Kita kerap kali menilai orang lain yang salah dan bodoh, tidak sadar justru kesalahan dan kebodohan itu ada pada diri sendiri. Akan tetapi, masih berbangga dalam kesalahan dan kebodohan ini. Termasuk yang sedang menulis ini.Â
Ilmu Tak Lagi Menjadi Penuntun
Berkenaan dengan kondisi saat ini, khususnya di media sosial saban hari kita bisa menemukan orang-orang yang secara fisik normal, tetapi berjalan dalam kegelapan dan masih merasa dirinya paling pintar dan benar. Pandai menasihati hanya secara teori.Â
Orang-orang yang berpendidikan dan pintar tidak lagi menjadikan ilmu dan kepintaran sebagai penuntun menuju ke jalan yang benar. Bukan menjadikan ilmu sebagai lentera yang mencerahkan kehidupan, tetapi tidak sedikit untuk menyesatkan.Â
Mereka malah sibuk membuat berita tidak benar atau hoaks. Saling menghujat  dan menjelekkan. Media sosial dijadikan panggung pertunjukan kebodohan orang-orang yang merasa  dirinya pintar. Menyedihkan.Â
Inilah panggung dunia saat ini. Ilmu yang sejatinya menjadi penerang kegelapan dunia, malah menjadikan dunia ini semakin gelap.Â
Tidak kapok-kapok bikin hoaks. Tidak segan-segan caci maki dan saling menghujat. Tidak ada rasa malu lagi dengan ilmu yang dimiliki atau statusnya.Â
Manakala ada yang mengingatkan, malah dianggap sok pintar atau tidak tahu apa-apa karena merasa dirinya lebih atau  paling pintar, Sama seperti orang buta yang mengatakan orang lain buta. Tidak sadar telah menyalahgunakan ilmunya. Bukan untuk jalan kebenaran, tetapi jalan kesesatan.Â
Di panggung kehidupan yang bernama media sosial tiap hari kita bisa menemukan kejadian  ini secara telanjang.Â
Alangkah naif, memiliki pelita penerang berupa nurani dan ilmu, tetapi hidup di jalan kegelapan. Dunia dengan kasatmata dapat menyaksikan.Â
Lentera Ibarat Pelita Kebijaksanaan
Syukurlah dalam perjalanannya orang buta ini menemukan kembali kebijaksanaannya, sehingga menjaga lenteranya tetap menyala. Apabila ada yang menabrak ia tidak lantas marah-marah, justru ia akan bertanya, apakah lenteranya sudah padam?Â
Sejatinya demikian juga dengan kita ada waktunya untuk tetap menjaga nurani dan ilmu yang kita miliki agar bijaksana menyikapi kondisi  hidup ini. Bukan setia pada  kegelapan hidup dalam kebebalan.