Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Omong Kosong Paham

28 September 2022   14:37 Diperbarui: 29 September 2022   20:56 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya semuanya tiada; tiada mata; tiada mulut, tiada hidung, tiada lidah; tiada telinga; tiada bau; tiada rasa; tiada eksistensi.

Semua yang ada itu tiada.

Seorang murid menjelaskan tentang kekosongan dari sebuah kitab yang ia baca dan merasa sudah paham sekali. 


Sang guru spontan dengan keras mencubit hidungnya. 

Sang murid terkejut dan berteriak,"Sakit sekali, Guru! "

Sang guru tersenyum. "Dari mana sakit itu ada kalau hidung tiada?"

Seorang guru dengan bangga menulis pemahamannya akan kebenaran dan pencapaian pembinaan dirinya. Teguh, badai angin takmampu menggoyahkan lagi.

Lalu meminta muridnya mengirim kepada seorang mahaguru.

Berharap pujian tentunya. Namun, ketika sang mahaguru membaca spontan menuliskan kata "kentut" di atas tulisan itu.

Lantas menyuruh murid itu membawa pulang kembali surat tersebut. Sang guru yang membaca menjadi sangat marah. Ia segera mendatangi sang mahaguru meminta penjelasannya. Klarifikasi.

Sang mahaguru dengan tersenyum berkata, "Katanya sudah mampu mengendalikan diri. Badai angin pun tak mampu menggoyahkan hati. Namun, hanya sebuah kata 'kentut' sudah mampu menggoyahkanmu menyeberangi lautan." 


Antara paham dan sadar sungguh berbeda. Paham bisa menjelaskan dengan ribuan kata, sadar tak dapat menjelaskan dengan kata-kata. 

Sementara aku paham pun belum setengah. Sadar pun tiada.  Hanya bisa meminjam kata-kata menjadi petunjuk arah kembali ke hati yang semula.

Siapa tahu ketika hidung ini mencium bau kentut bisa juga mencapai pencerahan. 

@cermindiri, 13 September 2022 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun