Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gempa Cianjur: Air Mata dalam Rasa

22 November 2022   09:33 Diperbarui: 22 November 2022   09:41 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun gempa di Cianjur jauh dari pandangan mata

Ada haru menusuk kalbu mengguncang jiwa 

Ada luka, darah, dan kehilangan nyawa tak kuasa menahan netra ini berkaca-kaca 

Tak berani  bertanya

Mengapa bencana ini ada 

Sebab bencana terjadi tanpa terduga 

Kehendak-Nya tak terjangkau manusia 

Dalam sekejap porak-poranda 

Sulit menerima dengan logika, tetapi hati mesti terbuka 

Bencana ada mengingatkan agar manusia jangan jumawa

Lebih baik wawas diri dan terjaga 

Dalam bencana manusia takberdaya tersapu ibarat debu saja 

Bencana yang ada agar manusia lebih peduli pada sesama

Bila ada bencana agar lebih saling menjaga

Menyadarkan semua adalah saudara 

Bila ada bencana lebih khusyuk dalam doa

Lebih sering mengingat dan menyebut Nama-Nya 

Bila ada bencana air mata menjadi berharga 

Sebab mengalir dari mendalamnya rasa 

Yang lebih penting dari segalanya 

Bencana membangkitkan kesadaran manusia 

Agar untuk mengingat dan melakukan semua ini jangan menunggu bencana tiba 

Semoga melalui bencana ini kesadaran bercahaya, agar hidup menjadi lebih berharga 

@reflekstihati, 22 November 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun