Mohon tunggu...
Humaniora

Semua Sayang Emak!

16 Oktober 2015   11:37 Diperbarui: 16 Oktober 2015   14:03 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu pagi yang ramai seperti biasanya. Orang lalu-lalang, pergi ke pasar pagi di gang kecil itu, sarapan pagi dengan nikmatnya, ada juga yang sibuk mengumpat-umpat karena pintu kutek jadi satu jalur saja.

.....minta didemo ya nih kampus, astaga.

Di balik hiruk-piruknya Kutek, aku melihat seorang ibu berjalan dengan tas warna putihnya di pundak sebelah kanan. Tidak perlu berpikir dua kali itu siapa. Jelas, itu Emak, penjaja makanan di Pusgiwa UI. Mengenakan kerudung sederhana yang selalu ku hafal. Ah Emak, aku rindu.

Perkenalanku dengan Emak pun tak hanya lalu begitu saja, so memorable. Saat itu, jadi anak baru pusgiwa pasti malu-malu. Mau masuk ruang BEM aja nunggu temen dulu #yaelahwkwk. Tapi, dengan menunggu itu aku melihat Emak berjuang untuk hidupnya.

Dari kursi kesayangannya, Emak berdiri menuju suatu kotak abu-abu besar, yang aku sadari beberapa saat kemudian itu adalah tempat sampah. Emak membuka tutupnya dan mulai mengambil botol bekas air mineral serta minuman lainnya.

Di tengah memilih botol, Emak melihat aku yang sedang memandangnya. Aku cuman bisa tersenyum, bahkan namanya saja saat itu aku belum tahu. Beliau pun menjawab senyumku,

“Buat dijual lagi ini nak, lumayan Emak dapat tambahan jadinya”

Aku.....tidak tahu harus menjawab apa selain “hehe iya Bu”. Sejak saat itu, aku kenal bahwa nama ibu tersebut adalah Emak dan karena kesulitan menghafal namaku, cukuplah Emak memanggilku “Nak”.

Hari demi hari berlalu, kadang aku sering bertemu Emak di Kutek dan jalan bersama. Suatu saat di ruang BEM ketika menjajakan makanannya, Emak mencurahkan perasaannya, “iya anak BEM sudah lupa sama Emak. Jarang beli minum sama makanan. Anak-anak di bawah juga jarang minum lagi di Emak”.

Setiap hari, hidupnya bergantung pada hasil makanan yang ia jual dan digunakan juga untuk modal esok hari. Emak pun pernah bercerita, terkadang harus makan sehari sekali dengan nasi sisa kemarin. Ia harus punya modal untuk hari-hari selanjutnya, katanya.

Sambil terkenang cerita haru tentang Emak, tidak bisa menutup rasa senangku ketika tahu bang Faldo (Ketua BEM UI 2012) mengadakan penggalangan dana untuk Emak melalui kitabisa.com. Akhirnya, ada juga inisiatif dan usaha membantu Emak. Responnya pun sangat positif. Yeay semua sayang Emak!

Emak sekarang kembali ada modal untuk membangun usahanya. Ada simpanan pula bagi kesehatannya. Oh God thanks! Emak, yang hidup sendiri, menjaga, dan mengingatkan kami yang ada di Pusgiwa pantas mendapatkan kebahagiaannya. Meskipun itu belum seberapa, setidaknya setiap uang yang kamu sisihkan untuk Emak sama dengan setiap cm senyum yang terbentuk dari raut wajahnya.

Yuk doakan selalu ya teman-teman untuk kesehatan Emak. Tentunya sekarang yang masih di Pusgiwa, jangan lupa jaga Emak ya! Aku bersyukur pernah mengenal beliau :)[caption caption="Hasil patungan teman-teman semua untuk Emak. Nantinya akan digunakan sebagai modal jualan dan kesehatan Emak."][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun