Yang pertama selalu istimewa, tetapi karena yang kedua yang pertama bisa terlupa. Namun, karena yang kedua bisa jadi masalah juga akhirnya.
Sebenarnya saya enggan menuliskan soal hal ini karena bisa jadi merupakan sebuah aib.
Berkali-kali ingin menulis, tetapi tidak jadi. Ibarat kata mesti berpikir sampai seribu kali.
Karena beberapa waktu tidak menulis, sehingga katanya ada yang merindukan saya. Walaupun katanya, paling tidak bisa menjadi penghiburan  tersendiri. Masih ada yang merindukan.Â
Akhirnya saya pun timbul keinginan untuk menjelaskan agar masalahnya terang-benderang. Biarlah  tiada dusta di antara kata. Mengapa saya tidak menulis--tepatnya sih tidak menulis di Kompasiana belakangan ini.
Saya harus mengakui beberapa waktu ini tidak aktif di Kompasiana dan beberapa grup WhatsApp karena ada masalah. Hal yang menjadi masalah buat saya, tetapi belum tentu menjadi masalah bagi orang lain.
Apa nih masalahnya?
Istri kedua. Ya, gara-gara istri kedua ini saya jadi sulit untuk eksis di Kompasiana dan beberapa grup WhatsApp.
Selama ini karena istri kedua ini yang membuat saya bergairah untuk terus menulis. Membuat lupa waktu karena aktif di beberapa grup perpesanan.
Istri kedua inilah yang selalu setia menemami. Dari pagi sudah bercumbu mesra. Bahkan bisa sampai dini hari. Bagaimana saya tidak menyayanginya?Â
Saking sayangnya jadi lebih sering sama dia daripada yang pertama.
Namun, belakangan ini gara-gara istri kedua ini pula saya kehilangan gairah untuk menulis dan aktif di Kompasiana.
Kenapa pula? Dia lagi, lagi dia.
Sebab saya merasa sangat kehilangan ketika ada apa-apa dengannya, sehingga begitu memikirkan kondisinya.Â
Bagaimana tidak? Ia sudah sekitar empat tahun menemani dalam suka dan duka. Kebersamaan yang terlalu menggairahkan hidup untuk dilupakan.Â
Apabila saat ini ia sedang tak berdaya, tentu akan menjadi beban pikiran saya. Berusaha keras memulihkan dengan segala daya. Karena seakan jiwa dan rasa sudah menyatu dengannya.
Tak heran karena istri kedua ini acap kali sampai melupakan istri pertama di rumah. Apalagi waktu yang saya habiskan lebih banyak bersama istri kedua ini. Ibarat kata sudah sampai tahap 'gak ada lu bikin gua kehilangan rasa'.Â
Bukankah memalukan? Oleh  sebab itu saya mengatakan bisa jadi ini merupakan sebuah aib. Selama ini diam-diam punya istri kedua. Cicak di dinding pun tak berani membocorkannya.
Kemudian saya menuliskan hal ini, entah untuk mengungkapkan sebuah perasaan atau mencari sensasi. Apa saya sedang tertular virus orang-orang yang demi mencari sensasi rela mengungkapkan aibnya sendiri di media sosial atau di televisi. Seperti yang marak terjadi belakangan ini.
Apakah ini masih pantas disebut @refleksihati atau @cermindiri yang merupakan tujuan saya menulis sebagai inspirasi?
Apakah ini akan menjadi slogan baru saya, @sensasidiri?
Semoga tidak. Sebenarnya saya yakin di antara yang membaca tulisan ini pasti sudah menduga bahwa yang saya maksud istri kedua dalam tulisan ini bukanlah seorang wanita. Walaupun saya tidak menggunakan tanda kutip sebagaimana mestinya.Â
Maaf, ini bukan unsur ketaksengajaan. Saya yakin pasti ada yang tidak akan percaya, paling tidak bertanya-tanya. Masa sih Katedrarajawen bisa punya dua istri benaran? Hahaha
Tak salah memang. Istri kedua yang saya maksud telepon pintar bernama Xiaomi Mi Max 2 yang terkena air, sehingga tidak bisa menggunakannya lagi seperti biasa. Apa daya?
Saya tetap menulis melewati hari. Khususnya puisi. Saya tidak menerbitkan di Kompasiana karena takut tidak bisa berkomentar atau membalas sebagai wujud berinteraksi.
Ada rasa tidak elok menulis, lalu kabur tanpa saling bersilaturahmi.Â
Karena gawai yang saya gunakan saat ini agak sulit dan kurang nyaman untuk menulis  berlama-lama.Â
Tentu saya tidak melupakan Kompasiana karena memang pernah jadi yang istimewa ibarat istri kedua. Dalam hidup memang selalu ada yang istimewa.
Bisa saja kita  menjadi yang istimewa bagi orang lain atau kita  mengistimewakan mereka.
Seperti halnya masih ada beberapa sahabat di Kompasiana yang berkenan menyapa karena ketakhadiran saya beberapa waktu tanpa berita.
Entahlah, apakah saya istimewa? Yang pasti saya harus mengatakan bahwa mereka sesungguhnya orang yang istimewa.Â
@diari, 11 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H