Mohon tunggu...
Humaniora

Kini Membantu Orang jadi Lebih Mudah

21 Oktober 2015   10:19 Diperbarui: 21 Oktober 2015   10:41 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terkadang terbesit di pikiran saya, bagaimana ya caranya untuk menolong orang di sekeliling kita? Kalau terus-menerus memberi orang yang mengemis, katanya mendidik mereka tidak mandiri. Kalau dibiarkan saja, jujur saja saya tidak tega.

Menjelang akhir masa kuliah, saya punya tempat favorit baru untuk duduk-duduk santai: kembang tahu di Depok. Tempatnya memang terbuka, sehingga membiarkan orang lalu-lalang untuk masuk, termasuk pengemis dan penjaja lainnya.

Di tengah asik ngobrol, seorang penjaja sandal dan sepatu tiba-tiba datang, lalu duduk di sebelah saya sambil menawarkan barang dagangannya. "Neng beli sepatu sandal saya, neng. Beli 2 ribu saja, buat makan mau beli gorengan".

Saya speechless. Saya rasa kalau Anda di posisi saya pun akan langsung mengeluarkan uang dan membeli sepatu sandal itu. Namun, beberapa menit setelah Bapak ini datang, muncul lagi orang lainnya dengan menjual produk yang sama. Cara yang dilakukan pun sama: duduk sambil memohon-mohon.

Sekejap keinginan saya dari menolong menjadi acuh saja pun muncul. Kenapa harus memohon-mohon seperti itu? Entahlah, menurut saya orang sekarang juga tidak akan iba dengan sikap seperti itu. Daripada meminta, ada baiknya jika terus berusaha untuk memaparkan dagangnya. Ah ya, ini menurut opini saya pribadi.

Saya pun berpikiran, apa ya yang bisa saya lakukan untuk membantu mereka? Sempat terpikir mengajarkan mereka membuat onlineshop atau masukkan dagangannya ke e-commerce. Di zaman serba digital, menurut saya itu adalah sebuah solusi. Namun ya, tentu itu butuh effort. Harus mengajarkan hal-hal yang perlu diketahui, butuh setidaknya handphone, foto yang bagus untuk kontennya, dan lain sebagai. Oke, sepertinya ini bukan solusi untuk jangka pendek.

Beberapa bulan kemudian, saya menemukan jawaban dari kebingungan saya. Saya bergabung dengan teman-teman Kitabisa.com, yaitu sebuah platform atau wadah untuk menggalang dana kegiatan sosial. Ternyata setelah bergabung di sini, saya melihat banyak orang sudah mulai tergerak membantu orang di sekitarnya. Contohnya saja Emak (baca postingan saya sebelumnya di sini). Lalu campaign favorit saya adalah Mbak Yeyen dan kakek Timin.

Mbak Yeyen merupakan seorang fashion design dan pak Timin adalah penjaja kebutuhan rumah tangga yang setiap hari lewat depan rumah mbak Yeyen. Setiap hari pula mbak Yeyen melihat pak Timin membawa beban 50 kg di pundaknya. Melihat umurnya yang menginjak 84 tahun dan beban yang dibawanya setiap hari, mbak Yeyen akhirnya memutuskan untuk membuat penggalangan dana melalui Kitabisa.

Dalam waktu 1 hari, berhasil mengumpulkan lebih dari 2 juta rupiah. Dengan total yang terkumpul 6 juta rupiah, kini pak Timin telah memiliki gerobak untuk berjualan berkeliling (bisa baca ceritanya di sini).

Ah! Ada perasaan antara senang dan haru. Ternyata banyak orang di luar sana yang sudah konkrit membantu orang lain. Sekarang, tinggal saya memikirkan bantuan apa yang bisa diberikan untuk penjaja sepatu dan sandal dekat lingkungan saya. Mengutip kata Indorelawan, “Ubah niat baik hari ini, menjadi aksi baik hari ini”. *fingers crossed*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun