Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Omong Kosong Argentina Juara

19 Desember 2022   19:38 Diperbarui: 20 Desember 2022   11:22 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah dari Canva

Acap kali kita hendak menunjukkan kebenaran tentang diri kita, tanpa sadar justru untuk membesarkan keegoan.

Sebelum turnamen Piala Dunia 2022 Qatar mulai, saya sudah 'menerawang'. Ibarat buah sudah matang, saat ini  Argentina akan sampai ke puncak dan memetik buah yang manis. Setelah kalah dua kali di final pada 1990 dan 2014.

Namanya 'terawangan' memang sulit membuktikan secara nyata, karena hanya ada di dalam isi kepala. Jadi, tidak ada data-data dan sulit diterima logika.

Ketika di laga pertama sudah kalah dari Arab Saudi, saya masih tetap berkeyakinan Messi akan mengangkat piala. Ibarat kata, kekalahan pertama itu sekadar buang sial. Selanjutnya akan mulus saja dan akan mencapai puncak penampilan pada partai final. 

Dalam pembicaraan dengan teman-teman maupun komentar di media sosial saya selalu bilang sudah waktunya Argentina juara. Karena Messi juga pasti akan main kesetanan dan mengeluarkan sihirnya agar Argentina bisa juara kali ini.

Benar saja, saat partai final berlangsung pada Minggu, 18 Desember 2022 malam, bertempat di Lusail Iconic Stadium, para pemain Argentina tampil bak kesurupan.

Di babak pertama saja Messi dkk bisa unggul 2-0. Dalam durasi hampir  80 menit pertandingan Argentina begitu perkasa. Prancis seakan tak berkutik. Bintang Prancis, Mbappe seakan takbisa apa-apa di area pertahanan Argentina.

Mungkin sudah banyak yang berpikir Argentina sebentar lagi sah juara. Karena selama pertandingan Prancis hampir tidak menciptakan peluang yang membuat gawang Argentina yang dijaga Martinez dalam bahaya.

Namun, tiba-tiba seakan ada gempa ketika Prancis mendapat hadiah penalti dan Mbappe sukses menceploskan bola ke gawang yang dijaga Martinez. Stadion seketika bergemuruh.

Berselang tak lama kembali Mbappe mencetak gol indah untuk menyamakan kedudukan. Kini skor menjadi 2-2. Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang hadir langsung pun sampai berdiri memberikan aplaus.

Apakah Prancis akan berbalik unggul dan mempertahankan gelar Piala Dunia yang mereka raih pada 2018?

Tidak. Ada bisikan kuat bahwa gol demi gol Mbappe untuk menyeimbangkan kedudukan hanya untuk menunda sejarah. 

Karena Messi yang akan segera merasakan juara Piala Dunia di akhir kariernya sebagai pesepak bola. 

Terjadilah ketika wasit asal Polandia , Szymon Marciniak meniup pluit panjang tanda berakhirnya pertandingan.  Sah sudah Messi meraih Piala Dunia untuk pertama kali. Ketiga untuk Argentina. Setelah meraih pada 1978 dan 1986.

Ketika di grup perpesanan WhatsApp ada yang membagikan tulisan tentang prediksinya bahwa Argentina yang akan juara dunia, saya ikut terusik berkomentar tentang 'terawangan' saya  sebelum turnamen dimulai. Bahkan ketika tampil pertama sudah kalah. Keyakinan saya tak berkurang. 

Entah mengapa saya menahan diri. Menyunggingkan senyum. Tiba-tiba malah muncul semacam pengingat diri.

Acap kali kita hendak menunjukkan kebenaran tentang diri sendiri, tanpa sadar justru sedang membesarkan keegoan.

Bukankah acap kali seperti ini yang terjadi? 

Mana kala ada satu omongan yang benar tentang satu hal lantas jadi omongan dan pajangan agar seluruh dunia mengetahui. 

Sebaliknya giliran 99 omongannya salah diam seribu basa seakan diam itu emas.

Beginilah dunia.

Bangga dengan kemampuan diri  memang tidak apa-apa. Namun, biasanya ada apa-apa yang menjadi penumpang. Yakni, si jumawa. 

Rasa bangga dan jumawa bisa-bisa menjadi saudara kembar  tanpa kita menyadari. Dalam kerendahan hati bisa pula ketinggian hati bersembunyi.

Ah, sepertinya sedang membicarakan diri sendiri ini sih. Jadi, bukan rahasia lagi. Mau rendah hati, malah jadi begini. Tahu, kan maksud apa ini? Omong kosong tentang diri.

@cermindiri, 19 Desember 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun