Seseorang pasti punya kelebihan yang akan menjadi nilai tambah.
Dalam mengisi waktu menunggu dimulainya kuliah, anak saya melamar pekerjaan paruh waktu di Pekan Raya Jakarta [PRJ] pada awal Juni ini.Â
Setelah dua kali seleksi akhirnya diterima untuk bekerja 39 hari atau selama berlangsung PRJ.Â
Anak banyak bercerita hal yang berkenaan dengan tugasnya sebagai penjual. Ia begitu semangat menghitung penghasilannya.Â
Saya ledek dengan mengatakan lumayan penghasilannya nanti bisa buat beli laptop buat kuliah. Ia tiba-tiba jadi kurang semangat.Â
"Jadi, capai-capai cuma buat beli laptop," katanya. Kemudian tentu ia paham ini sekadar candaan.Â
Namun, menurutnya penentuan bisa bekerja penuh sampai 39 hari  ada di dua minggu pertama. Selama itu akan ada penilaian kinerja. Memuaskan atau tidak.Â
Hal ini tentu pasti  berhubungan dengan hasil target penjualan. Apakah sehari harus menjual minimal berapa produk?
Ia sendiri belum jelas, makanya ia mengatakan yang penting bekerja sebaik-baiknya saja.Â
Lakukan yang terbaik. Apapun itu hasilnya nanti jangan pernah kecewa. Karena pasti ada pengalaman berharga. Saya menambahkan.
Satu lagi. Bagi seorang penjual, mencapai target penjualan bisa jadi memang menjadi segalanya. Namun, belum tentu juga itu adalah segala-galanya sebagai penentu kesuksesan.
Apa artinya sebuah kesuksesan dalam penjualan, tetapi dengan melakukan segala cara?Â
Oleh sebab itu saya juga mengingatkan, bahwa yang terpenting itu mesti punya nilai lebih. Bisa saja tidak mencapai target penjualan, tetapi tetap bisa dipertahankan karena memiliki nilai lebih pada perilaku yang baik.Â
Misalnya, rajin membantu, disiplin, jujur  dll.Â
Saya punya pengalaman dalam hal ini. Ketika mendapat tugas sebagai kepala cabang. Tempat baru target tinggi. Benar saja, selama 3 bulan penjualan tidak mencapai target. Otomatis nihil bonus.Â
Sedih, mau nangis tidak berani.Â
Beruntung, manajer saya yang seorang wanita berempati. Pasti ia tahu harapan terbesar penjual adalah dari bonus.Â
Selama tiga bulan tidak mendapat bonus rasanya perih. Ia kemudian berniat mengajukan ke bos untuk meninjau kembali penjualan saya selama ini.Â
Tentu tidak bisa sekadar omongan saja. Lalu ia meminta saya mengumpulkan data penjualan selama ini.Â
Selama ini penjualan saya memang selalu mencapai target, sekalipun pada level terendah. Seingat saya ada tiga level. Yakni penjualan mencapai 80%, 90%, dan 100% atau lebih. Tentu dengan nominal yang berbeda pula nilai bonusnya.Â
Tidak sia-sia memang usaha yang ada. Akhirnya saya bisa mendapatkan bonus 3 bulan.Â
Jadi, dalam hal ini yang menjadi penilaian kelebihan saya apa ya?Â
Soal kelebihan ini saya juga pernah mengambil contoh apa yang dialami oleh seorang ponakan.Â
Setelah sekian lama bekerja ia mengalami kecelakaan saat berangkat kerja. Hampir dua tahun menjalani pengobatan, ia tetap dipercaya untuk bekerja. Kadang dijemput atau diantar supir kantor. Sering juga bekerja dari rumah.
Saya mengatakan kepada anak bahwa ia pasti punya suatu kelebihan sehingga terus dipakai dengan kondisinya saat ini.Â
Setiap manusia pasti punya kelebihan. Potensi ini yang mesti kita rawat dan kembangkan, sehingga bisa menjadi nilai lebih dalam kehidupan.
Kelebihan yang kita miliki pasti akan menjadi nilai lebih di mata orang lain. Ini pasti akan membawa manfaat.Â
@cermindiri, 06 Juni 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H