[I]
Ada yang maunya hanya mengajar, tetapi tak mau diajar, seakan ia yang paling layak mengajar karena merasa yang terpelajar adalah dirinya.
Ada yang sibuk mengkritik siapa saja, karena merasa hanya dirinya yang berhak melakukan, ketika dikritik tak mau menerima, malah sibuk membela.
Ada yang sibuk memberikan nasihat di mana-mana, Â merasa dirinya yang paling benar sedunia, Â ketika diberikan nasihat justru merasa jumawa.
Ini bukan tentang siapa, tetapi bagi yang memiliki hati dan pikiran terbuka untuk merasa. Yang kelembutan hati masih ada, bukan yang ada keras kepala.
Itukah  saya?
[II]
Tanpa sadar acap kali apa yang dinasihatikan kepada orang lain, sesungguhnya itu adalah untuk diri sendiri.
Karena yang  ditata dalam kata diri sendirilah yang paling pertama membaca.
Karena apa yang dikatakan diri sendirilah yang paling jelas mendengar suara yang ada.
Kerap kali untuk menyadarkan semesta meminjam berbagai cara untuk diri sendiri berkaca.
Sadarkah saya?
[III]
Dunia menjadi saksi nyata
Apa yang acap kali kita kritik kepada orang lain, justru pada akhirnya diri sendiri melakukan hal yang samaÂ
Apa yang kerap kali dinasihatkan agar orang lain jangan melakukannya, justru pada akhirnya diri sendiri yang menjadi pelakunya.
Demikianlah saya?Â
@cermindiri, 26 November 2022Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H