Hari ini masih setia menulis karena merasa belum menghasilkan  karya  terbaik yang mampu menggugah jiwa-jiwa.Â
Saya masih merasa gagal untuk menulis dengan segala rasa yang ada sehingga membuat pembaca ikut merasa.Â
Saya masih baru merasa sampai tahap merasa benar, belum sampai benar merasa dalam berkarya.Â
Oleh sebab itu enggan diri ini mengukur perjalanan ini dalam angka-angka sebagai ungkapan rasa bangga. Untuk apa? Tak jarang angka justru membuat terlena. Bahwa ada yang jauh lebih berharga melampaui angka yang tertera.Â
Satu karya belum tentu kalah bernilai dibandingkan seribu karya. Bisa saja satu karya bernilai seribu kebaikan dan makna, tetapi seribu karya tak bermakna apa-apa.Â
Ini hanya berbagi sudut pandang saja, bukan berarti memukul rata. Tak masalah setiap orang memiliki pemikiran berbeda. Inilah asyiknya dunia.Â
Seperti halnya saya menganggap   bagai sedang belajar  di sebuah universitas kehidupan keberadaan di Kompasiana. Setiap waktu berproses dan melakukan hal yang baru  sebagai uji coba. Uji nyali menulis dengan berbagai gaya. Walaupun kadang jumlah pembaca masih menjadi sebuah goda.Â
Menulis dengan modal nekad dan tiada tahu malu pada semula. Mencoba menulis tentang "Si Kate dan HP Kesayangannya". Berlanjut "Refleksihatimenerangidiri" dan "Pembelajarandarisebuahperistiwa".Â
Mencoba konsisten menulis dengan judul satu kata saja yang dilalui cukup lama hingga menjadi bahan canda. Kemudian  hari ini menulis tentang omong kosong yang idenya muncul secara tiba tiba. Omong kosong, inilah saya?Â
Namun, dalam perjalanan selanjutnya ada satu kesadaran yang penting adalah menyunting tulisan bukan hanya soal salah eja, tetapi menyelaraskan rasa.
Membaca tulisan lawas sendiri selalu menemukan berbagai kesalahan yang ada. Hal yang mengubur rasa bangga.
Ketika asyik membaca menemukan salah eja, kekurangan atau kelebihan kata, kata yang dimaksud bertolak belakang bisa mengganggu selera.Â