keyakinan agamanya hanya sebagai personal guidance saja.

***

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun