Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Omong Kosong Orang Buta dan Lentera Telah Padam

23 Desember 2021   22:44 Diperbarui: 23 Desember 2021   22:52 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita kerap kali menilai orang lain yang salah dan bodoh, tidak sadar justru kesalahan dan kebodohan itu ada pada diri sendiri. Akan tetapi, masih berbangga dalam kesalahan dan kebodohan ini. Termasuk yang sedang menulis ini. 

Ilmu Tak Lagi Menjadi Penuntun

Berkenaan dengan kondisi saat ini, khususnya di media sosial saban hari kita bisa menemukan orang-orang yang secara fisik normal, tetapi berjalan dalam kegelapan dan masih merasa dirinya paling pintar dan benar. Pandai menasihati hanya secara teori. 

Orang-orang yang berpendidikan dan pintar tidak lagi menjadikan ilmu dan kepintaran sebagai penuntun menuju ke jalan yang benar. Bukan menjadikan ilmu sebagai lentera yang mencerahkan kehidupan, tetapi tidak sedikit untuk menyesatkan. 

Mereka malah sibuk membuat berita tidak benar atau hoaks. Saling menghujat  dan menjelekkan. Media sosial dijadikan panggung pertunjukan kebodohan orang-orang yang merasa  dirinya pintar. Menyedihkan. 

Inilah panggung dunia saat ini. Ilmu yang sejatinya menjadi penerang kegelapan dunia, malah menjadikan dunia ini semakin gelap. 

Tidak kapok-kapok bikin hoaks. Tidak segan-segan caci maki dan saling menghujat. Tidak ada rasa malu lagi dengan ilmu yang dimiliki atau statusnya. 

Manakala ada yang mengingatkan, malah dianggap sok pintar atau tidak tahu apa-apa karena merasa dirinya lebih atau  paling pintar, Sama seperti orang buta yang mengatakan orang lain buta. Tidak sadar telah menyalahgunakan ilmunya. Bukan untuk jalan kebenaran, tetapi jalan kesesatan. 

Di panggung kehidupan yang bernama media sosial tiap hari kita bisa menemukan kejadian  ini secara telanjang. 

Alangkah naif, memiliki pelita penerang berupa nurani dan ilmu, tetapi hidup di jalan kegelapan. Dunia dengan kasatmata dapat menyaksikan. 

Lentera Ibarat Pelita Kebijaksanaan

Syukurlah dalam perjalanannya orang buta ini menemukan kembali kebijaksanaannya, sehingga menjaga lenteranya tetap menyala. Apabila ada yang menabrak ia tidak lantas marah-marah, justru ia akan bertanya, apakah lenteranya sudah padam? 

Sejatinya demikian juga dengan kita ada waktunya untuk tetap menjaga nurani dan ilmu yang kita miliki agar bijaksana menyikapi kondisi  hidup ini. Bukan setia pada  kegelapan hidup dalam kebebalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun