Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasiana Awards dalam Omong Kosong

19 November 2021   18:49 Diperbarui: 19 November 2021   18:53 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar:kompasiana.com

Ada suka, ada kecewa. Rasa penasaran ada juga. Inilah kehidupan yang selama ini terasa.

Ada yang suka namanya jadi  nomine Kompasiana Awards 2021? 

Ada yang kecewa karena sudah berharap menjadi salah satu nomine? 

Kenapa si "Putri Salju" jagoan saya namanya tidak tertera? Padahal ... 

Kenapa ...? 

Dari 20 nama yang jadi nomine saya yakin 100 persen dengan senang hati menerima. Mungkin ada yang awalnya  bingung ada namanya, tetapi kemudian tiba-tiba kepala dan hidung membesar karena saking senangnya.

Apabila tidak suka, tentu jadi tanda tanya dan pasti bermasalah. Dalam sejarahnya juga belum pernah terjadi sampai ada kompasianer yang menolak dan mencak-mencak namanya jadi nomine. 

Ada yang kecewa? Bahkan kecewa berat. Bagaimana tidak? Sudah terbawa mimpi karena sangat berharap, eh, begitu pengumuman muncul namanya takada. 

Saking takpercaya sampai baca berkali-kali. Bahkan sampai bolak-balik membaca barangkali terselip. Meledaklah kecewa karena memang tidak ada namanya. 

Nah, itu kejadian yang saya alami dahulu. Merasa diri layak karena rajin menulis dan setia sampai banget, malah tidak terpilih. Ingin rasanya menangis sampai berguling-guling. Ngambek. Niat bikin surat pamit. 

Untung hanya perasaan  sesaat. 

Wajar kalau ada yang merasa kecewa karena saya juga pernah merasakan. Ada perasaan tidak adil. Eh, atau cuma saya saja ya? 

Kalau saya semua rasa yang disebutkan ada terasa. Suka, kecewa, dan juga penasaran. Hanya tidak sampai kepanasan atau kebakaran jenggot. Lagian tidak ada. 

Suka, karena ada yang muda-muda--dalam hal ini usia muda dan muda sebagai kompasianer--berkempatan menjadi pemenang kali ini. 

Suka, dan tidak mau menyombongkan kalau nama-nama yang saya pilih jadi nomine terpilih semua. Ini kalau tidak salah ingat. Malu, kan, kalau sudah sombong salah pula. 

Kecewa? Karena hanya bisa pilih satu nama. Kenapa tidak dua atau tiga? 

Walaupun saya pria, tetap kecewa juga di antara 20 nomine hanya ada 4 nonime yang wanita, padahal tidak sedikit kompasianer wanita yang berkualitas. Kalau mau pria lebih dominan, paling tidak 60 persen berbanding 40 persen. Sangat kurang berimbang dengan kondisi saat ini. 

Salah siapa? 

Yang penting tentu jangan saling menyalahkan. Karena inilah kenyataan. 

Sebenarnya ada rasa antara  kecewa dan penasaran beberapa nama yang menurut saya layak masuk dalam deretan nomine tidak ada. 

Mengapa? Mau tanya pada rumput yang bergoyang sudah pada kering semua. 

Padahal konsisten, tulisan sering masuk "Artikel Utama", dan rajin bersilaturahmi dengan sesama kompasianer. Apa karena kurang menyan? 

Sekadar merasakan. Karena saya pikir setiap kali perasaan ini pasti akan muncul dari waktu ke waktu setiap ada yang namanya penghargaan atau kompetisi. 

Dalam hidup memang akan selalu ada hal yang bikin kecewa dan tidak memuaskan. Begitu juga dengan hadirnya rasa penasaran. Nah, inilah nikmatnya hidup.

Apabila semua sudah dipastikan tentu akan menjadi sangat monoton, bukan? 

Dengan adanya ketakpastian akan membuat semangat dan selalu memiliki harapan. Ketika tak tergapai dan hadir kecewa akan menjadi pembelajaran hidup sehingga menjadi semakin dewasa. 

Apabila tidak melalui tahap ini tentu tidak akan ada pembelajaran untuk membuat hidup ini semakin baik sebagai pribadi. Semua peristiwa jangan hanya jadi omong kosong belaka. 

Jadi, apa yang terjadi dalam kompasiana Awards kali ini, di mana ada suka, duka, dan penasaran akan selalu muncul. Begitu juga ketika pemenang sudah ditentukan pasti akan hadir  tanya. Kenapa bukan dia yang menang? 

Namun, seiring waktu berlalu semua akan baik-baik saja karena akan hilang dari ingatan rasa kecewa. 

Harapannya hikmat yang didapat. Kecewa semakin membuat lapang dada, semakin menguatkan perasaan sehingga tidak gampang kecewa atau hati semakin terbuka terhadap kecewa. 

Begitu pula sukacita  yang ada akan berganti cerita. Yang tersisa semoga adalah rasa syukur akan setiap nikmat yang terasa. 

Hidup memang pengulangan tergantung bagaimana menyikapi dan apa hikmah yang didapatkan agar hidup semakin kaya. 

@cerminperistiwa 19 November 2021 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun