Ini kesialan bukan? Padahal sudah ditunggu buat mengisi kuota atau untuk membeli paket premium agar tidak kebanjiran iklan. Eh, tak muncul juga.Â
Sebenarnya bukan sekadar pada angka yang tertera, tetapi sekian lama tidak ada berita sehingga menghadirkan tanya, curiga, dan canda.Â
Angka 13 bukan sial saja. Lebih sial lagi kalau terjadi penundaan tanpa batas waktu karena mesin hitung mengalami kerusakan. Bayangkan kalau harus menghitung pakai sempoa. Bisa sampai tahun berapa?Â
Nah, ini kabar candanya. Toh, sekian lama menulis  tiada yang namanya K-Reward tetap menulis dengan semangat empat lima. Zaman Internet masih mahal pula.Â
Kompasiana, blog kita bersama ini  bisa sampai angka 13 tentu bukan perjalanan yang mudah. Seperti kita tahu persaingan dan tantangan untuk terus berkembang tidak sedikit mengalami kendala.
Blogdetik, blog pertama tempat saya menulis sudah tiada lagi. Oleh sebab itu, Kompasiana bisa melalui waktu sampai 13 tahun tentu ada orang-orang yang mau bekerja keras dan cerdas di belakangnya. Termasuk ada penulis-penulis cerdas tentunya.Â
Bisa jadi angka 13 adalah awal perubahan dari zamannya kolonial--kompasianer angkatan tua--beralih ke kompasianer milenial antara tentang usia 18 sampai 25.
Tentu saja dengan banyaknya kompasianer berusia muda pasti perjalanan  Kompasiana akan semakin kencang melaju. Lebih banyak ide segar, kreativitas, dan inovatif dalam berkarya.Â
Hidup memang tak dapat menghindari perubahan. Mau tak mau harus mau mengikuti, tetapi juga jangan hanya sekedar mengikuti arus.Â
Setiap zaman harus ada yang berani tampil berbeda. Berani melawan arus. Alangkah monoton bila semua harus sama. Dalam hal ini semua menulis hal yang sama di Kompasiana dengan sudut pandang yang sama. Celaka. Di mana pun yang namanya keseimbangan perlu ada.Â
Jadi, dalam ulang tahun ke-13 ini bukanlah akhir perjalanan dari sebuah blog (keroyokan), tetapi awal dari perjalanan setelah melakukan berbagai evaluasi.Â