Apabila ada yang menawarkan sebuah bisnis dengan mendapatkan keuntungan yang besar dengan mudah, dipastikan ini adalah omong kosong. Gunakan akal sehat agar uang selamat. Kalau tidak, menyesal pun tiada obat.Â
Realitas yang ada sampai hari ini tetap saja ada yang tertipu dan gigit jari karena keuntungan besar dalam harapan sirna seketika. Terbuai omong kosong. Akhirnya hanya bisa mengurut dada karena sesak. Kebodohan telah menutupi akal sehat.Â
Dalam hal ini bukan kebodohan karena tidak pintar, nyatanya ada yang berpendidikan pun bisa jadi korban penipuan ini. Persisnya kebodohan batin.Â
Banyak sudah yang menjadi korban jenis investasi penipuan ini, tetap saja terulang kembali ada yang tertipu lalu menyesali. Omong kosong macam apa ini?Â
Belum lama ada teman menawari dengan semangat untuk berinvestasi beli saham hanya dengan modal awal Rp450.000. Setelah uang masuk selanjutnya setiap hari akan menerima Rp25.000 selama enam bulan. Hitung sendiri berapa total hasilnya. Saya malas hitung karena pasti tidak ada untungnya.Â
Bagaimana tidak menggiurkan bila keserakahan yang hadir dan akal sehat tertimbun?Â
Bagi yang mengharapkan keuntungan lebih besar pasti akan investasi dalam beberapa paket sekaligus. Mana ada bisnis yang demikian menguntungkan seperti ini lagi?Â
Satu senjata yang selalu menjadi andalan untuk digunakan adalah sudah ada teman yang membuktikan mendapat keuntungan. Jadi, ini bukan semacam penipuan. Nyata. Padahal ....
Jujur, saya  sudah bosan mendengar hal semacam ini. Banyak yang testimoni begini. Bahkan sudah puluhan tahun yang lalu. Ada seorang teman yang ngotot ingin pulang kampung karena di sana sedang marak ada "mainan baru". Yakni dengan investasi Rp30 juta bisa mendapatkan hasil ratusan juta dalam sebulan. Akal sehat langsung digantungkan di jemuran.Â
Saya dengan tegas mengingatkan, ini pasti penipuan. Jangan tergoda sehingga nanti akan ikut tertipu. Karena sudah banyak contoh kejadian yang jadi korban.Â
Apa daya dengan tegas ia mengatakan ini  bukan penipuan karena temannya sudah banyak yang mendapat hasilnya.Â
Ya sudahlah. Apa yang saya katakan hanya dianggap omong kosong dan malah saya yang diceramahi.Â
Saya malas berdebat. Untuk apa? Orang yang sudah tertutup akal sehatnya bicara berbusa-busa pun takada gunanya.Â
Tidak sampai sebulan kemudian muncul berita dari kampung teman ini tentang penipuan yang terjadi. Siapa yang omong kosong sekarang?Â
Apa daya lantas balik menceramahi? Tidak. Biarlah pengalaman yang berceramah.Â
Kembali ke ajakan teman untuk beli saham. Tentu saja saya tidak berminat, malah mengingatkan bahwa ini jelas  penipuan.Â
Soal sudah ada yang dapat ini hanya pancingan. Lagi pula uang keuntungan yang didapat itu juga uang dari anggota lain yang masuk belakangan. Artinya uang tersebut semacam hasil dari penipuan.Â
Beruntung teman ini sedikit mengerti dengan apa yang saya katakan. Terbukti, tidak lama kemudian ia mengabarkan temannya yang sudah dapat keuntungan sedikit kalap lalu menambah investasi harus gigit jari. Karena aplikasi investasi tersebut sudah tutup.Â
Kebenaran akan keuntungan yang menggiurkan itu semua hanya omong kosong. Selama keserakahan manusia masih ada, maka selalu akan ada yang tergiur dengan keuntungan besar ini.
Namun, selama akal sehat masih berfungsi tentu tidak akan tergiur. Selama ini prinsip yang saya gunakan adalah lebih percaya dengan uang seratus ribu atau sejuta di tangan daripada 10 atau 100 juta dalam katanya.Â
Terbukti selama ini saya tidak pernah tergoda dengan semua  omong kosong  bisnis atau investasi yang katanya akan mendapatkan  keuntungan besar dalam sekejap. Sebaiknya yang mengajak malah saya ceramahi hahaha.Â
Logika saja, kalau memang ada investasi dengan mudah mendapatkan keuntungan seperti ini tentu semua orang tidak perlu capai-capai bekerja atau berusaha. Semua tinggal duduk-duduk di rumah dan uang mengalir.Â
Nyatanya memang semua keuntungan yang dijanjikan adalah omong kosong. Apabila sudah ada yang dapat itu adalah cara penipu melakukan penipuan agar lebih banyak yang tertipu.Â
@cerminperistiwa 25 November 2021Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H