Semua berawal dari lubang sumur dan punggung kabel, lahirlah kisah-kisah mengungkap misteri.
Adalah  Pendekar Kenthir di jagat persilatan kata Kompasiana yang memulai aksi yang menimbulkan keriuhan dan juga keseruan berkelanjutan. Â
Jagat Kompasiana kini ibarat air sumur yang tadinya tenang kini mulai beriak. Ibarat kabel listrik tempat burung-burung bertengger tenang kini bergoyang diterpa angin.Â
Engkong Felix Tani, Pendekar Tua Aneh pemilik Padepokan Gang Sapi  yang punya jurus andalan Bumerang Wuyung tanpa tedeng aling-aling melubangi 'lubang sumur" pendekar cantik tiada banding  Mbakyu Lilik Fatimah Azzahra dari klan Fiksiana.Â
Bukan itu saja sang pendekar pun memunggungi 'punggung kabel' pendekar yang tak kalah cantik, Neng Ayu Diahastuti.
Dengan segala jurus logika yang menohok justru menghadirkan geli terbahak-bahak dari sang pendekar sendiri. Diikuti yang sealiran yang masih bingung mencari lubang yang ada di sumur masing-masing. Pun kebingungan membedakan mana punggung dan perut sebuah kabel listrik. Sungguh misteri.
Benar-benar suasana yang menegangkan dan mencengangkan. Untung kondisi masih kondusif, belum masuk waspada dan darurat. Â
Menurut sang pendekar, Engkong Felix Tani, boleh saja menggunakan segala jurus kata-kata indah berima, tetapi yang penting jangan mengkhianati akal sehat dan menabrak logika.
Sekalipun dalam dunia perfiksian atau puisi ada yang namanya licentia poetica. Suatu kebebasan atau izin menyimpang dalam  berpuisi. Misalnya untuk menciptakan diksi nan indah dengan mengubah susunan kata atau frasa.
Namun, menciptakan kata "lubang sumur" dan "punggung kabel'" menurut sang pendekar itu menyimpang banget. Dengan segala penjelasan yang tidak perlu saya jelaskan lagi sejelas-jelasnya  di sini.