Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kesulitan Diri Bukan Alasan

23 November 2023   13:00 Diperbarui: 23 November 2023   22:15 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manakala ada yang minta bantuan, cara yang paling mudah menolak adalah kesulitan diri sebagai alasan.

"Saya sendiri juga susah, boro-boro mau bantu."

Kita bisa langsung katakan atau cukup mendongkol di dalam hati.

Kalau orang yang taksabar mungkin bisa langsung marah. Menganggap yang minta bantuan tak tahu diri atau salah pilih.

Sebenarnya kita bisa dengan tenang menyikapi dan  bisa menakar bantuan apa yang diperlukan. 

Sekadar penting atau penting dan genting.

Apabila masih dalam batas yang wajar, sekadar untuk makan karena sudah menahan lapar paling tidak kita masih bisa memberikan. 

Tergantung ada niat atau tidak. Masih ada empati atau tiada. Kecuali kita sudah menutup pintu tidak akan memberi bantuan apapun. Karena diri sendiri sudah dalam kesulitan.

Acap kali saya justru menghadapi kondisi ini. Dalam keadaan terjepit dan terdesak oleh kebutuhan ada saja teman yang datang minta bantuan.

Pikiran yang seketika muncul tentu saja seperti ini:  "Apa tidak salah? Saya sendiri juga susah. Mana bisa bantu? Saya malah yang mau minta bantuan."

Namun, selanjutnya  hati juga tak mau kalah bicara dan mempertimbangkan.

 "Jangan jadikan kesusahan diri untuk tidak memberikan bantuan kepada yang benar-benar membutuhkan."

"Kamu susah saja masih bisa makan. Dia sudah susah mau makan juga  susah," bisik hati lagi dari kesunyian.

Menurut saya ini semacam ujian juga atau tantangan. Mana yang mesti dipilih, lebih condong ke pikiran atau hati?

Jadi, pilih yang mana?

refleksihati, 23 November 2023 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun