Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Asyik Bekerja di Malam Tahun Baru

5 Januari 2022   17:09 Diperbarui: 5 Januari 2022   17:19 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asyik Bekerja di Malam Tahun Baru, Pixabay.com/geralt

Bagaimana rasanya saat orang-orang berkumpul bersukacita merayakan malam tahun baru, sementara kita masih tetap harus bekerja? 

Saya lupa sudah berapa kali harus  melalui malam tahun baru di tempat kerja, sehingga ketika tahun baru tetap bekerja sudah merupakan hal yang biasa. 

Tahun baru 2022 ini yang jatuh pada hari Sabtu saya mestinya mendapat giliran libur. Tanpa disangka rekan kerja ingin bertukar hari libur. Karena ada acara dengan keluarga. 

Setelah  pikir-pikir, saya relakan ia yang libur dan saya yang masuk kerja. Karena di pabrik salah satu di antara kami memang harus  berada di tempat. Saya pikir hari Minggu nanti masih bisa libur. 

Lagi pula saya masih dalam suasana dukacita, rasanya tidak terlalu bergairah melalui malam tahun baru dengan ramai-ramai. Lebih baik melalui dalam sunyi sambil refleksi diri. 

Selama ini saya mendapat  pekerjaan  yang tidak mengenal hari libur. Seperti memang sudah jodoh dengan pekerjaan seperti ini. 

Jangankan tahun baru yang jatuh pada setiap 1 Januari, untuk Idul Fitri dan Imlek atau Natal pun sudah terbiasa harus masuk kerja. 

Bahkan saya pernah bekerja di tempat yang bisa libur hari Minggu saja merupakan hal yang mewah. Menunggu berminggu-minggu baru bertemu bisa libur pada hari Minggu. 

Ya, waktu itu saya bekerja di sebuah peternakan ayam petelur. Yang pada hari Lebaran pun masih harus masuk karena akan ada karyawan yang masuk juga. Kalau tidak ada yang masuk kerja, ayam-ayam itu mau makan apa? Tidak mungkin puluhan ribu ayam itu cari makan sendiri, kan? 

Pengalaman membuktikan pada hari-hari libur tersebut justru lebih repot, karena rekan kerja yang lain kebanyakan libur. Jadi, banyak pekerjaan yang harus dikerjakan juga. 

Namun, semuanya saya jalani saja dengan hati yang terbuka. Keluh kesah juga tiada guna. Ini sudah jadi pilihan. Apabila tidak menerima lebih baik mencari kerja yang sesuai keinginan. Ini prinsip saya. 

Menurut saya kerja di mana pun tidak akan ada yang selalu memuaskan selain kita sendiri yang mau menyesuaikan diri.

Sebelum menerima sebuah pekerjaan tentu biasanya kita akan mendapat gambaran apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab. Begitu juga dengan urusan di mana hari libur tetap harus masuk kerja.

Jadi, dalam hal ini adalah masalah tanggung jawab. Walaupun apa yang harus dijalankan bukan hal yang menyenangkan. Di mana saat orang-orang menikmati liburan dengan sukacita kita sendiri masih harus sibuk di pekerjaan. Kasihan deh lu. Kadang ada ledekan semacam ini. 

Apakah ini berarti kita kehilangan sukacita saat tetap harus bekerja di hari libur atau tahun baru? Tentu saja tidak. 

Urusan sukacita di mana dan kapan saja dapat kita rasakan. Semua tergantung suasana hati bukan hari liburnya. Saat hari libur saya pun bisa tetap bersukacita melewati hari. Semua tergantung pikiran dan hati saja. 

Asyiknya setelah orang lain yang libur masuk kerja lagi, giliran saya yang libur. Terasa istimewa jadinya. Saya kan bisa bilang juga, "Kasihan deh lu, sekarang gue libur."

Saya pikir banyak orang yang tidak bisa libur pada momen-momen hari libur adalah konsekuensi dari sebuah pekerjaan dan tanggung jawab. 

Bayangkan bila semua pekerja pada hari  libur semuanya libur. Bagaimana kondisi rumah sakit? Bagaimana dengan urusan transportasi? Bukankah hidup harus terus berjalan, tidak mengenal hari libur? 

Hidup di dunia semua perlu keseimbangan. Tak perlu saling membandingkan mana yang lebih baik, mana yang lebih beruntung. Semua punya perannya masing-masing yang tidak perlu mempertanyakan, apalagi memperdebatkan siapa yang lebih baik. 

@cerminperistiwa, 03 Januari 2022 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun