Lentera ibarat pelita hati yang  menjadi penerang kehidupan. Namun, banyak yang tak menyadari sudah lama padam. Tetap merasa di jalan terang. Omong kosong macam apa ini?
Tiba-tiba saya ingat cerita tentang orang buta yang membawa lentera di kegelapan malam. Ketika ditabrak seseorang ia marah karena tidak sadar lenteranya telah padam.Â
Puluhan tahun yang lalu saya baca kisah ini dalam bentuk komik yang menurut saya sangat bagus dan pasti maknanya dalam. Sayang saya tidak begitu paham. Namun, ketakpahaman ini saya simpan dalam diam.Â
Sekarang ketika saya memikirkan kondisi kehidupan saat ini, spontan saya teringat kisah ini kembali. Saya interpretasi ulang dan memang  sangat cocok dengan kondisi kekinian. Banyak orang buta yang merasa dirinya pembawa terang.Â
Hati saya terbuka sedikit kini untuk memahami makna cerita yang dahulu hanya saya pikir bagus dan bermakna, tetapi maknanya apa tidak tahu apa-apa. Bingung.Â
Untuk menemukan setetes pencerahan memang adakala memerlukan sedikit kebingungan. Barangkali.Â
Saya sedikit reka ulang tentang kisah ini.Â
Saat hendak pulang malam itu si buta diberi lentera oleh sahabatnya. Dalam perjalanan di kegelapan malam itu seseorang menabraknya, sehingga membuat ia marah.Â
"Kamu buta ya, apa  tidak melihat saya?"Â
Yang menabrak tidak mau kalah membalas, "Jelas-jelas kamu yang buta, malah bilang saya yang buta."